-7-

1.3K 218 10
                                    


"Jangan berusaha memahamiku Changbin."

"Aku ini sulit."

"Aku ini rumit."

Bahkan akupun tidak bisa memahami diriku sendiri, apa lagi kau Changbin.

~~~~~~~

Dia hanya menatapku tanpa mengatakan apapun, akupun sebenarnya tidak ingin meneruskan obrolan seperti ini dengannya.

Kami baru saja mengenal selama dua hari, dan entah kenapa aku merasa dia sudah terlibat terlalu jauh dalam kehidupanku. Aku tidak pernah sekeras ini dalam menolak kehadiran seseorang yang datang, tapi entah mengapa istilah kebetulan selalu menjembatani pertemuan kami berdua.

Mungkin memang saatnya aku mulai menerima mereka yang berusaha mendekat, tapi tentu saja orang itu bukan Seo Changbin. Aku sangat tahu fakta bahwa adiku sangat menyukai orang ini. Bukan waktunya untuku menjadi jahat dengan merusak kebahagiaan adiku sendiri.

Jika kalian berpikir bahwa aku membenci Seungmin setelah apa yang terjadi selama ini, kalian salah. Aku tidak pernah membencinya, mungkin ada beberapa waktu dimana aku tidak bisa menerima apa yang dia lakukan padaku, tapi hanya sebatas itu.

Faktanya aku memang pernah menyakitinya, meskipun aku tidak bermaksud seperti itu tapi tetap saja kenyataan nya memang seperti itu.

Aku tidak pernah menyalahkan Seungmin karena telah membenciku, karena semua kesalahan memang berasal dari diriku sendiri. Aku sudah menjadi sebuah kesalahan bahkan sebelum kejadian delapan tahun lalu. Keberadaanku adalah sebuah kesalahan tersendiri, jika aku bukan sebuah kesalahan tentunya orangtua kandungku tidak akan pernah meninggalkanku sesaat setelah aku dilahirkan.

~~~~~~

Lamunanku buyar setelah Changbin kembali melemparkan jaketnya padaku. Bukankah aku sudah menolaknya tadi, tapi kenapa dia teteap saja keras kepala.

"Aku tidak perlu jaketmu Changbin, ambil ini dan pergilah." Ucapku seolah aku sangat terganggu dengan kehadirannya.

Padahal ini terasa menyenagkan saat kau memiliki teman untuk menemanimu menikmati sekaleng kopi dingin. Tapi lagi-lagi aku harus menjadi munafik untuk diriku sendiri.

"Apa menurutmu aku perduli ? kau suka atau tidak, kau mau atau tidak aku sama sekali tidak perduli, aku hanya akan melakukan semuanya sesuai keinginanku." Dan kemudian dia pergi begitu saja,tapi aku terlalu malas mengejarnya.

Mungkin aku kembalikan saja jaketnya besok. Lagi-lagi aku harus bertemu dengannya.

Sebenarnya tidak begitu sulit untuk menjauhinya, yang sulit adalah menyingkirkan fakta bahwa perasaanku sedikit menghangat saat bertemu dengannya. Itu yang sangat sulit.

~~~~~~

Aku pada akhirnya memutuskan untuk pulang tidak lama setelah perginya Changbin. Udara malam ini ternyata tidak ramah sama sekali. Maka aku terpaksa memakai jaket yang dia berikan tadi.

Aku malu terhadap diriku sendiri, bukankah aku tadi bersikeras untuk menolak jaketnya? tapi yang terjadi sekarang adalah aku yang bersyukur karena terselamatkan dari dinginnya udara malam ini berkat jaket milik Changbin ini. 

Untung saja dia sudah pergi, kalo dia melihatku memakai jaketnya, tentu saja dia akan menertawakanku dengan sangat keras atau bahkan mungkin mengejeku karena aku bahkan tidak bisa memegang perkataanku sendiri.

Mungkin lain kali aku harus lebih keras terhadap diriku sendiri, karna jika aku semakin lemah maka aku semakin membuka jalan bagi mereka yang mencoba berbuat baik padaku. Kedengarannya memang bagus, tapi kenyataan nya tidak seperti itu.

~~~~~~~

Aku kira semua orang sudah terlelap dikamarnya masing-masing, sampai sebuah suara menyapaku.

"Bukankah itu milik Changbin? Bagaimana bisa ada padamu Felix?" dia bertanya penuh selidik.

Aku sama sekali tidak menyangka akan bertemu seungmin malam ini. Mengapa pula dia terbangun tengah malam seperti ini. Aku sama sekali belum menyiapkan jawaban apapun apabila sekenario seperti ini terjadi.

Jantungku berdetak lebih cepat, entah karena aku kaget mendengar suara Seungmin yang sangat tiba-tiba. Atau karena aku takut Seungmin akan semakin membenciku setelah mengetahui bahwa saat ini memang jaket Changbin yang aku pakai.

Kalau tau akan begini, lebih baik aku kedinginan sepanjang jalan daripada harus ketahuan oleh adiku. Tentu saja saat ini dia sedang berpikir yang macam-macam mengenai alasan mengapa bisa jaket seorang Seo Changbin melekat ditubuhku.

Salah-salah aku menjawab maka aku hanya akan memperburuk hubunganku dengannya. Maka aku putuskan untuk membuat sebuah kebohongan yang sangat aku sesali setelahnya.

"Ini miliku, kenapa aku harus memakai milik Changbin. Kami tidak ada dalam hubungan dimana bisa saling pinjam meminjam barang satu sama lain." Aku berusaha berbicara setenang mungkin, semoga usahaku berhasil.

Setelah mendengar jawabanku Seungmin malah tertawa dengan cukup keras, membuatku sedikit menyesal karena memilih jawaban seperti itu. Sudah kuduga aku memilih jawaban yang salah, untuk sekarang mari nikmati saja apa yang akan diberikan oleh Seungmin sebagai balasan dari kebodohan diriku sendiri.

Aku melihatnya  berjalan mendekat padaku, tangannya tiba-tiba menekan bahuku dengan cukup keras, sampai-sampai tubuhku terhuyung kebelakang dan jujur saja ini terasa sedikit menyakitkan. Untung saja aku tidak terjatuh, karena dibawahku saat ini adalah tangga,dan bukan tidak mungkin aku bisa geger otak jika terjatuh dari sini.

Setelah tawanya reda, berganti dengan sebuah senyum yang sangat menyeramkan, berbeda sekali dengan raut ramah dan cerianya yang biasa dia tampilkan sehari hari.

"Kau kira aku bodoh? Bahkan disini terdapat namanya Felix. Jangan membuatku semakin marah karena kebohongan bodohmu itu"

Mataku bergerak mengikuti apa yang dimaksud Seungmin. Seketika aku mengumpat dalam hati, benar saja dibagian dalam jaket ini tertulis "S-Changbin".

Argghhh rasa-rasanya aku ingin membenturkan kepalaku ke tembok sekeras-kerasnya karena hal bodoh yang baru saja aku lakukan.

"Felix kupikir kau tau batasanmu sampai mana, jangan sentuh apapun yang menjadi miliku, kau akan menyesal jika melakukannya."

Setelah mengatakan itu, Seungmin berjalan meninggalkanku begitu saja. Tentu saja dengan nyeri di bahuku akibat cengkramannya tadi.

~~~~~~

Aku menjatuhkan badanku begitu saja ke tempat tidur tanpa melepas jaket ini sama sekali. Mataku memandang langit-langit kamar yang gelap karena lampu yang sudah kumatikan.

Entah kenapa tanganku bergerak merogoh saku jaket milik Changbin, padahal aku sadar bahwa ini tidak sopan, tapi tetap saja aku lakukan.

Tanganku merasa menemukan sesuatu, aku menemukan sebuah kertas yang kalau aku tidak salah tebak ini merupakan sebuah bungkus permen karet.

Awalnya aku hiraukan saja, tapi ternyata ada sebuah tulisan diatasnya. Aku penasaran, maka aku berjalan kearah jendela agar aku mendapat sedikit penerangan untuk membaca apa yang tertulis disana.

"Pada akhirnya tetap kau pakai meskipun kau tidak ingin huh?"

Sial entah kenapa sebaris kalimat itu membuatku malu dan semakin merutuki tindakan ku sendiri.

Tapi entah kenapa aku malah menyelipkan kertas itu kedalam salah satu jurnalku, meskipun aku tahu seharusnya aku membuangnya.

Sekenario pertemuan-pertemuan ku dengan Changbin terputar begitu saja dikepalaku. Dia yang dingin, dia yang sedikit perduli, dia yang menatapku penuh marah, dia yang merendahkanku, dan dia yang kebetulan hadir dan meminjamkan jaketnya secara paksa.

"Changbin, aku bingung bagaimana menempatkan semua ini keposisi semula, diasaat aku baik-baik saja dengan kesendirianku. Disaat rasa sepi terasa begitu nyaman untuku, saat semua dunia hanya berputar untuk diriku sendiri."

"Changbin, kurasa aku sudah kalah... kita tak perlu berperang. Aku kalah, aku menyerah, kau sudah tak bisa lagi ku tolak."

Désolé - Changlix -Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin