Bab 29

7.6K 723 46
                                    

Sorry for typo

-PAPA!-

Suasana cafe sudah mulai sepi. Lebih tepatnya Vero menyewa restoran tersebut, untuk dirinya dan juga orang-orang terdekatnya. Nindi terus tersenyum melihat remaja dihadapannya, jasper yang melihat tatapan Nindi sampai mebidik ngeri, seperti Sugarmommy yang mencari brondong. oke abaikan pikiran aneh Jasper. 

Berbeda dengan Nindi, Theo terlihat tidak suka dengan Brian, orang di depannya menarik perhatian ibu dan juga Kakaknya. Theo merasa tidak di sayang lagi oleh dua orang terdekatnya. Vero hanya bisa tertawa ketika melihat tatapan mengintimidasi milik Theo kepada remaja sebelahnya. 

"Biasa aja ngeliatinnya, matamu mau copot tuh" ledek Vero sambil mencolk pipi tembab milik Theo dan mendapat dengusan sebal dari yang adik. 

"MAMA!" teriak Theo dengan tatapan memohon kepada sang Mama, sayangnya sang mama masih sibuk menatap Brian dengan takjub. 

"Sttt, berisik. Ntar dulu, mama sibuk" ujar Nindi yang masih sibuk memperhatikan Brian, oh ayolah dia sudah 10 tahun bertemu, kenapa cucunya sangat tampan bahkan lebih tampan dari almarhum suaminya. 

"KAKAK SIAPA SIH?" teriak Theo yang merasa perhatian kedua orang tersayangnya di rebut paksa oleh kakak tampan di depannya. Brian yang merasa bahwa dirinya yang diteriaki sampai tersentak kaget dan tersenyum "Nama kakak Brian" 

Melihat senyum Brian, Theo sampai tersentak kaget. Tampannya ujar Theo dalam hati, kenapa ada manusia seperti Kakak tampan di depannya. 

"Ini anaknya Abang" seru Vero yang membuat dahi Theo mengkerut. 

"Anak?" tanya Theo heran. 

"Iya, kaya kamu ke mama, kamu ke papa" jawab Vero singkat dan jelas. Theo menganggukan kepalanya mengerti. 

"terus, kenapa kak Brian engga tinggal sama abang" tanya Theo 

"ini baru ketemu" jawab Vero sambil tersenyum dan mengacak rambut Theo. 

"Sudah-sudah, sekarang waktunya makan" ujar Nindi yang menegahi kedua anak. Si kepo Theo dan si pintar Vero. Akan lama sesi tanya jawab yang akan berlangsung, bisa-bisa dia ikut suaminya. akhirnya mereka makan dengan khitmat tanpa ada suara Theo dan juga Vero. 

-PAPA!-

Sheira sedang sibuk dengan beberapa berkas di depannya. Sungguh melelahkan bekerja karena terpaksa, jika saja ada laki-laki yang ingin menikahinya pasti dia tidak perlu bekerja sekeras ini. 

Tidak lama pintu di ketuk dari luar, muncul Kent yang sekarang menjabat sebagai manager keuangan di kantornya. Senyum  Sheira mengembang ketika melihat pria yang pernah dia cintai tersebut. 

"Ada apa ka?" tanya  Sherira heran, tidak biasanya Kent masuk kedalam ruangannya.

"Ini, aku ngasih pengeluaran bulan ini" ujar Kent dan memberikan map berwarna biru kepada Sheira. 

"maaf lancang masuk, sekretaris mu tidak terlihat dimejanya" ujar Kent dan diangguki oleh Sheira. 

"iya ka, tidak apa-apa" jawab Sheira. Setelah itu Kent pamit undur diri dan berjalan keluar ruangan besar tersebut. 

"hm, Sher! pulang kerja nanti ada acara ?" tanya kent dari depan pintu. Sheira yang tadinya fokus kearah Laptop, langsung merubah pandangannya kearah Pria tersebut. 

"Tidak ada, memang kenapa ka?" tanya Sheira. 

"Mau makan malam dengan ku?" tawar  Kent, mata Sheira membola sempurna, dia tidak akan menyinyiakan kesempatan untuk kedua kalinya 

"Aku tunggu di bawah ya Sher, byee" ujar Kent dan keluar dari ruangan tersebut. Setelah pintu tertutup, Sheira tersenyum dan memekik heboh. Akhirnya setelah sekian lama ada juga yang mengajak nya pergi, dia harus bicara dengan Brian tentang ini. Siapa tau anak nya suka dengan Kent. 

-PAPA!-

Brian baru sampai rumah sekitar pukul 7 malam, dia langsung merebahkan dirinya diatas sofa panjang, tidak lama datang mba Siti yang memberikannya gelas yang berisi air putih dingin, Brian mengambil gelas tersebut dan  mengucapkan terima kasih. 

"Mama mana mba ?" tanya Brian heran, tidak biasanya Sheira belum sampai rumah. 

"Tadi Bunda bilang ada acara sama temennya" jawab Mba Siti sambil tersenyum dan pergi dari ruang tamu. Kening Brian mengkerut bingung, setelah itu dia menghela napas lelah. Bunda nya pasti pergi bersama teman laki-lakinya lagi, ya sudah lah Bunda nya sudah dewasa ini. 

Tunggu, ini engga bisa. Papa nya sudah kembali, Bunda harus ketemu Papa, tapi kalau ternyata Papa sudah menikah ? ya udah, Bunda sama paman yang itu aja. Toh juga yang penting aku ketemu Papa, pikir Brian sambil mengangguk-anggukan kepalanya. 

Sheira yang baru saja sampai rumah, heran melihat Brian yang sedang terdiam sambil mengangguk-anggukan kepala perseperti itu. "Ngapain kamu?" Tanya Sheira yang sudah duduk di samping Brian. 

Brian tersentak kaget, untung tidak melepar bantal yang ada di dekatnya. "Bunda. bikin kaget aja," seru Brian. Sheira hanya tertawa sambil mengacak rambut Brian. 

"Bunda tadi pergi sama om yang mana?" Tanya Brian dengan nada meledek.  

"Om kent" jawab Sheira sambil menaruh kepalanya ke bahu milik Brian. 

"tadi Ian ketemu Papa" ujar Brian. Sheira yagn sudah mulai menutup matanya langsung duduk tegap dan menoleh kearah Brian.  

"Papa siapa?" tanya Sheira bingung, tidak mungkin Vero kan pikirnya. 

"Papa Vero" jawab Brian 

"Dimana?" 

"Awalnya di makam, terus ketemu di resto langganan Bunda. Kita ngobrol. Papa makin ganteng, Bun" ujar Brian senang. 

"Bunda, kenapa?" tanya Brian yang melihat Sheira menjatuhkan air matanya. 

"eh, Bunda engga apa-apa. Bunda naik dulu ya" ujar Sheira yang sudah menghapus air matanya dan berjalan menuju kamarnya. Brian menghela napas dan ikut berjalan menuju kamar nya. 

-PAPA!-

Akhirnya up, maaf ya ilang 1 minggu ini. aku bingung ngelanjutinnya gimana hehehe. 

selamat hari raya idul fitri, mohon maaf lahir dan batin ya.

Next or not ?


Papa!Where stories live. Discover now