-9-

1.4K 218 21
                                    


Setelah kejadian hari itu benar saja kami menjadi lebih dekat, mungkin aku saat ini bisa menyimpulkan bahwa aku dan Changbin sekarang adalah teman. Begitupun dengan Jeongin ataupun Jisung.

Aku tidak lagi berusaha menolak kehadiran Changbin, bahkan sesekali aku menerima tawarannya untuk berangkat atau pulang sekolah bersama. Meskipun saat di sekolah kami tidak sering mengobrol, setidaknya dia akan tersenyum padaku setiap kali kami berpapasan dan akupun akan membalas meskipun sekedarnya.

Mungkin bagi sebagian orang itu hal-hal yang biasa, tapi untuku yang bertahun-tahun ini menutup diri dari orang luar, ini merupakan perubahan yang sangat besar untuku. Sejauh ini aku merasa baik-baik saja meski setiap harinya aku menerima tatapan kebencian dari adiku, tidak pernah ada lagi percakapan diantara kami setelah hari itu.

Kadang aku ingin memulai sebuah obrolan dengan Seungmin, berharap dia tidak terlalu marah, karna aku hanya berteman dengan Changbin dan tidak berniat merebutnya sama sekali. Namun yang terjadi hanyalah aku yang membisu dan berbalik pergi.

Setelah aku sadari apa alasan disetiap bisunya mulutku, atau kelunya lidahku tiap kali ingin menjelaskan tentang keadaan ini kepada Seungmin, aku kemudian merasa menjadi orang yang paling jahat di dunia ini.

Aku tidak sepenuhnya berbohong, akupun tidak akan membela diriku sama sekali. Karna memang pada awalnya aku hanya berniat berteman saja dengan mereka, itu tetap berlaku untuk Jeongin dan Jisung, tapi tidak untuk Changbin.

Jeongin menjadi sosok teman yang lebih terlihat seperti adik yang menyebalkan untukmu. Dia akan menempeliku selama kami berada di kelas, bahkan sekarang dia pindah unttuk duduk disampingku. Dia akan menarik-narik pipiku dengan keras jika aku tidak pergi makan siang ke kantin, meski seringnya berakhir dengan dia yang membelikanku makanan untuk makan siang.

Aku bahkan sempat menemaninya menonton konser salah satu idol grup favorit nya setelah dia merajuk karna Hyunjin tidak bisa pergi bersamanya karna ada turnamen basket saat itu.

Entah apa yang merasukiku sampai-sampai aku mau berdesakan dengan beribu-ribu orang hanya karna tidak tega melihat anak ini terus murung sepanjang hari.

Jika yang tadi itu Jeongin, lain halnya dengan Jisung. Setelah membuatku menangis hanya karna sebotol susu stroberi, dia terus kembali padaku dengan dua botol susu dengan yang sama kali ini, alasannya selalu terdengar konyol untuku, tapi entah kenapa selalu membuat mataku berair.

Pernah sekali aku bertanya mengapa dia tidak pernah membeli susu pisang lagi, dan dia menjawab karena aku belum bisa mengalah untuknya. Karena adik kembarnya belum bisa berusaha untuknya.

Awalnya aku bingung, tapi kemudian aku mengerti, dia tidak pernah menyukai susu pisang, alasan dia membelinya hanya karna harganya lebih murah, jadi dia bisa lebih berhemat, beda jika dia membeli dua susu rasa stroberi.

Tapi karena akupun lebih menyukai susu stroberi, dan aku belum bisa mengalah untuk mau menerima susu pisang darinya, maka dia teteap membeli dua-duanya untuk kami. Meskipun harganya lebih mahal, tapi asal aku mau meminumnya, dia tidak apa-apa.

Sempat aku berpikiran bahwa Jisung ini terlalu perhitungan. Ayolah ini hanya sebotol susu, bahkan harganya tidak seberapa. Tapi setelah aku tau bahwa Jisung tidak memiliki uang sebanyak itu, dan bahkan dia bekerja paruh waktu untuk membantu perekonomian keluarganya, aku kembali merasa tertampar oleh kenyataan.

Aku yang selalu menyimpulkan sendiri tanpa mau tau apa yang sebenarnya terjadi membuatku merasa menjadi manusia yang sangat bodoh, setelah tau akan hal itu, aku lebih menghargai setiap botol susu yang diberikan jisung untuku. Pernah sekali dia hanya membawa satu buah susu ditanganya, dan kemudian dia memberikannya untuku. Karena hari itu dia dipecat dari tempat kerjanya dan tidak memiliki cukup uang untuk membeli susu untuk kami berdua.

Désolé - Changlix -Where stories live. Discover now