35. Lampu Rumah Sakit

374 25 9
                                    

"Bahkan saat dirimu pergi sejauh apapun, aku terbayang dirimu karena kamu ada di dalam hati."

-lUgU-

















♡Selamat Datang dan Selamat Membaca♡


















Kini mereka semua terpukul atas kepergian seorang Rafel, tangis yang memilukan kembali terdengar membuncah. Tak hentinya Sarani bertanya bahwa Rafel hanya sedang bercanda saja, kan? Karena lelaki itu sama sekali tidak bisa serius.

"Bang Ken, Rafel baik-baik aja kan? Dokter tadi bohong!"

"Lo semua ngapain diem aja?!! AYO KETAWA!! RAFEL LAGI NGEPRANK KITA!!"

"KARNA AYO BANGUNIN RAFEL LAGI!!"

Sarani mengusap wajahnya frustrasi. "RAFEL CEPET BANGUN, BECANDA LO GAK LUCU!"

Algevan membelai pelan bahu sahabatnya itu, dia berusaha mendekap Sarani agar gadis itu tenang menghadapi kenyataan.

"Tolong diikhlaskan, ya? Biar Rafel bisa tenang, jangan nangis terus nanti Rafel sedih liat lo gini," ucap Mahen yang membuat tangis Sarani makin menjadi-jadi.

"Lo juga suka ngelawak Hen, bilang sama gue kalian lagi bercanda, kan?" Pertanyaan Sarani hanya bisa membuat Mahen merunduk, Algevan pun memutuskan membawa Sarani pergi dari ruangan ini.

"Tolong untuk meninggalkan ruangan ini, biar pihak rumah sakit yang akan mengurusi jasadnya," kata dokter muda wanita tersebut, mereka pun dengan langkah lesu ke luar dari sana.

Karena tidak kuat akhirnya Rainan dan Nathan ambruk, mereka berdua langsung ditangani oleh dokter yang sering menangani mereka di sini. Rainan baru tersadar saat melihat dokter yang berada di sampingnya.

"Seseorang meminta saya untuk segara mengoprasi kamu dan Nathan," ucap dokter itu yang kemudian Rainan kehilangan kesadarannya.

Sementara itu Nara sang adik Rafel juga tengah melewati masa kritisnya, untung saja dia bisa ditangani dengan cepat, dia telah mendapat donor jantung dari pihak rumah sakit. Mendengar itu kedua pasangan orang tua dari Nara pun bahagia.

"Kalau boleh tau siapa yang kasih Nara donor jantung?" tanya ayahnya Nara kepada dokter.

"Saya tidak tahu pasti Pak, hanya saja si pendonor baru wafat beberapa menit yang lalu," papar dokter tersebut yang membuat mamahnya Nara tampak diserang kecemasan.

"Itu bukan kamu kan nak?" Dia membatin tanpa sadar air mata ke luar dari pelupuknya, teringat janji Rafel tempo hari lalu.

Karena waktu sudah larut malam, Rafel akan diistirahatkan besok pagi. Malam ini pun berjalannya operasi Rainan, Nathan dan Nara sebab kematian Rafel mereka semua menjalaninya.

"Kalau seandainya Rai tau karena Rafel dia dapet donor ginjal, Rai bakal tetep terima gak, ya?" tanya Adnovan yang hanya bisa membuat Mahen mengembuskan napas berat.

"Kelihatannya tadi pun Rai gak rela Rafel gitu, apalagi dia masih gak tau, kan Rafel udah gak ada." Mereka berdua kembali termenung menunggu operasi Rainan yang tengah berlangsung cukup lumayan lama.

LUGU Where stories live. Discover now