30. Setan

3.7K 406 23
                                    

“Aku belum mengenalmu jauh lebih dalam,” —Abel

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Aku belum mengenalmu jauh lebih dalam,” —Abel.

🏍️🏍️🏍️

Orang tua Abel menyambut kedatangan Atlantas dengan ramah. Killa menyiapkan makanan untuk sang suami, anak, dan tamunya.


“Dimakan ya, Tas. Maaf kalau nggak sesuai selera kamu.”

“Nggak papa, Tan. Saya suka, kok.”

Abel duduk yang duduk di samping Atlantas berdehem pelan. Bisa-bisanya Atlantas berbicara kalem seperti barusan. Sangat ber-damage. Dan tidak baik untuk jantung perawannya.

“Kak Atlas beneren nggak papa, kan?” tanya Abel kepada Atlantas setengah berbisik. “Kalau nggak suka jangan dimakan. Nggak papa, kok.”

Atlantas melirik Abel. Mengambil sendoknya—siap untuk makan.

“Gue suka,” sahut Atlantas. “Kalaupun gue nggak suka, gue tetap makan. Itu cara gue menghargai masakan seseorang.”

Abel specheless, dia teringat akan kelakuannya dulu. Dia sering sekali tidak memakan masakan Mamanya kalau masakan yang tersaji tidaklah sesuai seleranya dan memilih untuk memasak mie instan sendirian.

Tiba-tiba Abel jadi merasa bersalah. Apa dulu dia tidak bisa menghargai masakan Mamanya?

Abel bernapas gusar. Dia hanya bisa memilin jari-jarinya di atas pangkuan—sangat ciri khas jika Abel tengah bingung. Dia juga sudah kehilangan niatnya untuk makan saat ini akibat pikiran tersebut yang mulai menguasai otaknya.

Lho, kenapa nggak makan? Nggak sesuai selera kamu, Bel?” tanya Killa yang memperhatikan gerak-gerik putrinya.

“Eh, enggak kok, Ma. Abel cuman kepikiran Mas Adrian doang di Kalimantan. Kira-kira dia bisa nggak ya makan gini? Tumis kangkung dan ayam goreng. Padahal ini makanan favorit Mas Adrian. Kasian banget sih Mas Adrian,” bohong Abel. Dia tidak sanggup untuk membicarakan yang sesungguhnya.

Abel segera mengambil sendoknya, mengabaikan tatapan tajam Atlantas yang terarah kepadanya.

“Udah Mama masakin kok pas balik ke Kalimantan.”

“Eh, seriusan, Ma?”

“Iya. Ngapain juga Mama bohong. Tanya aja sana sama Ayah kalau kamu nggak percaya.”

“Beneran, Yah?” tanya Abel ingin memastikan.

Frams mengangkat wajahnya, lalu mengangguk. “Seperti biasa, Adrian selalu nambah.”

ATLANTAS || ENDWhere stories live. Discover now