Bab 17

7.9K 716 11
                                    

sorry for typo's

-PAPA!-

Suata ketukan pintu terdengar hingga ruang tamu, Vero yang sedang asik memakan sukro bersama Brian yang berada di pangkuannya kompak menoleh ke sumber suara.

"Siapa?" teriak Brian yang tidak pindah dari posisinya. Vero yang sadar kalau tamu tersebut terus mengetuk pintu segera mengangkat Brian ke gendongannya dan berjalan kearah pintu.

pintu terbuka, terlihat Sheira yang membawa kantung yang lumayan besar serta laptop yang ada di tangan kiri nya.

"Boleh masuk? berat nih" ujar Sheira yang sudah membenarkan posisi laptopnya. Mendengar itu Vero reflex menggeser badannya ke kanan dan membiarkan Sheira masuk kedalam rumahnya.

"Nda kenapa ?" bisik Brian yang melihat Bunda nya kesusahan seperti tadi.

"Kan Papa dari pagi sama kamu, mana Papa tau" balas Vero datar.

"Eh iya ya hehehe" ujar Brian sambil tersenyum kemudian meminta turun dari gendongan Vero agar bisa menghampiri sang bunda.

"Nda itu apa?" tanya Brian yang sudah duduk di samping Sheira.

"Ini? Baju, alat Make Up Bunda sama beberapa baju kamu, kita mau pergi ke rumah oma" ujar Sheira sambil tersenyum

"Eh? kan bisa pake koper" jawab Brian yang melihat kantong tersebut dengan tatapan aneh.

"Koper nya ilang, Mama engga tau koper nya dimana, ya udah ada kantong besar di dapur mama pake aja" jawab Sheira sambil tersenyum sebagai permintaan maaf.

"gue ada koper, nih pake dulu aja gpp, dari pada pake kantong kaya gitu, sebentar ya gue ambil dulu" ujar Vero dan berjalan ke kamar nya untuk menganbil koper.

"Ian, Ibu Nindi mana ?" tanya Sheira yang bingung karena rumah ini terlihat sangat sepi.

"lagi ke supermarket beliin Ian ice cream" jawab Brian sambil tersenyum. Tidak lama suara pintu terbuka dan muncullah Nindi dengan membawa 2 kantung besar berisi makanan.

"eh Sher, kapan sampe?" tanya Nindi. melihat itu Sheira segera mengambil salah satu kantung tersebut dan membawa nya.

"Barusan bu, sini saya bantuin bu, berat banget" ujar Sheira sambil tersenyum.

"makasih loh, Vero mah mana mau bantuin ibu" jawab Nindi sambil menjatuhkan image anaknya. Mereka berjalan menuju dapur dengan hening, hanya terdengar suara tawa Brian yang sedang menonton tv.

"Taruh di dapur aja Sher" ujar Nindi yang berjalan di belakang Sheira. Mendengar ucapan Nindi, Sheira terlihat menganggukan kepala tanda mengerti.

duk duk duk

Vero datang dengan koper yang dia seret dari lantai 2.

"Bisa kan di angkat, jangan buat keributan dong!" tegas Nindi yang sebal sebab bunyi koper yang menghantam lantai itu sangat mengganggu.

"hehehe.. sorry" ujar Vero dan mengangkat kopernya.

"nih koper nya, emang lo mau kemana?" tanya Vero bingung

"ke rumah nyokap gue" jawab Sheira seperlunya.

"ck, bukan itu maksud gue di daerah mana?" gemas Vero yang sudah mengepal tangan nya di depan muka.

"hmm, blok h kok deket" jawab Sheira tenang kemudian melanjutkan membandu Nindi membereskan barang-barang yang berserakan di lantai.

mendengar jawab Sheira, Vero mengerutkan dahinya bingung dan terlihar jelas kalau dia sedang berfikir keras.

'blok H? rumah gue kan E, berarti cuman beda beberapa gang doang dong?' ujar nya dalam hati.

"deket dong, kenapa lo bawa barang kaya pindahan gitu?" tanya Vero heran.

"ya kan gue punya anak" jawab Sheira yang tidak mau di salahkan.

"Terus kenapa perlu koper?" tanya Vero memastikan.

"gue engga perlu koper" jawab Sheira membela dirinya, seingatnya dia tidak meminta koper tapi Vero yang menawarkan diri.

"hufttt, ya udah iya sorry" ujar Vero dan meletakan koper nya di samping tangga kemudian berjalan sambil menghentak-hentakan kaki nya mendekati Brian.

Brian yang melihat tingkah sang Papa hanya bisa memiringkan kepala nya tanda bingung "papa kenapa?" Tanya nya.

"Bunda mu tuh" jawab Vero kemudian memeluk Brian dengan erat.

"Papa!! Gelii hahahaha" teriak Brian yang pipi nya di cium berkali-kali oleh Vero.

"Mereka itu, kalau ketemu heboh banget" ujar Nindi sambil membereskan barang-barangnya di bantu oleh Sheira.

"iya bu, kaya punya chemistry" jawab Sheira sambil mengingat betapa dekatnya mereka.

"ohh ya? terus kapan kamu jadi pacar nya Vero?" tembak Nindi sambil tersenyum penuh arti.

"Eh? gimana bu?" ujar Sheira tersipu malu.

"engga, saya cuman bercanda kok" sambung Nindi sambil tersenyum.

-PAPA!-

Salman sedang berjalan sendirian di trotoar dengan susu coklat yang ada di genggaman nya. Tidak lama dia merasakan bahunya di tepuk oleh seseorang, dan dia menoleh kearah belakang.

"sendirian aja?" tanya orang tersebut.

"gak liat? buta?" jawab Salman ketus.

"galak amat lo, pantes jomblo" ujar Xena yang berjalan bersebelahan dengan Salman. melihat Xena berjalan di bahu jalan, Salman menarik gadis itu untuk berjalan di trotoar dan membiarkan dirinya berjalan di bahujalan.

"Biar gak mati" jawab Salman ketus.

"iya iya" balas Xena sambil menunduk, bermaksud menutupi pipinya yang sudah memerah tersipu malu.

"mau kemana lo?" tanya Salman, sebenernya dia hanya berbasa-basi untuk memecahkan keheningan saja.

"ke rumah sepupu" jawab Xena tenang. Salman tampak menganggukan kepala nya tanda mengerti. kemudian hening kembali.

"Motor lo kemana ?" tanya Xena heran.

"Lagi di bengkel" jawab Salman sambil menendang kardus susu yang sudah habis.

"WOYY!!!! yang sopan dong, kardus susu di tendang-tendang, kena nih" teriak seorang bapak-bapak yang berada tidak jauh dari mereka. Mendengar teriakan itu Salman segera menarik tangan Xena dan berlari meninggalkan tempat tersebut.

"WOYY Jangan lari lo, tanggung jawab" teriak Bapak tersebut yang sudah samar-samar terdengar.

setelah merasa cukup jauh dari tempat tadi, Salman langsung melepaskan genggaman tangan tersebut.

"Sorry engga sengaja" ujar Salman sambil menggaruk leher belakangnya.

Xena mengangggukan kepala tanda mengerti.

setelah itu mereka kembali berjalan tidak tentu arah.

-PAPA!-

HAII sorry ya baru update aku sibuk banget belakang ini

siapa yang nunggu cerita ini??

Engga ada pasti nya.

terimakasih yang sudah mau mampir dan memberikan comment dan votenya.

Next or not??

Papa!Where stories live. Discover now