28. Cerita Di Dufan

4.1K 481 34
                                    

“Hidup itu kayak Bianglala, kadang di bawah kadang di atas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Hidup itu kayak Bianglala, kadang di bawah kadang di atas. Semuanya berputar
Hanya membutuhkan waktu saja,” —Atlantas.

🏍🏍🏍

Atlantas mengikuti langkah kecil Abel yang tampak sangat bersemangat menjelajahi Istana Boneka. Abel terperangah takjub pada Bangunan yang saat ini dia masuki. Bangunan tersebut memiliki gaya arsitektur Eropa klasik yang bisa ditaksir diisi oleh lebih dari 600 boneka animatronik nan lucu.

Abel dan Atlantas sudah duduk nyaman di atas perahu. Perahu inilah yang akan membawa mereka menjelajah isi Bangunan tersebut.

Dan lagu mulai terdengar sebagai penggiring perjalanan perahu mereka.

Dan di sepanjang air yang tergenang tenang,  perahu mereka terus melaju pelan. Abel tersenyum lebar, sedangkan Atlantas menghela napas pelan. Dia tidak bisa berbuat apa-apa kalau terjebak duduk di sini. Namun, melihat Abel yang benar-benar merasa bahagia, dia rasa tidak ada salahnya ikut menikmati isi bangunan tersebut.

Seperti namanya, di sepanjang sisi air hanya diisi oleh boneka berbagai karakter dengan kostum yang mewakili budaya-budaya dari berbagai dunia.

“Udah dari lama banget Abel mau ke Dufan, lebih tepatnya ke Istana Boneka. Tapi, nggak pernah kesampaian juga. Dan setelah berbulan-bulan di Jakarta, ini kedua kalinya Abel ke Dufan dan pertama kalinya masuk ke dalam Istana Boneka.”

Abel tersenyum lebar ke arah Atlantas. “Makasih ya Kak udah ajak Abel ke Dufan hari ini. Abel senang banget.”

Atlantas hanya mengangguk.

Dan pelan-pelan perahu mereka menyusuri blok yang menampilkan diorama tampilan boneka dan background yang sesuai dengan budaya yang diwakilinya.

”Lagunya berubah-ubah setiap blok tenyata,” ucap Abel setengah berbisik. Karena di depan mereka juga ada orang.

“Hm.”

Setelah menghabiskan waktu hampir 30 menit, akhirnya Abel dan Atlantas pun keluar dari wahana tersebut. Dan beralih ke wahana lainnya. Abel benar-benar menghabiskan waktunya berjam-jam di sana tanpa mendapatkan protesan dari Atlantas sedikit pun. Cowok tersebut jelas hanya diam saja dan setia mengikuti langkah Abel dari belakang.

“Nungguin sore masih lama lagi ternyata.” Abel membuka jam diponselnya. Jam satu siang. “Kita ngapain lagi, ya?” tanya Abel bingung. Dia berdiri di depan orang yang tengah berjualan minuman dingin.

“Makasih, Mas.” Abel menerima minuman dingin tersebut. Menyerahkan uang berwana ungu kepada sang penjual. “Kembalian ya buat Mas aja.”

Tanpa menoleh ke belakang lagi, Abel kembali berjalan memutari Dufan dengan sesekali berfoto ria.

Atlantas memperhatikan jam di pergelangan tangannya. Sekarang sudah hampir jam dua siang. “Kita makan siang dulu.”

Abel yang saat itu tengah memakan Crabclaw, menatap sebentar ke arah Atlantas. Dia menelan makanannya.

ATLANTAS || ENDWhere stories live. Discover now