15. Atlantas Dan Alex

4.6K 476 7
                                    

“Selamat hari kamis, buat kamu yang manis,” —Alex

🏍️🏍️🏍️

Abel membuka pintu Apartemen. Setelah Atlantas mengantarnya sampai depan lift, cowok tersebut lantas pergi begitu saja.

Huft, berasa Apartemen milik sendiri kalau begini ceritanya. Lagian, heran banget sama Kak Atlas, bisa-bisanya dia percaya kalau Abel nggak curi barang dia.” Cewek tersebut menggulung rambutnya ke atas. “Ya, walaupun Abel nggak ngapa-ngapain, kan, tetap aja seharusnya Kak Atlas nggak semudah itu ninggalin Apartemennya ke orang asing.”

Abel melepaskan tasnya dan meletakkan barang tersebut ke atas meja kecil. Lalu pergi ke toilet untuk berganti baju.

Lewat pantulan kaca, Abel bisa melihat wajahnya yang sedikit pucat. Sebenarnya, kepalanya masih terasa pusing. Tapi, ia butuh asupan sekarang.

“Masak apa, ya?” gumamnya pada diri sendiri.

“Nggak mungkin, kan, nasi goreng terus?” Abel membuka pintu kulkas. Meneliti satu persatu bahan masakan yang hanya tertinggal sedikit.

Abel jadi teringat masakan sop buatan Oma-nya dulu saat di Kalimantan. Apa ia masak sop saja? Toh, sepertinya cocok-cocok saja. Apalagi dua hari terkahir ini saat malam akan turun hujan dengan curah yang cukup lebat.

“Tapi, Abel harus beli bahannya dulu ke swalayan.”

Abel menatap jam di dinding. Baru jam satu siang. Panas-panas gini ke swalayan? Yang benar saja. Tapi, apa boleh buat. Demi sop ia akan pergi ke swalayan sekarang juga.

Mencatat satu persatu bahan yang akan ia beli di note ponsel, Abel juga memeriksa uang tabungannya di rekening. Masih cukup untuk membeli semua keperluan masaknya.

Saat di kamar, Abel meneliti penampilannya di depan kaca. Tidak buruk juga. Toh, ini hanya untuk pergi ke swalayan. Bukan untuk jalan-jalan ke tempat khusus.

 Bukan untuk jalan-jalan ke tempat khusus

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Abel tersenyum lebar. Mengoleskan liptint ke bibirnya dan merapihkan rambut. Lalu membuka lemari untuk mengambil jaket.

“Oke, Abel memang cantik,” gumamnya semringah.

Setelah memastikan kalau pintu Apartemen Atlantas terkunci, Abel langsung berjalan menuju lift. Di dalam lift, Abel mengotak-atik ponselnya. Membalasi satu persatu pesan dari teman-teman.

Drrttt drttt

“Alex? Tumben nelpon.”

Abel menerima telpon tersebut. “Assalamualaikum, Alex,” sapanya duluan.

“Waalaikumsallam. Keadaan lo gimana? Udah baikan? Tadi lo pingsan. Gue panik, Bel, tapi Atlantas duluan bawa lo pergi.”

Abel mengernyitkan dahi. “Kak Atlas bawa Abel?” gumamnya pelan.

ATLANTAS || ENDWhere stories live. Discover now