-30-

766 106 37
                                    

Kota ini tersasa lebih dingin dari biasanya, salju yang turun terlambat membuat orang-orang kurang bersiap.

Beruntung mereka selalu menyimpan pakaian hangat yang bisa digunakan kapan saja, akupun memiliki satu tentu saja.

Pemberian Jisung, Jisung mengajaku untuk merayakan natal berasama yang lain, dan tentu saja aku menolaknya, apa yang harus aku obrolkan nanti, nasibku yang menyedihkan?

Tentu saja bukan topik yang menarik untuk dibicarakan di malam natal.

Sebagai gantinya dia meninggalkan sebuah kotak berisi hadiah dan miniatur pohon natal yang jujur saja terlalu berlebihan dan terang untuk mataku. Tapi aku memilih untuk tidak mengatakan itu pada Jisung, selera orang kan berbeda-beda, mari kita diam saja dan cukup berterimakasih saja.

Terimakasih jisung,..

~~~~~~

Aku memang orang yang tidak tahu diri, harusnya aku menghampiri Jisung untuk mengucapkan terimakasih, tapi aku malah berdiri disini sekarang.

Di depan sebuah rumah besar dengan cat berwarna putih dan pagar tinggi yang membuatnya sedikit mencolok.

Aku tidak sebodoh itu untuk tidak tahu cara memencet bel, tapi aku hanya ragu apakah aku memang waras untuk bertamu ke rumah ini.

Aku masih menimang-nimang untuk jadi bertamu atau tidak, sampai sebuah tepukan pelan berhasil mengagetkanku.

Di depanku saat ini berdiri seorang wanita paruh baya yang berusaha tersenyum padaku meski dia tidak bisa menyembunyikan perasaan bingungnya dari raut wajahnya.

Aku tidak akan tersakiti oleh tatapan seperti itu, bayangkan saja tiba-tiba ada orang asing yang terlihat tidak layak diam berdiri di depan pagar rumahmu dalam waktu yang cukuplama memang terlihat sangat mencurigakan.

"Mencari seseorang nak?" wanita itu akhirnya bertanya, mungkin dia memang benar-benar penasaran, kenama ada orang sepertiku di depan rumahnya.

Nyaliku untuk datang kerumah ini benar-benar sudah lenyap, aku akan pulang, mungkin nanti aku akan kembali lagi nanti saat aku sudah terlihat lebih pantas.

"Tidak nyonya, aku hanya kebetulan lewat dan berhenti sebentar untuk melihat-lihat, maafkan aku atas sikapku yang tidak sopan, saya permisi nyonya."

Aku membungkuk dan segera pergi dari rumah itu sampai wanita itu kembali memanggilku.

"Tunggu nak, siapa namamu?" wanita itu kembali mendekat dan kemudian menggenggam tanganku.

Aku sebenarnya bingung, tapi rasanya sungguh tidak sopan jika aku tidak menjawabnya.

"Saya Felix nyonya" aku tidak tau harus menambahkan apa lagi dibelakang kalimatku, karena akupun sepenuhnya bingung kenapa dia bertanya siapa namanku.

Tapi nampaknya dia cukup kaget setelah mendengarnya, jelas sekali raut wajahnya langsung berubah. Apa aku pernah membuat masalah dengan wanita ini sebelumnya? Tapi aku rasa tidak, yaaa semoga saja tidak.

"Apa kau benar Felix?"

"Jika kau memang Felix, tolong masuklah sebentar nak, mampir lah sebentar, anak ku selalu menunggumu."

Ternyata kau tidak berbohong mengenai rindu, ternyata kau memang selalu menungguku.

~~~~~~~

"Apa kau sudah makan nak? Mau tante masakan sesuatu, mau minum coklat hangat ?"

"Ahh benar, kau suka susu stroberi bukan? Tunggu sebentar disini, tante ambilkan ya."

Ibumu bahkan tau minuman kesukaanku, jadi sebnayak apa yang sudah kau ceritakan ?

Désolé - Changlix -Where stories live. Discover now