[Ardanu] Bait Aksara - 02

2.6K 614 395
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Ruangan bazar buku menjadi saksi kala itu bahwasannya Danu telah kehilangan kata-kata untuk berbicara lebih banyak. Bisu dia ditelan pemikiran bulat-bulat oleh ungkapan Juna. Danu jadi termenung. Ingin dia berkaca barangkali Juna salah, tapi yang Danu temukan hanyalah cabang pertanyaan baru yang belum memiliki jawaban.

Danu hanya merasa selama ini dia baik-baik saja. Dengan menebar kebaikan kepada sekitar maka dia juga akan mendapat rasa puas yang hanya dia sendiri bisa rasakan. Ternyata bait-bait kumpulan aksara yang dia susun dalam bentuk karya tanpa nama lengkap, dapat membuat Juna berpikir bahwa dirinya juga gak ada bedanya dengan Dika.

Sosok yang kesepian, kosong dan bahkan mungkin lupa bagaimana cara membahagiakan diri sendiri.

"Dingin, Nu. Yuk cari soto aja di luar, angetin badan." Juna menginterupsi. Melihat Danu yang diam dan gak semangat seperti beberapa menit lalu membuatnya merasa sungkan sendiri. Seolah Juna sudah membuat kesalahan dengan ikut campur mengenai hal yang Danu sembunyikan. "Udah jangan dipikirin sekarang. Lo sama gue gak punya pacar, kan. Kagak bakal ada yang meluk pas ujan kayak gini."

Tapi Danu sudah telanjur terbawa suasana.

"Juna, kalau gue gak bisa bantu adek gue keluar dari masa-masa sulitnya, kasihan dia nantinya bakalan susah buat nerima dunia luar yang jauh berkali lipat lebih jahat dari dunianya sendiri."

Detik itu Juna tahu kalau Danu pasti pernah mengalami suatu kejadian yang memicu pemikirannya yang seperti ini. Sebab terlalu sempit jika Juna percaya pada pemahaman yang katanya anak kembar itu perasaannya saling terkoneksi satu sama lain. Pasti ada sesuatu yang menjadi faktor pendukung lainnya yang gak kalah penting.

Juna mendorong punggung Danu untuk keluar. Tampaknya angin segar akan membawa ketenangan lebih bagi Danu yang mulai panik dengan bayangan-bayangan masa depan yang belum tentu terjadi. "Lo pernah ada trauma, ya?" Juna bertanya, mengembuskan napas pelan lalu mencari tempat yang nyaman untuk duduk. "Gue bukan orang kolot yang semata-mata percaya kalau anak kembar tuh punya ikatan batin yang kuat. Kembar gak menjadikan lo selalu sama meskipun kalian juga serupa."

Ketika melangkahkan kaki keluar dari ruangan bazar, seketika Danu melupakan daftar buku yang dia incar. Danu mengabaikan eksistensi buku-buku yang dipajang memanjang dengan sampul klasik dan harga yang dapat diskon berkali-kali lipat dari hari biasa. Danu gak peduli lagi di mana tempat buku History of Java yang didamba sejak lama diletakkan. Yang Danu pikirkan hanyalah kilasan imajinasi yang masih tertampung di dalam kepala dan belum sempat dia tuangkan melalui bentuk bait baru yang akan dia posting nantinya.

Tiap manusia pasti pernah melewati masa sulit dalam hidup, entah karena masalah sepele yang dibesar-besarkan atau masalah besar yang disepelekan. Keduanya sama-sama membawa kegelisahan.

Danu menahan napas sesaat sebelum dia mengusap wajahnya sendiri dengan kasar. Faktanya duduk dengan Juna di bangku besi yang mirip seperti bangku taman kota di dekat area parkir gak membuat Danu semakin rileks. Tatapan Juna terlalu mengintimidasi sekarang, seolah hendak mencengkeram segala rahasia yang Danu simpan dengan satu kali ucapan.

ANDROMEDAWhere stories live. Discover now