Bab 9

9.4K 968 12
                                    

Sorry for typo's

-PAPA!-


Brian sedang asik dengan Handphone yang  menampakan Muka Vero. 

"iya papa, Ian nanti makan" ucap Ian sambil mendekatkan mukanya kelayar handphone 

'Bunda lagi ngapain?' tanya Vero 

"Ndaaaaa!! lagi ngapain?" teriak Brian tepat di speaker handphone, membuat Vero harus menutup telinga karena mendengar teriakan tiba-tiba Brian.

"kenapa?" teriak Sheira dari kejauhan

"Papa Vero nanya" ucap Vero kemudian memberikan Handphone tersebut kepada pemiliknya. 

"Eh Ver, ini Gue lagi masak ayam cabe merah, sini kerumah gue masak lebih" ajak Sheira dan mendapat anggukan oleh Vero. 

'Iya ntar ya kak, gue lagi kerkom soalnya. ntar agak maleman ya' jawab Vero sambil tersenyum 

"ya udah, belajar dulu gih. cepet ya kasihan tuh si Ian sendirian" 

'byee'

"byee" ucap Sheira dan kemudian mematikan telfonnya. 

"Asekkk, pacar ?" Ucap Nana sambil memainkan kedua alis nya.

"Belom" jawab Vero sambil menggaruk kepala belakangnya

"Akan dong.... Asek deh, anak kelas mana?" Tanya Salman sambil memakan kripik singkong perberian Xena tadi.

"Anak emak bapak nya lah, doi udah kuliah lgi ngurus skripsi" jawab Vero tenang

"Idih dapet tante-tante" Jawab Jihan sambil berbidik ngeri

Pletak

"Au" suara meringkih kesakitan terdengar dari mulut Jihan karena kepalanya di pukul oleh Nana.

"Belom tua itu mujamil" ucap Nana sebal.

"Siapa mujamil oyyy" ucap Salman heran

"Eh, maemunah. Hobi banget ganti nama orang sih!" balas Jihan yang namanya baru saja di ganti oleh Nana. 

Vero nanya bisa menghela napas lelah mendengar pertengkaran Jihan dan Nana. 

"Nikahin aja udah" seru Salman sambil menonton pertengkaran Jihan dan Nana. Masalahnya Nana sudah menjambak rambut Jihan sampai laki-laki itu berteriak kesakitan. 

"Cabut gue" ucap Vero kemudian berjalan menuju pintu keluar rumah Nana. 

-PAPA!-

Vero mematikan motornya di depan rumah minimalis mili Sheira, ketika dia ingin memencet bel rumah tersebut, pintu depan terbuka dan munculah Brian dengan muka yang sudah cemong mata nya yang berair dan baju yang sudah penuh tepung . 

"Papa!!!" teriak Brian kemudian berlari menuju Vero. Vero yang melihat Brian yang sudah berantakan hanya bisa menggelengkan kepalanya dan kemudian masuk kehalaman rumah tersebut. 

"Ian abis ngapain? kok cemong?" tanya Vero yang sudah menggengdong Brian. 

"ya ampun, Ian kamu kan kotor, kasihan Om Vero nya, bajunya ikutan kotor kan" seru Perempuan dari depan pintu rumah, tanganya sudah menopang di pinggang rampingnya. 

"Nda, bukan Om Vero, tapi Papa Vero" ucap Brian membenarkan ucapan Sheira

"Eh, kok?" tanya Sheira bingung. 

"Papa kan pa?" tanya Brian kepada Vero yang masih menggendongnya. 

"eh, iya iya papa" jawab Vero canggung. 

"tuh kan Nda, Papa" balas Brian sambil tersenyum 

"Ver, kamu harus ngomong sama saya abis ini" tegas Sheira kemudian masuk terlebih dahulu kedalam rumah. 

Vero terlihat menghela napasnya kemudian tersenyum ketika melihat Brian yang ada di pelukannya.

"Pa, kayanya Nda marah deh" bisik Brian kepada Vero.

"Bunda gak marah, ntar Papa yang tanya okey, udh yuk kita masuk terus Ian beres-beres, Ian bauu" ucap Vero menenangkan Brian.

Setelah membantu Brian megganti baju dan mencuci muka, Vero berjalan mendekati Sheira yang masih sibuk dengan adonan di hadapannya. 

"Kak" Sapa Vero yang sudah duduk di meja makan. Sheira menoleh kemudian mengangkat tangan mengisyaratkan 'tunggu' 

setelah sepuluh menit akhirnya Sheira selesai dengan kegiatanya. Kemudian menaruh nampan berisi makanan di atas meja. 

"Panggil Ian dulu sana" perintah Sheira dan di angguki oleh Vero. 

"Yeayy makan" teriak Ian yang berlari dari ruang tamu dan disusul oleh Vero. 

"makannya pelan-pelan" ucap Vero sambil mengusap kepala Brian. 

"iya Papa" ucap Brian sambil tersenyum menatap Vero. 

"selesai makan Ian masuk kamar dulu ya, Bunda mau ngomong penting sama Om Vero" perintah Sheira dan di angguki takut-takut oleh Brian. 

setelah Brian pergi, Vero membereskan piring-piring yang ada atas meja dan menaruhnya di washtafel. 

"Kenapa kamu biarin Brian manggil kamu papa?" tanya Sheira memulai pembicaraan 

"ya emang kenapa?" tanya Vero kembali, dahinya berkerut tidak suka. 

"ya, engga boleh lah" balas Sheira tidak suka

"Kenapa gak boleh" tanya Vero kembali 

"Kamu tuh masih kecil, mau jadi papa. ngurus diri aja belum becus" seru Sheira yang merasa sudah di sudut kan oleh remaja berumur 17 tahun tersebut. 

"Nih kak, saya tau apa yang di rasain sama Brian, di saat temen-temennya punya orangtua lengkap sedangkan Brian engga punya itu. Brian sendiri yang bilang kalau dia diejek teman-temannya kalau dia tidak punya ayah." jawab Vero santai dan kembali duduk di depan Sheira. atmosfir di ruang makan sangat mencekam. 

"ya tapi kamu engga bisa kaya gitu saya orangtua Brian. Saya yang tau yang terbaik buat anak saya" Elak Sheira dengan nada memerintah.

"saya akan pergi kalau Kakak punya orang yang akan menggantikan saya jadi papa nya Brian" ucap Vero final. 

"ya udah saya pamit, saya engga akan kesini lagi, salam buat Brian" ucap Vero kemudia pergi dari hadapan Sheira. 

kepergian Vero membuat Sheira menghela napas dan memijat dahinya. bukan maksud Sheira memisahkan Vero dengan Brian tetapi di umur Vero yang masih sangat muda tersebut susah untuk berkomitmen atau menjadi orangtua. Lagi pula Sheira yakin Vero hanya ingin bermain dengan Brian bukan ingin mengasuhnya. 

-PAPA!-

Vero menjalankan motornya dengan kecepetan sedang, di bawah sinar bulan yang terang dia memberhentikan motornya di dekat trotoar yang menghadap ke jalan tol. Matanya memandang kebawah dimana banyak mobil yang berlalu lalang, dia mendapat ketenangan ketika melihat hal tersebut ditambah udara yang dingin menyebabkan otaknya menjadi relax. 

"ya udah lah ya, mungkin Sheira punya pacar jadi engga mau gue jadi bokapnya Brian, tapi gue sayang sama Ian. Sayang maaf ya, papa gak bisa ngeyakinin bunda" monolog Vero. 











hai haiiiiiiiiiiiiii 

parah ya tugas aku banyak guys heheheh baru sempet up deh sorry ya.. 

terima kasih yang udah mau nunggu cerita ini

jangan lupa vote dan comment 


Papa!Where stories live. Discover now