Epilog; Bastian

1.6K 284 55
                                    

"Tanpa lo sadari, ketika lo merendahkan kualitas diri sendiri, di luar sana masih ada yang menganggap lo jadi orang yang berhasil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tanpa lo sadari, ketika lo merendahkan kualitas diri sendiri, di luar sana masih ada yang menganggap lo jadi orang yang berhasil."



Fyi, tiap kali ada acara makan bersama baik itu pagi, siang atau malam, keluarga gue selalu ramai. Baik gue maupun anggota lain bakalan cerita hal-hal menyenangkan seperti kilas balik liburan, perkembangan sekolah atau tempat kerja sampai rencana-rencana ke depan yang udah disusun untuk direalisasikan.

Gue merasa hidup gue beruntung banget karena hal ini, sebab gak semua keluarga bisa melakukan hal yang sama. Cuman karena terlalu mendapat perhatian di sini, di rumah gue sendiri, gue lupa kalau gue tetaplah makhluk sosial. Makhluk ciptaan Tuhan yang akan dan selalu butuh orang lain sepanjang gue masih bisa menghirup napas. Makhluk yang hidup berdampingan dengan manusia-manusia lain yang jenisnya bermacam-macam. Makhluk yang pada hakikatnya pengin menang sendiri di antara yang lain, tapi di saat bersamaan juga dituntut untuk saling mendekap sesama.

Kehangatan ketika makan bersama itu setidaknya masih ada, tapi atmosfer yang melingkupi meja ini terasa begitu menyesakkan sekarang. Ada kursi tambahan yang diisi Chandra, juga suara isakan tangis ibu yang belum berhenti sampai lauk yang disediakan dingin. Teh hangat ayah juga uap panasnya udah hilang, bahkan gerimis hujan di luar menambah kesan redup yang tercipta.

Kapan hari sebelum gue dan Chandra tau kalau kita berdua saudaraan, gue pergi ke galeri seni dan gak sengaja malah ketemu Kak Bunga, kakak kelas yang jadi crush gue untuk waktu yang lama mengingat prestasi dan namanya yang terkenal seantero sekola...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kapan hari sebelum gue dan Chandra tau kalau kita berdua saudaraan, gue pergi ke galeri seni dan gak sengaja malah ketemu Kak Bunga, kakak kelas yang jadi crush gue untuk waktu yang lama mengingat prestasi dan namanya yang terkenal seantero sekolah, yang sekarang kerja di bagian penyortiran karya. Niat awal ke situ cuman sebagai tempat pelarian karena rasa iri gue pada Chandra yang memuncak, di mana dia selalu dapat perhatian dari abang-abang kontrakan secara berlebihan. Ujung-ujungnya gue justru mendapat makna dibalik lukisan potret diri Van Gogh yang potong telinganya sendiri dan sebuah lukisan ladang gandum di bawah bentangan langit luas.

Hari ini, lukisan Van Gogh yang ladang gandum itu sungguhan bisa gue rasakan representasinya di dunia nyata. Ada polesan warna kuning yang kentara di sana dan gradasi warna biru untuk menggambarkan langit yang sedikit gelap. Kuning yang hangat dan biru yang pilu. Kuning yang bahagia dan juga biru yang membuat luka.

ANDROMEDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang