{6} 💝

112 98 13
                                    


"Woi bangun bro"

Pemuda yang mengajak Guanlin balapan tadi langsung panik dan kalang kabut turun dari motornya sambil berlari menghampiri Guanlin yang sudah terbaring di aspal dengan darah yang bercucuran dari kepalanya serta matanya yang tertutup rapat.

"Woi bangun woi!. Aduh gimana nih? Oh iya" Pemuda itu langsung merogoh saku nya dan mengambil benda pipih tersebut kemudian tak lama kemudian terdengar nada sambung dari panggilan yang dilalukannya. Setelah beberapa lama menunggu sambil terus menepuk-nepuk pipi Guanlin, terdengar bunyi deru motor dan ternyata teman-teman pemuda itu datang dan tentu saja langsung panik ketika melihat keadaan pemuda yang di lawan salah satu temannya tadi untuk balapan.

"Bawa kerumah sakit cepetan!" Salah satu dari mereka yang berdarah blasteran Australia-Korea menyaut dan langsung di iyain oleh pemuda tadi dan lainnya.

.

.

.

Setelah mereka sampai, mereka langsung membawa Guanlin masuk ke dalam rumah sakit dan bertemu dengan salah satu dokter beserta seorang perawat yang kebetulan juga baru keluar dari salah satu ruangan yang ada disana. Buru-buru mereka membawa Guanlin masuk ke salah satu ruang UGD yang ada disana. Dua jam telah berlalu namun sang dokter belum menujukkan tanda-tanda keluarnya dia dari ruangan Guanlin. Teman-teman pemuda itu sebagian sudah pulang, hanya tersisa 3 orang dan ditambah dengan dirinya.

Malam juga semakin larut bahkan jam sudah menujukkan pukul 01.11 dini hari. Ke tiga teman pemuda itu cuga ikut cemas, jangankan mereka, pemuda yang mengajak Guanlin untuk balapan juga tak kala cemasnya.

"Gimana nih?" Tanya salah satu teman pemuda itu. Yang lain langsung melihat orang yang bersuara tadi sedangkan pemuda itu cuma menggeleng pelan sambil terus mengusap wajahnya kasar. Dia bener-bener terlihat khawatir sekarang. Walupun dia belum kenal dengan Guanlin tapi tetap saja dia yang salah karna dia yang sudah mengajak dan bahkan memaksa Guanlin buat balapan.

Bunyi handphone yang berada di sakunya membuat pemuda itu yang tadinya melamun langsung tersadar. Pemuda itu mengambil benda pipih itu dan menjawab panggilannya. Tak bereselang lama kemudian pemuda itu berdiri sambil menatap ke tiga temannya secara bergantian.

"Kita pulang dulu sekarang, besok baru kita balik lagi kesini buat jengukin dia!" Teman-teman pemuda itu mengangguk karna sungguh wajah mereka sudah terlihat lelah.

Mereka langsung berdiri dan berjalan keluar dari rumah sakit. Sebelum pemuda itu bener-bener keluar dari rumah sakit, dia memyempatkan untuk melihat kembali ke dalam dan bergumam semoga Guanlin baik-baik saja.

.

.

.

"Nak Ryujin boleh tahan rasa sakitnya bentar ya!, bibi cuma urut sebentar kok" Ryujin dengan ragu mengangguk sambil memegang salah satu bantal sofa yang tergeletak di sampingnya dengan kuat.

Tap...tap...tap

Bunyi suara langkah kaki Hyunjin menuruni tangga mengalihkan atensi Ryujin dan bibi yang baru saja ingin mengurut kaki Ryujin.

Ryujin terus memerhatikan Hyunjin hingga Hyunjin sudah duduk di sofa sebrangnya sambil memijit pelipisnya.

Bibi menuangkan sedikit minyak dari sebuah botol yang sudah di persiapkan sebelumnya untuk memijit kaki Ryujin kemudian mengoleskannya ke kaki Ryujin terlebih dahulu.

"Nak Hyunjin kenapa?" Tanya bibi yang melihat gurat frustasi dari Hyunjin.

"Kunci motor Hyunjin di sita sama appa dan Hyunjin gak tau appa nyimpan di mana" jawab Hyunjin.

Hate or love ||Hyunjin&Ryujin||✔Where stories live. Discover now