[Chandra] Rumah Tanpa Tuan - 02

3.1K 679 182
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Setiap pulang sekolah, rasa-rasanya Chandra selalu merasa berat hati meninggalkan mejanya. Bahkan jarak dari kelas menuju parkiran saja seolah sangat jauh dan memakan waktu lama. Ketika pedal sepedanya dia kayuh, perasaan hampa itu sempat terasa beberapa saat, bahkan hingga sampai kontrakan kalau-kalau yang Chandra temukan hanyalah beberapa orang yang mengisi kamar masing-masing. Ruang tengah tampak kosong, di dapur mungkin hanya ada satu-dua orang yang bergantian tengah mengambil minuman dingin.

Kala itu, Zidan tengah berlalu-lalang di area dapur untuk mengganti air vas bunganya yang sudah keruh. Mulutnya terkatup rapat selama dia melakukan pekerjaannya dan sibuk banget memahami apapun yang tengah bersarang di pikirannya. Zidan masih memakai seragam kuliah yang mana almamater kampus masih terselampir rapi di pundaknya beserta kaos kaki abu-abu yang belum dilepas. Jelas dia baru saja datang mengingat rambutnya yang berantakan selepas dia menempatkan topi di atas kulkas.

"Siang, Mas." Chandra berbasa-basi singkat. Zidan hanya menoleh sekilas dan berdeham, masih sibuk di hadapan kran air yang airnya masih mengucur pelan. "Mas Zidan udah makan siang?" tanya Chandra lagi sembari menarik kursi meja makan lalu duduk.

"Udah tadi di kantin kampus. Lo udah belum?"

"Udah, tadi juga makan di kantin sekolah."

"Tumben lo makan di sana, biasanya makan di sini?"

Chandra terkekeh-kekeh. "Banyak pikiran banget tadi jadi laper, hehe. Kan mikir juga butuh tenaga."

"Kusut banget muka lo, heh."

"Bentukannya mah udah begini, Mas. Haha."

Zidan memutar kran airnya lalu berbalik sebentar. "Kenapa lo? Seinget gue Haikal minggu ini gak ngajakin lo aneh-aneh."

"Kasihan Mas Haikal selalu dituduh, tapi emang kadang dia nyusahin sih. Ada aja pikiran random yang lagi direncanain."

"Lo ada masalah sama bapak lo lagi?"

Senyum yang mengembang di bibir Chandra tadi lenyap seketika. "Masalah tugas aja, lah. Apalagi coba? Katanya masa-masa kelas sepuluh ke atas tuh harus dinikmati, jadi aku gak ada alasan tuh buat kepikiran hal yang macem-macem."

Zidan sejenak diam karena dia kebingungan mencari kanebo untuk mengelap vas bunganya yang barusan dicuci dan diisi air, lalu menempatkan benda itu sementara di dekat cucian piring. Dia memakai kembali topinya lalu ikut duduk di hadapan Chandra yang masih memakai seragam lengkap.

"Lo tahu masalah gue mirip kek lo, kan?"

"Tentang takut ditinggalin?"

"Gue rasa itu alamiah. Semua orang juga pasti merasa cemas kalau pada akhirnya dia akan dilupakan dengan cara ditinggalkan apalagi dengan cara yang gak terduga, karena... semuanya gak bisa selalu berada di titik yang sama." Zidan menjelaskan, melipat tangannya di depan dada dan punggungnya dia tempatkan pada sandaran kursi sesaat. "Tapi, bukan itu. Yang gue maksud di sini keadaan kita berdua di mana sama-sama jadi anak yang kurang beruntung di dalam sebuah keluarga."

ANDROMEDAWhere stories live. Discover now