Bab 25

6.9K 681 16
                                    

keheningan mendominasi ruang makan rumah milik Vero. hanya ada suara sendok yang beradu dengan piring. Nindi yang merasakan aura tidak enak dari suaminya hanya bisa diam, dia tidak mau ikut campur urusan suami dan sulungnya. 

"Papa engga mau tau, kamu harus tinggalin perempuan tadi" ujar Adam memulai percakapan. 

"kenapa?" tanya Vero yang heran. 

"dia udah punya anak, mau taro di mana muka Papa" ucap Adam yang masih tidak habis pikir dengan jalan pikiran anaknya. 

"taro di depan lah. perasaan aku engga protes waktu papa nikah lagi sama sekretaris papa" Seru Vero yang membuat Nindi terlonjak kaget, kenapa bisa anaknya membawa urusan rumah tangganya. 

"Jangan bawa-bawa sesil" tegur Adam yang tidak terima, istri kedua nya di bawa-bawa kedalam masalah ini. 

"Kalau perempuan itu engga meninggal mungkin papa udah ceraikan mama kan? untung aja cuman anak nya yang selamat" tambah Vero yang kesal akan sikap papanya. 

"Vero!" tegur Nindi yang merasa anaknya sudah kelewatan. 

"Mama engga pernah ngajarin kamu ngelawan sama orang tua ya!" tambahnya 

"BELAIN AJA TERUS, BUCIN." teriak Vero dan berjalan keluar rumah. 

"Maaf ya, pah" ujar Nindi kepada sang kepala keluarga dan di angguki oleh Adam. Nindi hanya bisa menghela napas karena tingkah putranya, tidak lama terdengar suara tangisan bayi dari kamar tamu, Nindi segera berlari menuju kamar anak bungsunya. 

"Theo sayang, ini Mama. Jangan nangis ya" ujar Nindi menenangkan anak laki-laki tersebut. Sesak hati ini harus mengurus anak yang bukan darah dagingnya. 

-PAPA!-

Vero melajukan motornya dengan kecepatan sedang, air matanya tidak bisa berhenti mengalir karena ucapan Papa. Kenapa mama selalu memaafkan kesalahan papanya. kenapa hanya dia yang tidak bisa terima kesalahan Papanya. 

Tidak lama dia berhenti di salah satu supermarket. Disana dia melihat Jihan sedang bersama Nana yang asik memakan mie instan di kursi depan supermarket, tanpa pikir panjang dia berjalan menghampiri keduanya. Nana yang menyadari kehadiran orang lain di samping segera menoleh dan tersenyum manis karena melihat temannya, tetapi alis nya mengkerut ketika melihat mata sembab Vero. 

"Ada apa ?" tanya Jihan yang mewakili pertanyaan Nana. 

"Minta minum" sanggah Vero yang sudah kehausan, tanpa pikir panjang Nana segera memberikan air mineral miliknya. Vero duduk di samping Jihan dan kembali menghela napas gusar. 

"Kamu kenapa?" tanya Nana sambil mengelus punggung Vero. Vero hanya bisa menggelengkan kepalanya. Nana mendengus sebal sebab jawaban dari Vero. terserahlah kalau belum mau cerita tidak usah di paksakan. 

"engga pulang? udah malem" ujar Vero setelah terdiam selama 30 menit. 

"Gimana  mau pulang, lo aja dari tadi diem doang" seru Jihan sebal, Vero hanya tersenyum sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. 

"Han, gue tidur di rumah lo ya" pinta Vero dan di angguki oleh Jihan. Jihan tau kalau sudah seperti ini pasti ada masalah di rumah lak-laki tersebut. 

"yuk pulang" seru Nana yang sudah duduk di atas motor kesayangan Jihan. 

-PAPA!-

 Brian sedang asik bermain dengan boneka robot yang baru dibeli oleh Vero tadi sore. ya mereka pergi kepusat perbelajaan. Berbeda dengan Brian yang sedang senang, sang Bunda sedang kacau sebab perkataan ayah dari Vero tadi sore. 

flashback 

Sheira sedang memilih-milih baju untuk Brian, sedangkan sang anak masih sibuk bermain kejar-kejaran dengan Vero di toko ini. Saat Sheira sedang sibuk memilih sepatu yang cocok untuk sang anak, Dia melihat ibu Nindi yang sibuk memilih baju di rak baju untuk bayi baru lahir. Dahi Sheira mengkerut, sejak kapan Vero memiliki adik. tanpa pikir panjang Sheira menghampiri Nindi. 

"ibu?" sapa Sheira dan menepuk bahu kanan Nindi. Nindi yang merasakan tepukan itu, menoleh dan syok melihat Sheira. 

"Sheira? ngapain?" tanya Nindi bingung

"Ini, Nyari baju buat Brian." jawabnya sambil menunjukan beberapa potong baju 

"Ini siapa bu, lucu banget" sambung Sheira sambil mecubit pipi bayi tersebut. 

"Namanya Theo"

"siapa ?" tanya Vero yang tiba-tiba berada di belakang Sheira. Sheira terlonjak kaget dan menggeser dirinya agar Vero bisa melihat bayi yang ada di gendongan ibunya. 

"Ade mu" jawab Nindi sambil tersenyum. 

"Ade?" ujar Vero dengan pandangan remeh dan memandang Nindi dengan pandangan menilai. Sheira yang berada di sebalah Vero segera mensikut laki-laki itu agar sopan kepada ibunya. 

"Mama engga hamil. Anaknya Sesil kan? Gimana dia udah sadar ?" tanya Vero dengan remeh. 

"Sesil meninggal tadi pagi. Mama baru pulang sama Papa dari makam nya" ucap Nindi sambil tersenyum, dia tau kalau anaknya kecewa dengan bayi yang ada di gendongannnya. 

"Oh, Bagus deh. Engga ada lagi kan yang ngerusak hubungan Mama sama Papa." ucap Vero dan langsung pergi dari sananya sambil menarik tangan Sheira dan menggendong Brian. 

"byeee, nenek" ucap Brian sambil tersenyum kepada Nindi dan dibalas oleh Nindi dengan lambaian tangan. 

Flashback off

Papa!Where stories live. Discover now