28. Dia Jidnan Galih Wiratama

620 37 5
                                    

"Jika berlian sangat berharga, maka kamu lebih dari itu."

-LugU-








♡Selamat Datang dan Selamat Membaca♡
















Dia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru pekarangan rumah. Jidnan, lelaki itu akan memastikan Aiyanika pulang ke rumah yang benar aman untuknya.

"Ai, ini bukan rumah kamu," tutur Jidnan sambil merundukan pandangannya.

Aiyanika terkekeh pelan, "Tapi, Aiya suka tinggal di sini kak."

"Ayo, pulang atau mau saya laporin ke mami?" ancam Jidnan benar-benar tak habis pikir dengan sepupunya tersebut.

"Kak, kita masuk dulu aja, penghuni rumah ini baik loh sama Aiya," bujuk Aiyanika.

Mau tak mau, Jidnan harus menurutinya, apalagi dia tidak mau jika Aiyanika sampai diapa-apakan oleh sang pemilik rumah sebenarnya.

"Aiya, baru pulang lo?!" teriak Kafyan yang membukakan pintu untuk Aiyanika.

"Iya, Abang Iblis, maafin Aiya," ucap Aiyanika dengan wajah ditekuk.

"Lo siapanya Aiya?"

Jidnan tersenyum singkat, "Saya ingin mengatakan bahwa jika ada seorang perempuan tinggal di tempat yang ada laki-laki bukan mahramnya itu dosa besar, kalian berzina?"

Kafyan tersedak ludahnya sendiri mendengar penuturan kata dari Jidnan. Memangnya lelaki bersarung itu tahu apa tentang keluarga Kafyan? Kafyan memutar bola matanya malas.

"Gue Abangnya, Aiya!"

Jidnan dengan kekeh tidak setuju, dia berkata, "Kamu tidak waras? Saya adalah sepupu dari Ai, saya tahu seluk beluk keluarganya, kamu mau saya laporkan kepada keluarganya?"

"Elo gak usah banyak ceramah di sini, gak guna! Gue gak mau denger omong kosong lo itu," sarkas Kafyan mendorong tubuh Jidnan menjauh dari Aiyanika.

"Ada apa sih sialan sore-sore gini ribut?!"

Datanglah abang tertua dari mereka, Akra tentu saja terkejut melihat Jidnan ada di depan rumahnya. Bukan hanya itu dirinya seakan sontak menjadi gugup.

"Jadi ini kelakuan kamu? Akra kamu boleh kabur dari pesantren, kamu boleh melanggar semua aturan pesantren, tapi apa kamu gak malu bawa sepupu saya tinggal di rumah kamu tanpa ikatan pernikahan?"

Kafyan meneguk salivanya, kemudian dia perlahan menjaga jarak dari Jidnan. Membiarkan Akra sendirilah yang menghadapi lelaki bersarung tersebut.

"Gue terima dia karena gue kasian," ujar Akra singkat.

Jidnan menggelengkan kepalanya, "Tetap saja, kan? Itu hukumnya haram, kamu tahu itu dosa besar, saya yakin kamu juga pasti pernah khilaf, kamu manusia bukan malaikat mana mungkin saya percaya kamu hanya kasihan menerima sepupu saya begitu saja."

"Gue bilang gue gak lakuin apapun, puas lo?!" seru Akra tidak terima dengan tuduhan Jidnan yang belum ada fakta dan buktinya.

"Sepupu saya itu sangat polos dan kamu dengan ribuan akal kotormu itu pasti kamu mencari kesempatan, jujurlah Akra, kamu mau menambah dosa?"

LUGU Donde viven las historias. Descúbrelo ahora