14. Bersama Mu

931 96 0
                                    

♥♥♥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

♥♥♥

Dia mampu menaruh harapan. Tapi tidak pada perasaan.

------------------------------------

Altezza masih menarik tangan Naya hingga membawanya ke lorong laboratorium yang terkenal sepi.

"Al, Tangan gue sakitt!" Lirih Naya. Akhirnya cowok itu menghentikan langkahnya lalu berbalik menghadap Naya. Pegangan tangan Altezza terlepas dari pergelangan tangan Naya sesaat ia berbalik.
"Al! Lo gak tau kalo perbuatan Lo tadi itu bisa bahayain nyawa orang?hah!?" Bentak Naya. Ia memang tidak suka pada kekerasan.

"Gue gak peduli, Nay! Gue gak suka liat Lo Deket sama cowok lain sedeket itu. Apalagi itu Roy!" Tegas Altezza dengan tatapan dalam.

Naya menatap dalam tatapan yang diberikan Altezza. Seakan ia sangat takut kehilangan dirinya.

"Jangan kan Lo, Al! Gue juga gak suka sama dia. Tadi dia yang duluan deketin gue." Ujar Naya. Kemudian ia menambah lagi dengan nada pelan. "E-lo, cemburu?"

Kata-kata itu sontak membuat si cowok dingin itu terkaku tak bergeming.

"Ja- jangan ge er Lo! Gue cuma gak suka apa yang udah jadi milik gue, itu di ganggu sama orang lain!" Jawab Altezza. Cowok itu membuang muka pada Naya.
Kemudian ia menambah lagi.

"Asal Lo tau, Nay. Roy itu sebenarnya ketua dari geng motor Revicks yang selalu hampir bikin Lo celaka. Dan 2 kejadian di jalan Pasunanta sama malam tadi, itu Roy yang jadi dalang nya. Karena tanpa perintah ketua, anak buah ga akan mungkin nekat berbuat kayak gitu" tambah Altezza.

Naya terkejut dan membekap mulutnya dengan tangan. Ucapan To the point itu benar-benar membuat hatinya kaku. Naya menatap ke arah lain, melepas bekapan tangan dari mulutnya sambil menahan antara amarah dan sakit. Apa yang dipikirkan oleh Roy? Dia sebenarnya mencintai Naya atau malah ingin mencelakainya?

Naya kembali menatap Altezza. Ia meremas tangannya kesal dan menahan air matanya agar tidak jatuh. Naya menghadap Altezza dan menatapnya dalam. Tapi cowok itu dengan cepat memalingkan wajahnya. Ia merasa enggan menatap mata gadis itu. Altezza tidak mau jika dirinya mampu terbawa suasana oleh tatapan yang diberikan Naya sekarang.

Altezza menghela nafas. "Jadi gue minta sama Lo, jauhin Roy!" Ucap Altezza tanpa menatap Naya yang sedang menghadapnya.

Altezza lalu pergi meninggalkan Naya yang sedang hanyut dalam perasaan. Namun, baru beberapa langkah ia berjalan, Altezza menghentikan langkahnya untuk berjalan.

"Gue tunggu Lo diparkiran sekolah nanti. Ikut gue, dan ga usah lambat!" Ucap Altezza. Cowok itu tidak menghadap Naya sama sekali dan melanjutkan Langkahnya keluar dari sisi gelap lorong laboratorium.

Naya meregangkan perlahan gepalan tangannya yang hampir saja membuat telapak tangannya mengeluarkan darah karena kukunya. Cewek itu memejamkan matanya perlahan dan menghembuskan nafas. Ia mengikuti jalan keluar dari lorong laboratorium.

RATEZZA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang