04. Dia gadisku

1.2K 130 38
                                    

"Ketika kamu ingin seperti dia, kuatkah kamu bertahan seperti dia? Tuhan tidak memberi apa yang tidak mampu kamu terima. Mereka lupa jika mereka sama istimewanya, mereka merendahkan diri terhadap sendiri. Membandingkan segitiga dan segiempat tidak akan pernah sama menjadi lingkaran, tidak ada ujungnya."

—LUgu—

















Apa yang dibutuhkan seseorang? Pelukan atau ditemani setiap saat? Semua orang punya itu bahkan orang kesepian sekalipun, mereka hanya tidak pernah sadar untuk hal-hal kecil. Mereka butuh yang benar-benar kerja besar, bukan salahmu, bukan juga mereka, kita hanya manusia yang dituntut oleh standar diluar jangkauan kita.

"Anak-anak tugas kali ini adalah mencatat hal-hal baik yang kalian kerjakan lalu apresiasi kegiatan itu, ibu beri waktu sampai besok. Sekian terima kasih," kata wanita paruh baya yang tak lain adalah wali kelas Karna dan temannya.

"Gue beliin emak terasi di warung pas main game sampe hp gue jatoh, apa itu termasuk?" tanya Rafel sembari memakan wafer Nathan yang dia pinta secara paksa tadi.

"Rugi itu mah!" seru Mahen menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Emak lo enggak marah?" tanya Rainan yang ikut nimbrung. Rafel tersenyum lebar akhirnya setelah sekian lama sahabat batunya itu ikut berdiskusi.

"Yeuh! Gimana enggak marah gue kaget denger teriakan emak sampai jatuhin hiasan bunga tercintanya. Refleks gue kabur dan nginep di rumah Alge deh belum pulang juga gue," papar Rafel dengan tawanya yang keras.

"Biasa aja, ketawa lo kayak udah dapet duit segunung," celetuk Adnovan yang menghampiri mereka karena letak bangku mereka itu berjauhan.

"Lukanya diobatin," tegur Algevan yang sibuk tidur di bangkunya tanpa ikut berdiskusi dengan inti Aegross.

Semua orang menatap aneh ke arah Rafel yang cengegesan, dia pun menatap  Karna yang sibuk dengan ponselnya. Sesaat dia ingat kejadian kemarin malam.

"Gue sama Karna ketemu Sara kemarin malem," ungkap Rafel membuat semua inti Aegross terkesiap dan ikut memperhatikan Rafel dengan serius.

"Buset, Sara masih hidup?" tanya Adnovan yang mendapat pukulan dari Algevan.

Karna berdeham singkat, "Dari yang gue denger Sara ke Jakarta buat cari uang, ibunya lagi sakit di Bandung. Dia pindah sekolah juga, cuman enggak di sekolah kita."

"Lo tahu dari mana?" Mahen masih kaget dengan kabar Sara anggota inti Aegross yang sudah meninggalkan mereka selama dua tahun lebih.

"Kemarin pas gue kalah balapan gue transfer dia uang, tapi gue juga minta nomornya," jawab Karna tanpa menoleh ke arah Mahen.

Rafel menimang-nimang ucapan Karna, jika benar Sara butuh uang kenapa dia berkerja dengan balapan liar? Ya, Rafel tahu Sara bukanlah gadis biasa pada umumnya. Modal nekad dan tekad gadis itu bisa melakukan apa pun semaunya, tetapi itu sangat gila.

"Lo ajak Sara gabung Aegross lagi?" Karna menggelengkan untuk respons dari pertanyaan Rafel.

"Mungkin Sara malu udah ninggalin Aegross, terus dia juga udah beda sekolah sama kita," timpal Adnovan.

"Emang Sara tahu malu? Lagian mau sekolahnya Sara di ujung dunia pun masih kita anggap bagian dari Aegross, lo juga kan tadinya sekolah di Surabaya, anjir enggak ngaca," celoteh Rafel sewot.

LUGU Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin