09. Berlalu

6K 547 48
                                    

“Cintai yakultmu, minum usus tiap hari,” —Cassia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Cintai yakultmu, minum usus tiap hari,” —Cassia.

🏍️🏍️🏍️

Tiga bulan kemudian ....

Semuanya kembali berangsur-angsur normal, setidaknya itu berlaku buat Abel sendiri. Selama berbulan-bulan ia berusaha menjalani kehidupan normal seperti yang lainnya.

Perihal masalah tiga bulan silam pun perlahan-lahan udah bisa ia lupakan. Walau masih sangat membekas di memori, sangat.

Ia dan Banu juga sepakat untuk merahasiakan hal tersebut. Itu semua demi kebaikan bersama. Merek tidak ingin masalah ini diketahui lebih banyak orang lagi.

Ya, seperti itulah ia sekarang. Sekolah dengan damai dan tetap menjaga jarak dengan Atlantas, sesuai permintaan cowok tersebut. Abel benar-benar tidak pernah lagi menampakkan diri didepan anak Bandidos, terkecuali Banu. Sebisa mungkin ia menjaga jarak. Pun masalah jaket, kali ini ia menurut. Selama tiga bulan ia benar-benar memakainya setiap pulang sekolah. Pada awalnya, Naida memang sempat heboh, tapi ia hanya bilang kalau jaket tersebut adalah milik Banu. Selebihnya, ia tidak mau buka mulut. Dan perlahan-lahan Naida tidak menanyakannya lagi.

Hari-hari yang cukup sulit untuk di lewati. Tapi, untung saja semuanya sudah berlalu. Ia hanya butuh ruang untuk menata semuanya seperti semula. Ini tidak terlalu sulit.

Tapi, selama itu pula terkadang ia merasa aneh. Sesekali mimpi aneh datang menghampiri malamnya. Ya, mungkin hanya bunga tidur. Bukan masalah serius, iya kan?

Dan hari ini, Abel berserta Banu sepakat untuk pergi ke salah satu toko buku di pusat perbelanjaan terbesar Jakarta. Malam ini mereka tampak serasi. Meraka berdua sengaja memakai baju couplean berwarna hitam. Abel yang menggunakan dress selutut, dan Banu yang menggunakan kemeja berlengan panjang dengan celana berwarna serupa.

Banu menatap ke arah Abel dengan napas capek. “Bel, lo jangan nyiksa gue gini napa, dah. Ini malam minggu, lho, lo nggak ada niatan untuk pergi ke luar gitu? Maksud gue selain toko buku.”

“Hm, nggak ada. Lagian Abang, kan, sudah sepakat buat nemenin Abel ke mari.”

“Buset dah.”

Abel tertawa pelan. “Lagian, siapa suruh kalah main kartu.”

Banu mendengkus kesal. Yang dikatakan Abel benar apa adanya. Saat itu ia kalah bermain kartu remi, dan sebagai hukumannya ia wajib menemani Abel ke toko buku sampai selesai. Tau gini, mendingan ia tidak bermain kartu saja sejak awal. Tapi apa boleh buat, nasi sudah jadi bubur.

ATLANTAS || ENDWhere stories live. Discover now