-3-

1.7K 230 9
                                    


Tentu saja keadaan menjadi canggung, terasa sekali bahwa seungmin sedang menatapku tajam meskipun aku tidak benar-benar melihatnya. Sebenearnya aku sangat membenci keadaan seperti ini, harusnya aku bangun lebih pagi lagi, agar tidak ada satuupun yang melihatku keluar dari rumah ini. Aku sama sekali tidak berniat membuka obrolan dengan mereka, karena aku tau itu hanya akan memperburuk suasana. Jadi aku putuskan untuk segera pergi tanpa niatan untuk beramah-tamah terlebih dahulu.

Namun tiba-tiba ada sebuah tangan yang menghentikanku. Aku menatap bingung kepada seseorang yang sampai saat ini masih memegang pergelangan tanganku tanpa kutau maksudnya apa. Aku tidak merasa mengenalnya ataupun berteman dengannya, jadi untuk apa dia menhentikanku. Apakah ada yang aneh dengan wajahku atau memang dia memiliki hobi memandangi wajah orang asing.

"Kita satu sekolah, masih ada kursi kosong dibelakang, kau bisa ikut."dia mengatakan dengan nada yang sedikit dingin dan terkesan acuh, namun entah kenapa aku merasa bahwa dia bersikap seolah-olah kami adalah teman akrab yang sudah lama bersama. Aku tidak bergeming sama sekali,ini terlalu aneh untuk orang asing sepertiku.

"Ayo!" kali ini dia mulai menarik tanganku untuk ikut berjalan kearah mobilnya.

Tidak.. aku tidak mengharapkan afeksi seperti ini dari seorang Seo Changbin. Aku sejak awal sudah memantapkan diri untuk tidak memulai pertemanan dengan siapapun kecuali jika itu tidak sangat mendesak. Berteman pada akhirnya hanya akan merepotkan hidupku yang sudah cukup kacau ini.

"Tidak terimakasih." Ucapku sedingin mungkin agar orang ini tidak bersikap baik lagi padaku dilain waktu. Karna pada akhirnya aku tidak akan membalas kebaikannya.

Aku bisa melihat ekspresi keheranan yang sangat amat kentara pada wajahnya, tentu saja dia akan bertanya- tanya mengapa aku bersikap seperti itu padanya. Biarkan saja, aku lebih suka orang-orang membenciku alih-alih mereka menyukaiku. Menanggapi kebencian tersasa lebih mudah untuku, dan tentunya lebih familiar.

Tapi sebelum benar-benar pergi aku sempatkan menoleh kearah adiku yang sedari tadi hanya diam melihat interaksi antara aku dan changbin, kentara sekali saat ini dia sedang menahan marah karna teman kesayangannya memperhatikan orang lain bukan dirinya, terlebih orang lain tersebut adalah aku, kakaknya, sekaligus orang yang paling dia benci di dunia ini.

Masalah Seungmin akan ku pikirkan saja nanti di sekolah, karena aku harus bergegas mengejar bis yang sebentar lagi lewat, dan tentu saja waktuku terbuang karena sikap sok perduli seorang Changbin padaku.

Ini baru hari pertama aku ke sekolah, dan sepertinya aku akan terlambat. Benar-benar hari yang menyenagkan bukan?

********

Jalanan di kota Seoul sedikit berbeda dengan jalanan di daerah rumahaku, di Gangnam. Disini tentunya lebih ramai, namun ramai yang terasa berbeda. Banyak anak sekolah berlalu-lalang saling tertawa atau mungkin diantaranya sedang mengeluh perihal sekolah yang membosankan.

Sudut bibirku terangkat secara tidak sengaja. Mengapa aku tersenyum? Ini tidak boleh terjadi, aku tidak boleh mengharapkan kehidupan yang seperti itu, aku tidak perlu teman, aku akan baik-baik saja meskipun aku sendiri. Jangan iri, jangan berharap.

Benar saja pagi ini aku terlambat. Terbiasa dengan sistem belajar Home Schooling di Indonesia membuatku sedikit bingung harus berbuat apa. Pagar sekolah ini sudah tertutup rapat, padahal ini baru jam delapan pagi. Ohh ayolah, apakah tidak ada keringanan untuk anak baru sepertiku?

Sedang asik mengeluh, tiba tiba saja ada yang menarik tali ranselku dengan sedikit keras. Hampir saja aku mengumpat namun tidak jadi. Karena si pelaku penarikan saat ini sedang tersenyum sangat lebar sampai aku khawatir mulutnya bisa sobek karena tindakan bodohnya.

Aku tidak sejahat itu untuk mengumpati orang asing yang terus tersenyum seperti ini.

"Kakak anak baru ya?" dia bertanya dengan senyuman bodoh yang tak kunjung luntur dari wajahnya.

Belum sempat aku menjawab, dia terus mengajukan pertanyaan-pertanyaan baru, seperti..

"Kakak ini bukan orang Korea ya?"

"Loh kak ini warna rambutnya aseli nggak nih? Ngga boleh loh ngecat rambut nanti kena hukum kak Changbin"

"Kakak ini laki-laki tapi kok menurut Jeje kakak cantik loh."

Apakah aku harus menjawab semua pertanyaan anak ini? Aku sama sekali tidak tertarik untuk itu. Namun melihat ekspresi wajahnya yang terkesan sangat antusias mendengar jawabanku membuatku terpaksa menjawabnya.

"Iya aku anak baru."

"Kalau aku bukan orang Korea, lantas aku orang mana?!" jawab ku dengan nada yang tidak memiliki unsur keramahan barang sedikitpun.

Anak di depanku sedikit terlonjak kaget, mungkin dia jarang bertemu orang jahat sepertiku.

Belum ada percakapan lagi diantara kami berdua setelah itu, mungkin dia juga sudah malas untuk bertanya lagi padaku. Wahh kau hebat sekali Felix, masih pagi sudah membuat dua orang asing membencimu.

*******

Sampai pada akhirnya seorang satpam sekolah membukakan pintu gerbang dan membiarkan kami masuk karena tidak kuat mendengar rengekan bocah tadi yang memohon agar bisa masuk meskipun sudah terlambat dua puluh menit lebih.

Setelah kami masuk, bocah itu langsung berlari menuju lingkungan sekolah, tapi tidak dengan ku yang tetap berjalan dengan sangat santai atau bahkan terlalu santai untuk ukuran murid yang terlambat.

********

Aku harus menemui wali kelasku terlebih dahulu, namanya Pak Baekhyun. Dan dia terlalu banyak bicara sampai kupingku sakit mendengar wejangan nya.

Bersyukur sekali aku sudah lolos dari cengkraman wali kelasku yang satu itu, dan yang lebih menyenangkan ternyata jam pelajaran pertama dikosongkan karena sedang ada rapat antar guru dan donator sekolah di aula.

Karna aku malas masuk kedalam kelas yang pastinya sedang tidak ada guru saat ini, aku memilih untuk berbelok ke arah kantin untuk sekedar membeli minuman.

Baru saja sampai di depan kantin, aku melihat beberapa orang yang sibuk mengobrol dalam satu meja, mereka berisik sekali. Tentu saja berisik, mereka ber delapan. Tapi setelah aku perhatikan, ada beberapa orang yang aku kenal atau sekedar tahu saja, Kim Seungmin, Seo Changbin,dan bocah berisik yang satu itu. Aku tidak terlalu memperdulikan itu, aku tetap berjalan kearah mesin minuman otomatis seperti tujuan awalku.

Aku bisa merasakan bahwa beberapa diantara mereka ada yang memperhatikanku, wajar saja sebenarnya. Aku anak baru, dan manusia biasanya memiliki kebiasaan untuk memperhatikan sesuatu yang dianggap asing olehnya. Karena rasa penasaran.

"Kak Changbin jangan diliatin terus kakaknya!! Itu kakak jahat yang jutekin Jeongin tadi pagi kak.."

Aku mendengus mendengarnya, Bocah itu nampaknya tidak tau cara berbisik pada seseorang. Tentu saja aku mengalihkan padanganku kearah mereka, berniat melihat bocah tadi yang baru saja membicarakanku,namun malah tidak sengaja bertemu dengan mata Changbin yang memang sedari tadi sedang memperhatikanku, dan kemudian menimbulkan kesan bahwa kami saling menatap satu sama lain. Padahal sama sekali tidak seperti itu.

Ahh sial! Masalahku dengan Seungmin akan bertambah lagi.

Yang Jeongin (Bocah Berisik)

Yang Jeongin (Bocah Berisik)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Désolé - Changlix -Where stories live. Discover now