[+] Lintas Jejak; Memori

2.2K 488 146
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



"Memori itu ada buat apa?"

Chandra termenung di kursi dekat gerbang kontrakan subuh ini. Sembari menunggu mamang jualan tahu lewat, pikirannya berkelana ke mana-mana. Sebelah tangannya memegang mangkok plastik berwarna hijau cerah dan satunya lagi memegang uang sepuluh ribuan. Kakinya setengah dia angkat dan ditekuk untuk penyangga badan. Udara lagi dingin-dinginnya kala itu dan Chandra dipaksa abang-abangnya menunggu seperti patung dengan hanya memakai kaos sangsang putih dan boxer ungu. Bahkan matahari belum sepenuhnya muncul, hanya semburat kekuningan mengintip di celah langit Timur.

Semenjak kepergian Joshua yang entah ke mana tujuannya, kontrakan rasanya gak seasik dulu. Chandra memang dipinjami laptop oleh Aksa, tapi bukan itu masalahnya. Atmosfernya sudah berbeda seolah ada celah kosong yang berusaha ditutup, tapi gak bisa. Jovi lebih banyak diam sekarang. Chandra pikir itu wajar karena sedikit banyak pemuda satu itu pastilah merasa bersalah walaupun sudah clear masalahnya. Gak ada dendam, tapi penyesalan yang hinggap gak kunjung sirna. Membuat kontrakan kini hanya punya dua belas tuan, satu tuan memutuskan enyah tanpa tahu kembali kapan.

"Memori itu ada buat apa?"

Kembali suara Danu terngiang-ngiang mengiringi suara jangkrik yang masih terdengar di hari menjelang matahari terbit. Kala itu Chandra hanya bertanya pelajaran sejarah untuk tugas sekolah yang belum usai. Pertanyaanya hanyalah siapa perdana menteri negara Inggris yang diangkat pada tahun 1940. Padahal jawabannya hanya sebatas nama, tapi Danu yang kebetulan sedang baca-baca ringan di jam enam pagi sebelum sarapan mendadak kembali jadi penasehat.

"Jawabannya Winston Churchill, kalau gak salah sih itu. Gue ingat nama dia sering disebut di cerita Dunkirk dan Pearl Harbor yang kejadiannya sekitar tahun 1940-an."

Chandra hanya mengangguk beberapa kali. Antara gak mau tahu tapi tetap harus sopan sama yang lebih tua, jadinya dia mendengarkan tapi gak terlalu fokus kebangetan. Atau justru sungguhan gak ngerti apa yang Danu bicarakan. Namun, Chandra jadi terbawa suasana ketika Danu mulai memberikan pernyataan yang menyimpang dari pertanyaan tugas.

"Ada kutipan dari dia tuh, agak lupa gimana bunyinya. Pokoknya katanya, semakin seseorang melihat ke belakang, maka sebenarnya dia juga akan semakin jauh melihat ke depan. Gue tahu kutipan itu dulu banget sewaktu bingung ambil jurusan kuliah, jadilah gue pilih Sejarah karena mengingat ke belakang juga jadi bahan pertimbangan penting buat ke depan."

Lalu Chandra berakhir dengan menemani Danu bicara di sisa pagi itu dengan perasaan campur aduk.

"Ada lagi nih, Chan. Churchill pernah bilang juga kalau katanya lo gak akan pernah sampai di tempat tujuan lo kalau lo terus berhenti dan lempar batu ke setiap anjing yang lagi menggonggong."

Ada masanya ketika tiap lontaran kalimat tamparan semacam itu mengingatkan Chandra pada ayah maupun kondisi keluarganya yang gak tahu kapan akan jadi baik seperti keluarga normal. Ungkapan Danu tentang memori dan tempat tujuan jadi bumerang kembali bagi Chandra yang juga masih merangkai banyak mimpi di masa depan.

ANDROMEDAWhere stories live. Discover now