-11-

1.3K 222 30
                                    

Felix Pov

Setiap orang pasti akan terluka, entah karna orang lain ataupun karna dirinya sendiri. Kita hidup bedampingan, berdesakan, tidak mungkin jika tidak bergesekan sama sekali.

Aku yang kalian lihat selalu berusaha menghindari setiap orang yang berusaha meraihku, aku yang selalu berkata kasar, aku yang terlalu acauh, atau aku yang secara terang-terangan menolak siapapun yang datang, apa kalian tau alasannya?

Manusia hanya pandai berspekulasi, membangun image orang lain sesuai dengan imajinasi mereka, sesuai apa yang mereka lihat sekilas, manusia memang seperti itu. Tidak ada yang bisa disalahkan untuk hal itu.

Tapi meskipun kalian tidak tertarik, aku ingin bercerita sedikit tentang diriku, lagi.

Aku hanya takut, mungkin tertalu takut akan menjadi duri untuk orang lain. Mereka yang baik padaku bisa saja aku lukai nantinya. Jika sudah seperti itu apa aku bisa memperbaiki semuanya? Tidak ada jaminan sama sekali untuk itu.

Aku tidak pernah benar-benar membenci mereka, tidak sama sekali. Diluar apa yang mereka lakukan terhadapku, aku tidak pernah ingin menghakimi.

Bahkan aku tidak menyimpan sedikitpun benci untuk orangtuaku ataupun Seungmin,meski kadang aku benar-benar merasa terluka karna mereka. Aku tidak akan menyangkalnya.

Tapi semuanya hanya berhenti disitu, aku akan menyimpan semua luka untuk diriku sendiri. Karena akulah yang sebenarnya bertanggung jawab atas semua yang terjadi, aku yang membuka peluang untuk mereka menorahkan luka pada diriku. Aku yang memancing.

Maka itulah yang sekarang aku rasakan terhadap Changbin. Aku tidak membencinya atas apa yang sudah dia lakukan terhadapku, jika aku tidak membiarkan dirinya mendekat, tentunya semua ini tidak akan terjadi.

Jika aku bisa menolak sejak awal, tentunya aku tidak akan merasa terluka saat ini. Bukan salahnya jika dia membenciku, hanya aku yang tidak cukup mampu untuk membuatnya menyukaiku, bukankah aku tidak pantas menyalahkan orang lain atas ketidakmampuan diriku sendiri?

~~~~~~

Berjam-jam sudah aku berada di taman ini, langit sudah meredup. Nampaknya aku sudah terlalu lama melamun.

Aku teringat bahwa barang-barangku masih ada di kelas. Si bodoh ini lagi-lagi melakukan hal yang merugikan untuk dirinya sediri.

Sialnya saat aku berniat mengambil tasku ternyata gerbang sekolah sudah terkunci, dan nampaknya satpam sekolahpun tidak ada di tempatnya.

Aku tidak memegang uang sama sekali, selain handphoneku, semua barangku kutinggal dikelas. Apa aku harus berjalan kaki dari Seoul ke Gangnam? Itu ide yang buruk.

Tapi tiba-tiba terlintas suatu tempat dikepalaku. Tapi aku masih tidak yakin apakah aku memang harus pergi kesana atau tidak. Tapi biarkan aku pikirkan sambil berjalan saja, ini sudah malam, dan jujur saja aku kelaparan sekarang.

Kakiku melangkah menyusuru jalanan yang ramai dilalui orang-orang yang pulang bekerja, anak-anak sekolah yang masih berjalan-jalan dengan temannya, atau mereka yang sekedar keluar untuk menikmati hari.

Aku berhenti disebuah kafe yang cukup ramai oleh pengunjung, aku terdiam di depan kaca sambil memperhatikan aktifitas orang-orang yang berada di dalam.

Mungkin aku terlalu lama memandang kedalam, sampai slah satu pengunjung menatapku dengan risih karena merasa terus ku perhatikan.

Padalahal aku tidak memperhatikannya sama sekali, pandanganku tertuju pada seorang anak laki-laki yang tangannya terlihat sibuk mengelap meja, dan mulutnya yang sibuk tersenyum.

Désolé - Changlix -Where stories live. Discover now