08. Perahu kertas sepintas

1K 97 14
                                    

"Jangan terlalu menghayati peran hari ini, karena semua orang akan berubah kapan saja."

—LugU—

▪︎Selamat Datang dan Selamat Membaca▪︎
























Kini mulailah hari dengan senyum terbaik kita, biarkan senyum itu tampak bersinar. Sumber kebahagian bisa datang di mana pun dan kapan pun, termasuk cara kita menyapa semua orang.

"Hai kak Helana! Hari ini kita mau jadi adik yang beneran adik buat kakak," sapa Lintang dan Karna yang menyengir kuda di sampingnya.

Helana membuka perlahan matanya yang sedikit sembab karena terlalu larut bersedih semalaman. Helana pun tersenyum, dia tampak tidak berdaya harus duduk dari posisi tidurnya.

"Kakak kenapa?" Lintang bertanya dan merasa panik pun menghampiri Helana.

"Karna, kamu sudah sehat? Apakah lukanya masih sakit?" Karna menggelengkan kepalanya atas pertanyaan Helana.

"Maaf kak, semalaman kakak harus jaga Karna, gara-gara Karna juga kakak nangis, kenapa kakak bisa sebaik itu?" ucap Karna yang duduk di tepi kasur Helana.

Helana memejamkan matanya sebentar, kemudian menghela napas sembari menatap langit-langit kamarnya yang polos itu seolah-olah mengatakan sesuatu yang selama ini dia pendam.

"Bagi seorang kakak tidak akan ada yang tidak mungkin untuk adiknya, sekalipun seorang kakak itu tidak peduli tentang adiknya, dia akan mencoba untuk tetap memperhatikan tanpa diketahui sang adik." Helana tersenyum getir.

"Seorang kakak merasa jika dia adalah orang tua untuk adiknya setelah ibu dan ayah. Seorang kakak akan menjaga adiknya semaksimal mungkin walau pada akhirnya gagal menjauhkan adiknya dari luka," sambung Helana.

Di sela-sela napas beratnya Helana menatap Lintang dan Karna secara bergantian.

"Kalian tahu? Saya ingin mempunyai adik, setelah saya tahu kalian adalah adik saya walaupun tiri, saya ingin lari rasanya dan menemui kalian. Saya seperti mendapat undian satu miliar."

Karna tertawa dan semuanya pun ikut tertawa. Ternyata sebahagia ini untuk menikmati dan mensyukuri yang ada di sekitar kita. Tidak lain dan tidak lebih adalah keluarga seadanya, menurut Karna ini terlalu singkat jika harus diabadikan dalam foto maupun video, momen ini harus terus terulang!

"Mari berpelukan!" Helana berganti posisi menjadi duduk dan merentangkan kedua tangannya untuk menyambut pelukan hangat dari kedua adiknya.

"Saya senang kita bisa diberi kesempatan untuk merasakan indahnya persaudaraan, sebelumnya saya minta maaf belum sampai menjadi kakak yang hebat untuk kalian," lirih Helana kembali terisak.

"Jaga diri baik-baik di dunia yang kadang lepas kendali ini, dewasa tidak harus selalu kuat berdiri menghadapi badai angin ribut. Kita perlu menjalani hidup sampai mendapat giliran panggilan dari Tuhan, saya sayang kalian berdua Lintang dan Karna," kata Helana semakin melemah.

"Kak!" Karna tersentak karena Lintang membentak Helana yang sudah menutup matanya. Karna yang masih memeluk Helana pun terdiam karena napas lembut Helana tidak lagi dia rasakan.

LUGU Where stories live. Discover now