19. Aegross vs Gramor

578 45 5
                                    

"Bukti cinta hanya menyakiti, ketika kau menaruh hati terlalu sembarangan."

—LugU—
















Waktu kian mundur, menampakan senja yang perlahan turun. Di perbukitan tinggi rambut Aiyanika yang tergerai mengkilap lembut terembus oleh desiran angin. Menusuk hingga ketulang rasa sejuk itu, tetapi kehadiran lelaki di sampingnya tersebut membuat Aiyanika dijaga seribu kehangatan.

"Om Kelinci, suka senja?"

Karna sekilas menatap manik mata cokelat milik perempuan yang berarti dihidupnya itu penuh kelembutan.

"Aku ingin memperlihatkan kepada senja, bahwa perempuan yang duduk di sampingku sekarang sangat indah," kata Karna sembari menunduk malu.

Aiyanika tersenyum kecil, "Jangan gitu nanti senjanya cemburu."

"Kayanya aku harus banyak-banyak istirahat habis ini," keluh Karna.

"Om Kelinci capek ya, main sama Aiya?"

Karna menggeleng lemah, "Kamu gak bosen ya cantik terus? Aku capek liat kamu yang sempurna ini."

"Om Kelinci, udah mau malem, fotoin Aiya dulu sama senjanya!" seru Aiyanika beranjak bangkit dari tanah bukit tersebut.

Karna menyiapkan kamera diponselnya, dia akan mengabadikan keindahan alam yang berpadu dengan bidadari di hatinya itu. Kala itu detak jantungnya berdenyut tak karuan, tak sengaja terbius senyuman dari si gadis lugu.

"Gimana hasilnya bagus gak?" tanya Aiyanika kurang yakin dengan jepretan Karna.

Karna memperlihatkan fotonya, dia menatap lamat-lamat bagaimana gerakan bibir Aiyanika yang mulai mengerucut.

"Kok kurang jelas, ya?! Apa mungkin karena udah mulai gelap?"

Karna terkekeh pelan, "Kamu selalu cantik di mata aku."

Aiyanika hanya diam saja, dia mengembalikan ponsel Karna dengan raut wajah yang ditekuk.

"Yaya Bocil kenapa, hmm?"

"Om Kelinci, di sini ada yang jual makanan?"

"Yaya Bocil laper, ya? Kita cari mini market dulu yuk, nanti ambil aja apa yang Yaya Bocil mau, aku yang traktir deh," tawar Karna yang diangguki antusias oleh Aiyanika.

"Traktir berarti gratis dong?!"

"Bayarlah cantikku," balas Karna.

Aiyanika mengernyit kaget, "Pake apa Om Kelinci? Uang jajan Aiya habis tadi siang."

"Pake cinta," tukas Karna.

Aiyanika menggulum senyuman tipis, dia membuat pose love ke arah Karna yang berusaha mati-matian menahan getaran aneh dalam tubuhnya.

"Yaya Bocil ada aja ya akalnya," ucap Karna mengasal karena salah tingkah.

Dia pun menggenggam erat tangan mungil Aiyanika dan perlahan berjalan meninggalkan bukit tinggi tersebut. Hingga menemukan sebuah minimarket.

"Mau beli apa aja silakan, nanti aku yang bayar, tenang jangan mikirin harganya, apa aja yang kamu mau ambil, okee?"

Aiyanika mengangguk patuh terhadap instruksi yang diberikan Karna. Dia menunjukan ke sebuah rak tempat di mana khusus makanan kucing.

"Mau itu!" teriak Aiyanika.

"Itu gak dijual, cari aja yang lain, ya?" bujuk Karna di awal sudah frustrasi.

"Kalau gak dijual kenapa diletakin di sini? Ayo, Om Kelinci, katanya ambil apa aja yang Aiya mau!" gertak Aiyanika.

"Jangan makan itu nanti Yaya Bocil berubah jadi megalodon, cantikku."

Aiyanika memanyunkan bibirnya kesal. Karna sangat menyebalkan, dengan bangga dia mengakatan apa saja yang Aiyanika mau boleh diambil, tetapi kenapa ini tidak.

"Megalodon itu siapa, Om Kelinci?"

"Bapakmu," seru Karna terbawa emosi.

Aiyanika mengigit bawah bibirnya kebingungan.

"Aiya, gak punya bapak."

"Buset, perasaan lampu nyala tapi kenapa gelap banget, ya?"

Perdebatan mereka tidak selesai sampai disitu saja, hingga akhirnya ada penjaga minimarket ini menghampiri sepasang kekasih yang terus cekcok itu.

"Mas sama mbaknya kalau ada masalah diselesaikan di rumah jangan di sini bisa?" perintah cewek penjaga di minimarket itu dengan perasaan jenuh.

"Maaf, ya?

LUGU Where stories live. Discover now