[Haikal] Satu Sisi - 03

2.1K 523 236
                                    

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.



Warning: 3600+ words.



Katanya waktu senja adalah saat yang tepat bagi para manusia jadi diri mereka.

Ada sebagian populasi manusia yang suka mengabadikan senja sebagai suatu hal berbau magis yang mampu membawa ketenangan jiwa lewat semburat cahaya indahnya. Namun, bagi sebagiannya lagi akan menggambarkan senja sebagai titik refleksi diri atas luka-luka yang dia alami. Padahal senja sendiri pada dasarnya diciptakan untuk memberikan bukti bahwa perbedaan dan perubahan bukanlah sesuatu yang dapat memberikan kesan negatif. Senja datang ketika terang menjadi gelap, ketika matahari tenggelam digantikan oleh bintang dan bulan.

Harusnya Haikal memahami bahwasannya segalanya memang selalu punya dua sisi, tergantung bagaimana cara menyikapi dan bagaimana kita menempatkan persepsi.

Padahal kalau ditinjau ulang, karena sudah hidup di bawah atap yang sama bersama penghuni lain, Haikal juga pastinya mengerti kebiasaan apa saja yang mereka lakukan. Aksa, yang mengaku dan diakui jelmaan anak indie, mendefinisikan senja sebagai tempat dia pulang. Tempat di mana dia bisa mengenang masa-masa lampau yang sudah berlalu dan tentunya belum tentu terulang. Sedangkah Zidan mengartikan senja sebagai waktu yang tepat untuk sebuah pertemuan. Dia suka pergi ke dermaga dengan celana pendek dan sandal karet legendarisnya untuk menemukan waktu bersama bersama orang yang dikasihinya.

Bagi Aksa senja adalah memorabilia, lalu bagi Zidan senja adalah sumber sukacita.

Setelah membaca beberapa bagian buku Filosofi Teras milik Danu di meja makan, Haikal mulai berpikir kalau segala sesuatu dalam hidup memang gak melulu bisa diukur batasnya. Besarnya nominal penghasilan gak selalu membawa berkah, pun dengan keinginan yang menggebu-gebu juga gak selalu tercapai sungguhan. Semesta diisi oleh manusia yang gak akan pernah merasa puas. Selalu ada keinginan lain yang terus saja bercabang dan menjadi pemicu hilangnya kewarasan.

Haikal juga jadi ingat lembaran pamflet di sisi jalan raya. Bergambar karikatur yang entah dibuat oleh siapa, di sana tertulis pesan klise yang kalau ditelaah juga memiliki makna dalam. Tujuannya memang semata-mata hanya iklan yang dibumbui strategi di bidang pemasaran, tapi untuk Haikal sekarang rasanya pernyataan pamflet tersebut berhasil menampar keras dirinya secara telak.

Kalau punya mimpi lihat ke atas.
Kalau punya hidup lihat ke bawah.

Desahan lagi-lagi keluar dari mulut Haikal yang tampaknya beberapa hari terakhir jadi lebih diam. Setelah telepon mamahnya yang bilang mengenai hutang, Haikal menjadi stres mendadak. Secara alamiah pun pikiran Haikal jadi lebih awas menanggapi hal-hal yang terjadi di sekitarnya dan menangkap pesan-pesan eksplisit yang terselip selama dia melakukan rutinitas. Monolog di kepalanya terus berulang, terlebih lagi kehadiran Danu yang entah hanya memberikan sepatah kata atau memberikan rekomendasi buku-bukunya pada anak-anak yang sedang kesulitan selalu menggilas habis sisi lain otak untuk terus berputar.

ANDROMEDANơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ