-18-

1.2K 195 12
                                    


Changbin pov..

Sudah empat jam aku berdiam disini, sebenarnya aku ingin melihatnya. Aku ingin memastikan bahwa dia baik-baik saja tapi aku merasa tidak punya keberanian sedikitpun untuk membuka pintu didepanku.

Ini adalah salahku, aku yang membuatnya terbaring lemah disana. Bahkan tangannya yang terasa dingin dengan tubuh yang bergetar hebat masih segar dipikiranku.

Dia masih terus- menerus mengeluh dingin padahal aku sudah memeluknya erat, dia tetap saja memejamkan matanya meskipun aku memanggilnya berkali-kali.

Ini salahku, harusnya aku datang saja seperti biasanya, harusnya aku tidak termakan egoku hari itu.

Kalau tau akan begini, aku akan mengikutinya kemanapun dia pergi hari itu. Kalau tau akan begini, aku tidak akan mengabaikannya walau itu hanya sebentar.

Harusnya aku tidak datang, seharusnya aku tidak kembali dan melihatnya seperti itu.

Karna seharusnya aku tidak pernah pergi, harusnya aku tidak mencoba berlari. Karna saat dia tak ada dalam pandanganku, dia malah menjadi begini. Datangku hanya kesia-sia an.

Kau tetap jatuh dibawah hujan.

~~~~~

Sejenak aku merasa bangga terhadap diriku sendiri, karena selama ini yang aku tau aku tidak pernah berjuang sekeras ini.

Kalian tau? Bahkan saat semua hal yang telah aku lakukan terus dia abaikan, tapi anehnya aku masih merasa bahagia karena setidaknya aku adalah satu-satunya objek yang dia abaikan.

Karna dengan seperti itu aku bisa menghibur diriku sendiri dengan berpikir bahwa aku adalah yang istimewa karena aku yang dia perlakukan berbeda.

Mengenalnya membuatku buta mana yang disebut luka mana yang bahagia. Menurutku asal dia berada dalam jarak pandangku, meskipun seringnya dia menatapku dengan acuh dan jarang sekali menjawab ucapanku, aku tetap bahagia.

Dan meskipun waktu itu dia tersenyum dan mengusak rambutku, saat itupun aku masih merasakan luka.

Kemarin semua itu masih tidak apa-apa.

Kemarin masih tidak apa-apa meskipun dia tidak pernah mengatakan bahwa dia juga menyukaiku, itu bukan maslah.

Meskipun dia terus menerus menyuruhku pergi, itupun tidak merubah perasaanku padanya.

Dia adalah sekaleng kopi dingin di dalam kulkas, karna sekalipun aku adalah matahari, aku tidak akan bisa membuatnya menjadi hangat.

Maka akan kunikmati saja meski mungkin nanti tanganku akan kebas saat aku berusaha menggenggamnya.

Tapi itu kemarin..

~~~~~

Tengah malam adalah waktu yang buruk untuk memikirkan sesuatu, setidak nya menurutku. Kau akan berpikir terlalu logis, dan menjadikan semua hal menjadi terlalu masuk akal.

Kau lupa bahwa kadang hatimu perlu ikut campur.

Sore tadi dia kembali mengusirku, aku datang dengan sekotak bento isi ayam kesukaannya. Aku tau hal ini dari Jisung, bahkan aku harus menyogoknya dengan sepuluh botol susu demi informasi ini.

Tapi dia kembali menolaku, padahal aku hanya tidak ingin dia menjadi sakit.

Aku mencoba berpikir baik, mungkin saja saat itu dia sedang ingin makan yang lain atau apapun itu.

Maka aku bertanya padanya apa yang dia inginkan saat itu.

Dan ternyata jawabanya berhasil menamparku. Dia berkata bahwa memang dia saat ini sedang tidak ingin makan, dan satu-satunya hal hal dia inginkan adalah agar aku pergi, dan jangan kembali.

Aku berusaha mengabaikan ucapanya seperti kemarin-kemarin, mulut Felix memang pedas, tipikal Felix sekali.

Tapi kali ini terasa sedikit berbeda, bahnkan hatiku masih terasa ngilu meskipun saat ini sudah pukul dua pagi. Mungkin kali ini memang aku harus mengabulkan keinginannya.

Pergi dan jangan kembali.

Aku menyerah saja, aku merasa tidak ingin lagi berlari mengejarnya. Sudah lelah, aku sudah terlalu lelah.

Kalian semua pasti pernah membaca sebuah cerita roman picisan bukan? Di dalamnya akan ada setidaknya dua tokoh yang melakoni cerita tersebut.

Tapi dalam kisahku tidak begitu. Aku merasa hanya ada aku dan diriku sendiri, tidak ada orang lain lagi, tidak ada Felix, tidak pernah ada.

Akau berjuang sendiri, aku berlai sendiri, aku berharap sendiri dan di akhir cerita aku pula yang terluka sendiri.

Dia akan tetap baik-baik saja disana.  Karna dia hanya diam dan menonton diasana.

~~~~~

Maka setelah malam itu aku memutuskan untuk berhenti dari semuanya, aku tidak lagi menghampirinya untuk sekedar mengingatkannya makan atau hanya sebata menyapa.

Tidak lagi, aku berhenti.

Maka yang pertama aku lakukan adalah aku berusaha memperbaiki hubunganku dengan Seungmin. Aku sadar aku sudah banyak menyakitinya hanya karna cinta sepihaku pada Felix.

Aku mengajaknya berjalan-jalan sore itu sebagai bentuk permintaan maafku, aku tidak kembali padanya. Aku hanya berusaha menempatkan semunya pada posisi semula.

Biasanya saat ini aku akan pergi mengunjungi Felix yang sedang menungguu Jisung di perpustakaan kota, tapi kali ini mobilku melaju ketempat lain bersama Seungmin yang sedang tertawa disebelahku.

Malam ternyata cepat sekali datang, aku memutuskan kembali ke mobil untuk mengambil jaketku karena Seungmin bilang ia kedinginan.

Handphoneku memang sengaja aku tinggalkan di dalam mobil, karena siapa pula yang akan mencariku? Tidak ada.

Itu dugaanku, tapi ternyata aku melihat ada satu pesan masuk dan itu berasal dari Felix. Aku sempat ingin membukanya, tapi aku urungkan dan memilih melanjutkan acaraku dengan Seungmin.

~~~~~

Sudah cukup larus saat aku dalam perjalanan pulang setalah mengantar seungmin, mungkin sekitar setengah sebelas malam.

Tiba-tiba Jisung menelponku dan langsung berteriak marah padaku.

Setelah mendengar apa yang Jisung katakan, aku segera merubah tujuan ku yang awalnya menuju apartemenku ke perpustakaan kota, aku harus segera ke perpustakaan kota.

Malam itu hujan deras, tapi aku tetap berlari mencari keberadaannya. Aku tidak bisa menemukannya dimanapun.

Tempat ini sudah tutup satu jam lalu, Felix tentu saja tidak ada di dalam.

Hatiku berdegup kencang saat aku melihat seseorang yang terbaring lemas dibawah hujan.

Sial!!! Seo Changbin Siall!!!

Aku mengutuk diriku berkali kali, aku sangat kenal jaket itu, itu miliku. Aku sangat tau siapa yang memakai jaket itu sekarang.

Yang bisa aku lakukan hanya berteriak memanggil namanya, berharap dia bangun dan melihatku. Tapi Felix diam saja, felix kembali mengabaikanku.

Pakaiannya sudah sangat basah dan tubuhnya terasa sangat dingin. Wajahnya begitu pucat saat aku menemukannya.

Sebenarnya kau sudah disini berapa lama? Harusnya kau pulang saja Felix. Harusnya kau tidak menungguku datang.

Maafkan aku, jangan tidur dulu,,, tolong jangan tidur dulu.

~~~~~

Aku hanya bisa duduk diam disini sambil menunggunya bangun, aku meraih ponselku dan membuka pesannya yang belum kubaca.

Air mataku jatuh dan tidak bisa kucegah.hatiku sakit sekali, aku merasa sangat bersalah. Harusnya aku baca pesan itu sejak tadi. Harusnya aku tidak se enaknya sendiri, harusnya aku datang dan tidak membuatnya menjadi seperti ini.

Felix :

"Changbin, kau datang? Ayo makan bersama. Aku akan menunggmu."

Désolé - Changlix -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang