39. Boneka Kelinci atau Lamaran?

336 27 0
                                    

"Mungkin aku harus mundur, karena sainganku ternyata lauhulmahfuz kamu."

—LUGU—
















♡Selamat Datang dan Selamat Membaca♡




















Martabak malam di ibu kota, dengan asap yang mengudara atas padatnya jalanan raya. Aiyanika dengan bando kelinci berwarna pink itu bersenandung ria digenggam erat oleh Karna tentunya.

"Mami sama Bunda, nyuruh kita pulang, jadi makan martabaknya di rumah aja, ya?"

Aiyanika hanya mengangguk saja, lagi pula malam ini sangat dingin, dia rasanya ingin menghangatkan diri dengan boneka beruang besarnya. Dia menatap lekat Karna yang sibuk memainkan ponsel sambil mencekal tangannya.

"Mau permen kapas!!"

"Bentar dulu sayang, martabaknya belum jadi," sela Karna tampak kesal karena Aiyanika tidak bisa diam.

Bibir Aiyanika mencebik dia tambah makin hiperaktif saat Karna sama sekali tidak mempedulikannya. "Ayo! Beli permen kapas dulu, Aiya aja kalau Om Kelinci enggak mau anterin!"

Lantas lelaki itu mengalah, dia memasukkan ponsel ke sakunya, menatap jenuh ke arah Aiyanika yang merengek seperti anak kecil.

"Ya udah, beli aja sana, mau hilang pun aku gak peduli," ketus Karna dengan mudah menepis tangan Aiyanika.

Gadis lugu itu tampak mengerutkan dahinya, dia heran dengan perlakuan Karna yang berbeda. Tampak menyia-nyiakan kesempatan dia pun berlari ke penjual permen kapas, dia tidak lagi menoleh ke belakang.

"Di kira Aiya enggak bisa sendirian!" gerutu Aiyanika memutar bola matanya malas.

"Bang, beli satu warna biru!" Suara cempreng khas Aiyanika membuat seseorang terkekeh kecil.

Aiyanika melirik sekilas seseorang di sampingnya, ternyata Jidnan juga ada di sini. Sedang apa lelaki bersarung itu menghabiskan waktunya di pasar malam? Padahal, Jidnan paling anti sekali dengan hal keramaian seperti ini.

"Kak Jidnan? Boleh minta uang? Soalnya Aiya enggak bawa," desis Aiyanika yang diiyakan oleh Jidnan.

"Ai, ke sini sendirian? Di mana mami?" Aiyanika menghabiskan permen kapas itu sekali lahap, sang penjual pun cengo melihatnya sementara Jidnan hanya menatap tanah saja tidak berani melihat siapa pun.

"Aiya ke sini sama Om Kelinci," balasnya.

Jidnan mengernyit heran. "Om Kelinci? Manusiakah?"

Sudah pasti Jidnan tak paham, Aiyanika hanya berdeham singkat saja saat Karna menghampiri mereka berdua dengan tatapan sinis.

"Katanya mau beli permen kapas malah berduaan sama cowok lain," sindir Karna sambil menyodorkan martabaknya.

"Kita cuman kebetulan ketemu, memangnya kamu siapanya Ai? Kalian jangan pacaran itu haram, takut ada hal yang enggak diinginkan terjadi nanti," tegur Jidnan hingga Karna mendelik tak suka.

"Gue calon suaminya, gak usah sok ngatur lo!"

"Ai, sepupu saya, saya juga bakal lamar dia malam ini. Ai? Kamu mau terima kedatangan saya kan di rumah?"

LUGU Where stories live. Discover now