Epilog; Ardika

1.8K 362 117
                                    

"Kalau waktu bisa mengubah seseorang, waktu juga bisa kasih manusia kesempatan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kalau waktu bisa mengubah seseorang, waktu juga bisa kasih manusia kesempatan."



Minggu lalu, ada temen kampus yang bilang sesuatu ke gue.

"Dik, lo terbang ke Bima Sakti atau ditelan Black Hole jadinya jarang nongol di Kopi Bagus?"

Sebagai penghuni mahasiswa semester tua kayak gini, jawaban 'gue sibuk' udah jadi lalapan yang setiap hari keluar dari mulut. Gak tau sibuk ngapain padahal, kadang cuman rebahan di kontrakan atau bersandar di balkon tempat cucian lihatin kolor anak-anak yang gantung kayak di pasar mingguan. Pengin ikut Abang ke perpustakaan nambah bacaan, tapi teringat Podcast gue yang udah berdebu gak pernah ada konten baru selama dua pekan lebih.

Berkali-kali gue berkaca ketika sedang sendirian di kamar, bertanya-tanya tema apa lagi yang bisa gue jadikan bahan dasar diskusi bareng Raya. Rasa-rasanya konten Podcast selalu nambah ketika gue lagi mengalami masa-masa down. Lantas ketika gue udah berusaha untuk sembuh, ide itu menghilang entah ke mana larinya. Seolah pikiran gue hanya menyisakan afeksi yang diberikan orang-orang, tanpa pernah menduga lagi kalau masalah akan kembali datang seterusnya secara berkala.

Kopi Bagus jadi tempat paling anti gue kunjungi beberapa hari terakhir. Kedai kopi yang lebih mirip seperti garasi rumah dengan lampu berwarna kekuningan itu jadi tempat paling ramai sama mahasiswa semester tua. Biasanya teman-teman kampus selalu booking meja nomor tujuh untuk dijadikan tempat kumpul. Entah itu hanya untuk mabar, ngopi gratis dengan numpang bayar nyicil ke teman lain atau berpusing ria dengan file skripsi yang selalu kena revisi. Dalam satu minggu sekali, biasanya kita bikin acara boys night di mana semua ponsel dikumpulkan jadi satu dalam sebuah wadah. Lalu kita akan mengobrol sepanjang waktu sampai lelah dengan topik klasik khas bujangan.

Tentang pekerjaan, mimpi, kuliah, rencana KPR sampai tentang cinta-cintaan yang kalau dijilid gak tau bisa sampai berapa.

Tentunya Kopi Bagus jadi tempat fenomenal untuk tongkrongan anak muda kere yang kalau mau menikmati hidup selalu kepentok biaya sewa indekos atau kontrakan. Bahkan Abang juga sering gue temukan duduk di pojok meja nomor sepuluh dan selalu jadi paling pendiam di antara teman kampusnya yang berisik. Abang juga seringkali terlalu lamat memandang wajah lawan bicaranya, sampai-sampai gue takut Abang jadi bisa baca pikiran orang hanya lewat tatapan. Ya... memang begitu, sih. Intuisi Abang memang gak bisa dianggap sepele karena gue juga heran sendiri dari mana Abang dapat kemampuan memahami situasi dengan rinci.

 Intuisi Abang memang gak bisa dianggap sepele karena gue juga heran sendiri dari mana Abang dapat kemampuan memahami situasi dengan rinci

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
ANDROMEDAWhere stories live. Discover now