12. Berangkat Bersama

5.8K 488 32
                                    

"Jodoh itu kayak sekumpulan tempe, nggak ada yang tahu," -Doubel L.

🏍️🏍️🏍️

Pagi hari ini terasa seperti hari-hari sebelumnya. Dengan seragam lengkap di badannya, Abel memanggang beberapa roti untuk sarapan nanti. Walaupun ia tidak tau apakah roti panggang selai akan cocok dengan lidah Atlantas atau tidak, tapi tidak ada salahnya untuk mencoba, bukan? Lagipula, kalau ia memanggang roti hanya untuknya pribadi, itu akan terlihat sangat tidak sopan. Bagiamana pun juga, apartemen ini adalah milik Atlantas. Ingat, ia hanya menumpang sebentar di sini.

Setelah mengoleskan selai nanas untuk roti panggang milik Atlantas, Abel segera membuat segelas susu dan mulai memakan roti miliknya. Belum setengah habis rotinya, Atlantas datang dengan rambut acak-acakan.

Abel mendesah pelan. Ia merasa sedikit geregetan dengan penampilan Atlantas. Ingin rasanya ia memasangkan dasi ke leher cowok tersebut dan merapihkan seragam Atlantas yang tampak lusuh. Tapi, entah kenapa aura bad boy cowok tersebut sangat jelas terlihat.

Kok, jadi ganteng, ya?

"Kak Atlas mau sarapan dulu?Abel udah buat roti panggang," Ical Abel membuka obrolan.

Atlantas yang tengah mengacak-acak rambutnya, melirik malas ke arah Abel.

Sarapan? Sejak kapan ia sarapan.

Abel terdiam dengan kening yang berkerut. Kepalanya sedikit miring karena bingung. "Kak Atlas nggak mau sarapan? Oh, atau Abel mau masakin nasi goreng aja?"

"Nggak usah." Atlantas berjalan menghampiri meja makan mini, lalu duduk di salah kursi.

"O-oh, yaudah. Nah, ini Kak Atlas makan dulu, ya. Kalau nggak enak bisa bilang sama Abel, kok."

"Hm."

"Kak Atlas mau teh hangat?"

"Nggak."

"Eum, atau mau susu hangat juga? Kebetulan kemarin Abel beli banyak."

"Nggak."

Abel menggaruk pipinya. "Terus Kak At-"

Atalantas berdecak pelan. "Diam! Gue lagi makan," ucapnya memotong perkataan Abel. Yang mana membuat cewek tersebut langsung terkesiap kaget.

"I-iya, maaf Kak Atlas."

Abel menarik kursi lainnya dan mulai menyantap rotinya. Manis, itulah rasanya. Roti panggang dengan selai strawberry benar-benar perpaduan yang sangat pas untuknya.

Hening. Baik Atlantas ataupun Abel berfokus pada makanan masing-masing. Walaupun sesekali rasanya Abel gatal sekali ingin berbicara. Oh, ayolah, ia sangat tidak terbiasa makan dalam keadaan senyap seperti ini. Setidaknya, ada celotehan-celotehan ringan yang membuat keadaan lebih hidup.

Benar-benar menyebalkan. Dan tanpa sadar Abel menggigit rotinya dengan kasar, lalu menggerutu pelan.

"Dasar patung! Demen banget diam gitu, enak kali diam gitu, huh."

Atlantas menaikkan sebelah alisnya. Ia tidak tuli untuk tidak mendengarkan gerutan Abel.

Atlantas memakan potongan roti terakhirnya. Netranya melirik ke arah Abel yang kini tengah mengerutkan keningnya. Entah apa yang cewek tersebut pikirkan, tapi terlihat menggemaskan.

Atlantas melototkan kedua matanya. Menggemaskan? Ia pasti tengah mabuk.

Jangan-jangan gue mabuk roti kadaluarsa lagi.

ATLANTAS || ENDWhere stories live. Discover now