19. Gudang Sekolah

4.2K 411 10
                                    

Abel melangkah pelan. Hari ini ia akan pulang bersama Atlantas, lagi. Tapi, ia harus menunggu parkiran sepi. Abel masih takut tuk menghadapi kenyataan kalau ia dan Atlantas digosipkan pacaran. Walaupun sebenernya mereka nggak berpacaran sama sekali.

"Hari ini enaknya masak apa, ya?"

Jam baru menunjukkan angka 3 siang dan koridor sudah sepi. Tidak banyak lagi yang berseliweran di sana.

Abel menghela napas. "Parkiran pasti sudah sepi, kan, sekarang?"

Tap tap tap

Terdengar langkah sepatu yang bergesekan dengan lantai.

Abel menajamkan pendengarannya. Entah kenapa ia mulai berfikiran buruk. Ia menoleh ke belakang, namun nihil tidak ada orang di sana. Akibat kejadian beberapa bulan silam, Abel selalu jadi merasa parno dengan tempat yang sepi dan suara derap langkah.

"Mungkin para siswa-siswi juga."

Abel kembali melanjutkan langkahnya. Namun baru saja dua kali melangkah, ia dikejutkan dengan kehadiran beberapa siswi berpenampilan ketat dan menor dari arah timur.

Glek

Abel meneguk saliva sulit.

"Efigenia Arabella. E." Kata seseorang membaca name tag Yang terpasang di bagian dada kiri Abel.

"Iy-iya."

"Kenalin, nama gue Daisy."

Cewek yang menyebutkan namanya Daisy tersebut mengulurkan tangannya. Dengan ragu Abel menyambutnya.

"A-Abel."

"Gue tau," ucap Daisy dengan seringai halus. Dicengkeramnya kuat pegangan tangan mereka. "Nama lo unik juga."

Abel sedikit meringis. Ingin segera melepaskan tangannya dari Daisy. "Ma-makasih."

Daisy mengendurkan cengkramannya. Sedikit mendekatkan tubuhnya ke depan wajah Abel. "Padahal lo nggak cantik. Kok, bisa pacaran sama Atlantas?"

Abel menegang. Tiba-tiba saja wajah Daisy berubah jadi seram dan Cengkraman kembali menguat. "Kak, lepas ... sakit." Abel menggerak-gerakkan tangannya agar bisa terlepas.

"Apa? Sakit?"

Abel mengangguk. Dan cengkraman dari Daisy semakin menjadi-jadi di tangannya.

Abel menahan jeritannya kala Daisy menariknya keras menuju suatu tempat. Abel manjadi panik.

"Kak! Kak Daisy, lepasin Abel!"

Marsha dan Oliv dengan cekatan memegang kedua bahu Abel agar tidak terlalu banyak bergerak. Abel menahan buliran air mata.

Kenapa jadi gini, sih? Batin Abel.

"Sikat aja langsung, Sy," ucap Oliv kepada Daisy.

"Iyalah. Memangnya mau kapan lagi?" Daisy semakin bersemangat tuk menyeret Abel menuju gudang tidak terpakai sekolah.

Bruk

Tubuh mungil Abel dilempar begitu saja. Ia meringis kesakitan. Menatap nanar ke arah tiga cewek yang ia yakini kelas 12, terbukti dari lambang di baju mereka.

"Kalian kenapa lakuin ini ke Abel?" tanya cewek dengan rambut gerai tersebut. "Abel ada salah apa?"

Daisy tertawa keras. Berjongkok di depan Abel yang tampak ciut. Dengan kuat ia mencengkram dagu Abel hingga membuat sang empu meringis.

"Setelah apa yang lo lakuin. Lo masih bisa tanya kenapa?!" Daisy menatap nyalang ke arah Abel.

"Nggak cukup lo kegatelan sama Banu, hah?! Sekarang mau sok-sokan jadi bitch buat dapatin Atlantas?! JANGAN MIMPI LO, SIALAN!"

ATLANTAS || ENDWhere stories live. Discover now