34. Selamat Beristirahat

597 29 7
                                    

"Jangan tangisi kepergianku, karena kita semua akan pulang pada waktunya. Air mata itu terlalu berharga untuk ke luar karena aku."

—lugu—














♡Selamat Datang dan Selamat Membaca♡















Napas mereka memburu hebat, Algevan memutuskan untuk menghitung inti Aegros yang tengah bersamanya. Betapa kagetnya dia melihat Adnovan tak ada, tetapi dering di ponselnya membuat Algevan mengernyit bingung.

"Kalian harus bergerak sesuai perintah gue, jangan gegabah saling pegangan satu sama lain, gue bakal kasih interupsi jangan pernah ada yang mencar!"

"Emang lo tau rencana mereka Novan?"

Semua inti menatap Algevan yang ditelepon oleh Adnovan, Algevan pun mengeraskan volume teleponnya agar mereka mendengarnya.

"Gue tahu! Jadi lo sekarang pasti ada di pertigaan, lo harus belok kiri, soalnya di kanan ada mereka yang mau bikin jebakan."

"Jangan ada yang nekat! Apalagi mencar!"

Algevan mengarahkan Aegros untuk mengikutinya langkahnya sesuai dengan ucapan Adnovan, tetapi Karna memilih jalan ke kanan. Semua orang pun terkejut melihatnya.

"KARNA JANGAN BODOH LO MAU MATI?!" teriak Sarani saat melihat ketua Aegros itu berlari mengambil belokan ke kanan.

"Gue bisa sendiri! Gue bukan pengecut yang lari dari masalah," selanya.

Aegros dibuat gemas dengan tingkah keras kepala seorang Karna. Hanya Rafel yang ikut menyusul langkah Karna, mereka diteriaki tapi Karna tak peduli, bahkan saat pandangan Rafel telah memburam pun lelaki itu tidak akan membiarkan Karna sendirian.

"Biar gue sendiri Fel," sergah Karna dia tidak tega melihat Rafel yang kesulitan menghela napas.

Karna berhenti berlari dan menghampiri Rafel, dia menepuk bahu lelaki yang wajahnya sudah pucat pasi tersebut. "Kenapa lo ikut gue Fel? Lo bisa mati."

Rafel menggelengkan kepalanya, dia memegang tangan Karna. "Gue gak akan biarin sahabat gue sendirian lawan mereka, gue akui lo emang pemberani Kar, tapi kali ini situasinya beda lagi kita bakal kalah Kar, cobalah buat ikhlas."

"Gue gak terima pengkhianatan Fel, gue bakal lihatin ke mereka semenjijikan apa manusia munafik!"

Rafel merogoh ponselnya yang bergetar di dalam saku. Pupil matanya membesar kala membaca pesan dari seorang dokter, adiknya harus segera dioperasi dan sedang mengalami masa kritis.

"Ayo, pulang Kar, gue mohon kali ini aja lo dengerin gue," pinta Rafel menggenggam erat tangan Karna, mata lelaki itu menyorot penuh harapan.

Karna tersenyum kecil. "Gue egois menyangkut harga diri Fel, sekarang lo aja yang balik, biarpun gue mati gue gak kalah."

"Please, Karna lo emang keren, tapi ayo kita pulang aja," lirih Rafel hingga tersenyum getir.

Karna melepas genggaman tersebut, kemudian kembali berlari mendekati perkumpulan Gramor. Pikiran Rafel sangat kalut diiringi deringan ponselnya terus menerus, dia pun memutuskan untuk mengambil langkah mengejar Karna.

LUGU Where stories live. Discover now