Extra Part 1

5.1K 338 22
                                    

— Extra Part Atlantas —

[ sunset di Bandung, lagi ]

“Aku tak akan pernah tahu apa yang akan terjadi esok hari, akankah berjalan sesuai rencana atau justru porak-poranda. Tetapi satu hal yang kutahu pasti, bahwa tak peduli apapun yang terjadi, kamu akan selalu memilihku dan aku akan selalu memilihmu.”

— Atlantas & Arabella —

🏍️🏍️🏍

Kalian tau apa yang manis dari cinta? Ya, berusaha saling membuat bahagia. Benar, kan? Menurut Atlantas itu adalah hal yang sangat benar.

Sebab, Abel selalu bisa memakai cara sederhana untuk membuat garis lengkung di bibirnya. Membuat Atlantas tersebut kadang senyum-senyum sendiri saat mengingat tingkah konyol cewek tersebut.

“Sini deh, Abel bisa ramal ...,” kata cewek berambut panjang tersebut sambil meraih tangan Atlantas dan melihat telapaknya.

Atlantas diam-diam tersenyum geli.

“Ini namanya garis kehidupan, masa depan terlihat di sini, dan Kak Atlas tau?”

“Hm?”

“Abel lihat ada kita di sana. Jadi, dijaga, ya, sampai nanti kita menua sama-sama,” ucapnya lembut.

Dan Atlantas bisa melihat ada cinta yang lebih besar dalam mata Abel. Yang membuat dia tersenyum dengan dada yang terasa berdebar-debar.

“Aku percaya saja, sebab kamu pernah bilang, 'yang paling penting adalah kamu bahagia dulu, nanti menyusul bahagiaku'.”

Abel mengangguk, setuju.

“Abel cuma bisa berharap, Kak Atlas. Semoga kita bisa sama-sama terus, itu saja.”

Atlantas menggenggam kedua tangan Abel. Menatap cewek tersebut penuh rasa sayang.

“Kita satu tujuan, Bella. Jadi, kita berjuang sama-sama, ya. Aku, kamu, dan masa depan kita. Itu tujuan kita.”

Abel tersenyum haru. Membalas erat genggaman Atlantas.

“Iya, itu tujuan kita.”

Atlantas menarik tangan Abel. “Kita ke Rumah Putih, mau?” tanyanya.

“Rumah Putih?”

“Iya. Rumah yang di Bandung. Itu namanya Rumah Putih, Bella. Belum ada Anak Bandidos yang masuk ke sana. Cuman kamu yang aku izinin ke sana, selain Ibu.”

Abel mengernyitkan dahi.

“Yang ditengah hutan itu, Bella,” jelas Atlantas tau dengan kebingungan Abel.

“Seriusan?”

Kedua bola mata Abel bergetar. “Cu—cuman Abel? Teman-teman Kak Atlas belum pernah? Kak Atlas seriusan, kan?”

“Iya, Bella.”

Abel terdiam.

“Itu rumah idaman Mama, Bella. Mama ngumpulin uang dari nol agar bisa membangun rumah itu. Biasanya, kalau sedih Mama pasti bakalan tidur di sana. Aku kadang ikut. Sampai akhirnya rumah itu Mama kasih untukku. Kata Mama, rumah itu akan jadi milik istriku kelak.”

ATLANTAS || ENDWhere stories live. Discover now