[Mario] Polaroid - 02

4.3K 892 250
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Sejak zaman masih sekolah dasar, Mario gak pernah sekalipun menolah tawaran Ibu untuk dimintai jualan di kelas. Mulai dari olahan keripik pisang, kue cubit, manisan pepaya dan mangga, roti bakar serta kue ala anak-anak SD yang dibungkus menggunakan plastik klip kecil. Mario tumbuh sebagai sosok pemuda yang sudah dilatih mandiri sejak kecil. Kalau mau apa-apa harus nabung dulu dan durasinya gak sebentar, bisa berbulan-bulan. Alhasil terkadang barangnya sudah gak ngetren lagi, tapi Mario baru sempat pegang karena baru beli.

Jadi, bukan tanpa sebab Mario memilih berjualan sebagai pengisi di waktu senggang. Apalagi teman sekamarnyaㅡBayu juga suportif dan kadang bantu-bantu tanpa imbalan. Mau jadi mahasiswa yang ganti profesi jadi kurir barang sampai menemani Mario berburu tempat percetakan murah dengan kualitas di atas rata-rata. Bayu pernah juga menghadapi berbagai kasus terkait konsumen bersama Mario. Dicaci-maki bahkan sempat ganti rugi karena barang yang dipesan salah cetak, padahal kesalahannya terletak pada salah pencet pesanan sehingga si konsumen sendirilah yang salah custom. Tapi sekali lagi, pembeli adalah raja dan Mario paling anti punya dendam ke orang, jadi dia berusaha ikhlas daripada memperpanjang masalah.

"Beneran gak gue anter masuk, nih?"

"Ya kali lo bapak gue yang mau nganter anaknya masuk TK." Mario mendengkus, tangannya terulur untuk memastikan helm yang barusan dia pakai sampai di tangan Bayu. "Jemput gue, nanti gue chat jam berapa gue kelar."

"Iya iya. Gak bakalan gue tinggal. Telepon aja misal kalau gue centang dua."

Selepasnya Bayu pergi tancap gas dengan motor vespa legendaris kontrakan, meninggalkan Mario yang mulai memasui area Kafe Cinnamon.

Masalah komplain pelanggan bukanlah hal yang pertama kali Mario hadapi kali ini, tetapi berbeda kalau kasusnya jika si pelanggan minta diskusi supaya hasil pesanan tetap jalan dan sukses sampai akhir. Dan sejujurnya selama ini Mario gak pernah sama sekali membicarakan hal seserius ini dengan janji temu di sebuah tempat yang terkesan santai seperti ini.

Lebih enak datang ke rumah orang yang bersangkutan langsung, soalnya minumannya pasti dikasih gratis.

Bercanda, ding. Gue gak sebobrok Dika yang sukanya kabur kalau Pak Bima lagi arisan, apalagi Haikal yang matanya selalu bersinar terang kayak lampu mercusuar kalau ada makanan nganggur di dapur kontrakan.

Mario lalu duduk di bangku deretan nomor tujuh. Di sana dia menempatkan ponsel dan tasnya di atas meja, mengeluarkan beberapa map yang isinya kumpulan foto polaroid siap gunting. Time is money, bro. Sambil menunggu yang ditunggu datang, lebih baik menyelesaikan pekerjaan yang bisa dibawa ke mana-mana alias portabel. Mario juga anti masuk dalam jajaran partner yang suka telat kalau ketemuan, maka dari itu dia lebih suka datang terlebih dahulu.

Bisa dibayangkan betapa loyalitas Mario dalam hal ketepatan waktu sangat diperhitungkan. Ini baru pada customer, belum yang lainnya lagi.

Sempat mengecek sebentar untuk memastikan jadwal kirim, ternyata yang kali ini Mario kerjakan ialah pesanan dari salah satu murid SMPㅡfoto profil akunnya berseragam biru dan putih.

ANDROMEDAWhere stories live. Discover now