-19-

1.1K 205 27
                                    


Tubuhmu memang sepenuhnya milikmu, tidak ada orang lain yang bisa mengerti bagaimana kondisimu selain dirimu sendiri.

Maka jagalah dirimu untuk dirimu sendiri, kau tidak selamanya bisa merepotkan orang lain atas lalaimu yang kadang kau sengaja.

Malam itu aku yakin bahwa dia akan datang, entah karena keinginannya, atau karna pesan yang ku kirimkan. Meskipun saat sudah selarut ini dia masih belum membaca pesanku.

Mungkin nanti..

Mungkin sebentar lagi. Menunggunya beberapa jam bukan hal yang bisa aku keluhkan. Mengingat apa yang sudah dia lakukan untuku, mengingat berapa lama dia sudah menunggu, tentunya ini tidak ada apa-apanya.

Dia tetap menunggu meskipun yang dia nantikan adalah ketidak pastian. Dia tetap menunggu meski yang aku lakukan hanya membuang waktu.

Dia bahkan tetap diam menunggu dalam dinginnya malam itu, mengapa aku harus mengeluh pada setiap rintik hujan yang jatuh?

Seragamku yang sudah setengah basah masih bisa kering nanti, jadi tidak masalah. Tapi aku ingin melihatnya saat ini. Aku ingin dia datang meski harus diterpa hujan, aku ingin dia datang meski mungkin aku tidak berhasil memperbaiki semuanya.

Aku hanya pandai menghancurkan sesuatu, tapi aku sama sekali tidak tau bagaimana cara untuk memperbaikinya.

Jisung bilang aku hanya perlu meminta maaf dan jangan lupa tersenyum, tapi apakah semua luka akan mengering dengan kedua hal itu?

Jisung hanya terlalu menyayangiku, bahkan dia sebenarnya tidak perlu permintaan maafku sama sekali. Dia hanya senang melihatku memelas padanya, dia hanya senang aku memelas, itu saja.

Aku bisa melihat orang-orang yang berlarian dengan harapan mereka tidak akan terlalu basah. Beberapa pasangan terlihat nyaman meski harus berhimpitan dibawah satu paying yang tidak cukup besar untuk dipakai berdua.

Mungkin nanti kalau semuanya sudah baik-baik saja aku juga bisa seperti mereka, untuk mala mini aku bisa memeluk tubuhku sendiri.

~~~~~~

Tiba-tiba ponselku bergetar, aku harap ada balasan atas pesanku tadi. Tapi ternyata pesan itu berasal dari Jeongin.

Tidak ada kata-kata apapun di dalamnya, hanya ada sebuah foto yang tampaknya diambil dari jauh dan sudah di perbesar beberapa kali. Tapi aku masih bisa tahu siapa yang ada di dalam foto itu.

Terimakasih Jeongin, setidaknya aku tau alasanya mengapa dia tidak datang hari ini, dan aku tidak berhak marah untuk itu.

Karna dia tidak mungkin datangmaka akuputuskan untuk pulang saja, bajuku sudah setengah basah mengapa tidak kubuat basah sekalian.

Membayangkan Jisung yang akan mengomel begitu melihtku basah kuyup sedikit menghiburku. Jangan sampai kau bersedih didepan orang yang dengan sekuat tenaga membuatmu bahagia, itu hanya akan menyakitinya.

Tapi ternyata langkahku tidak bertahan cukup lama, aku akhirnya terjatuh dengan rasa sakit yang begitu hebat dibagian perutku.

Harusnya aku ingat pesan Jeongin, kau boleh melupakan apapun asal jangan lupa makan. Untuk orang-orang yang kesepian sepertiku, setidaknya makan bisa membuatmu sedikit bahagia. Bahagia karena setidaknya hanya hatimu saja yang sakit, perutmu tidak.

~~~~~

Dan akhirnya aku berakhir di tempat ini, bangun dengan pemandangan Jisung yang sedang menangis, setelah itu Changbin yang hanya menunduk selama beberapa jam.

Aku tidak berniat membuatnya merasa bersalah, bukan dia yang memintaku menunggunya.

Bukan kewajibannya juga untuk membalas pesanku, disini aku yang sepenuhnya berharap tanpa merasa dijanjikan apapun olehnya.

Dia terus meminta maaf meski sudah ku larang berulang kali, dia bahkan sangat sulit untuk sekedar disuruh pulang dan mengganti bajunya yang basah.

Bahkan Jeongin harus datang malam-malam untuk membawakannya baju ganti karena Changbin bahkan tidak bergeser sedikitpun dari tempatnya.

"Apa kau ingin menggenggam tanganku?" aku bertanya seperti itu bukan tanpa alasan. Sejak tadi Changbin hanya melakukan dua hal, yaitu menunduk dan kemudian memperhatikan tanganku, karna itu aku bertanya seperti itu padanya.

Dan ternyata benar, dia tidak menjawab pertanyaanku, bahkan mengangguk pun tidak. Dia langsung mengenggam tanganku erat, dan setelah itu aku bisa mendengar isakan kecil darinya.

Tentu saja aku terkejut, Changbin tiba-tiba menangis dan aku tidak tau mengapa. Apa jangan-jangan aku berbuat salah? Tapi aku tidak melakukan apapun sejak tadi.

"Kak Changbin kenapasih? Kalo mau nangis tuh bilang-bilang dulu dong! Jeje kan bingung harus gimana sekarang." Bahkan Jeongin ikut bingung karena Changbin tiba-tiba menangis.

"Ta- tadi tangan mu dingin sekali, aku takut sekali. Aku takut kau benar-benar pergi."

"Hatiku sakit, benar-benar sakit lix, harusnya aku datang padamu secepat mungkin. Bukan membiarkanmu kedinginan sendiri."

"Apa aku masih bisa menjadi mataharimu saat aku tidak lagi bisa membuatmu hangat?"

Terimakasih sudah datang, terimakasih sudah memeluku malam itu, sehingga aku tidak kedinginan sendiri.

Terima kasih sudah menangis untuku, rasanya nyaman.. rasanya seolah kau memiliki teman untuk membagi luka.

Tidak peduli aku harus menunggu berapa lama, tak peduli dimana aku harus menunggu, entah itu dibawah hujan atau bersama terik matahari, asal kau datang. Maka tidak apa-apa. Maka semua akan baik-baik saja.

~~~~~

Aku menghabiskan sepekan dirumah sakit, mereka bertiga bergantian menemaniku, bahkan hyunjin berapa kali ikut berunjung bersama Jeongin.

Jeongin terus mengeluhkan betapa sepinya sekolah karena aku harus terbaring disini.

Berbanding terbalik dengan Jisung yang bahagia karena dia bisa menghemat uang makan karena seminggu ini makan ku sudah pasti ditanggung oleh rumah sakit.

Dan benar saja, Jisung memaksa Changbin untuk membayar biaya rumah sakitku, karena menutut Jisung kejadian ini 70 persen adalah kesalahannya. Jadi Changbin harus bertanggung jawab.

Orangtua ku atau Seungmin tidak ada yang datang berkunjung, sebenarnya aku tau bahwa mereka tidakakan datang. Tapi tetap saja ada sebagian dari diriku yang masih saja berharap bahwa mereka akan sedikit menghawatirkanku.

Bukankah mereka pernah menyayangiku di masa lalu? Atau mungkin memang tidak pernah sama sekali.

Aku menghentikan acara melamunku dan beralih menatap Jisung yang dari tadi sibuk dengan laptopnya, dia bahkan pulang lebih larut akhir akhir ini. Dia selalu pulang larut malam, dan bangun sangat pagi untuk memasak sarapan.

Dia bahkan berhenti memberiku sereal dan beralih memasakan masakan sederhana untuk sarapan kami berdua.

"Jisung, kau sebenarnya sedang apa?" aku berusaha bertanya demi mengalihkan perhatiannya pada leptop itu. Matanya sudah tampak sangat lelah dan sedikit berair.

"Ah.. ini aku sedang mencari lowongan pekerjaan di internet." Jawabnya singkat dengan senyum lebar khasnya.

Kenapa Jisung mencari pekerjaan baru? Apa dia dipecat karena kemarin terpaksa bplos bekerja demi menemaniku?

"Aku tidak dipecat Felix, aku ini pegawai terbaik yang mereka miliki. Aku ini Ace Felix,,, Ace.."

Lagi-lagi jisung berhasil membaca pikiranku dan itu masih menyeramkan untukku.

"Aku hanya mencari pekerjaan dengan upah yang lebih banyak dari tempat bekerjaku saat ini.

"Dulu aku bekerja hanya untuk bertahan hidup saja,dan karena aku merasa kesepian kalau harus terus menerus sendirian dirumah."

"Tapi kali ini aku memiliki sebuah keinginan, aku ingin memberikanmu makanan yang lebih layak, dan aku ingin memastikan bahwa kau tidak akan pernah sakit lagi."

"Maka dari itu aku harus berusaha keras agar keinginanku dapat tewujud."

"Sabar ya dik, sabar sedikit lagi. Kakak akan membuatmu bahagia, sangat bahagia sampai kau lupa seperti apa rasanya kesedihan itu."

Jisung........

Désolé - Changlix -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang