24. Separuh Waktu

491 36 4
                                    

"Tetaplah bertahan sampai Tuhan sendiri yang memintamu untuk pulang."

-LUGU-








♡Selamat Datang dan Selamat Membaca♡





















Pagi yang cerah kali ini dengan Rafel yang ceria memasuki markas Aegros, dia membolos sekolah lagi saat masih tak mampu membayar uang bulanan sekolah. Semua sahabatnya tak tahu itu, mereka pikir Rafel bolos karena bosan belajar. Jauh dari itu Rafel sangat ingin mengubah hidupnya menjadi rajin.

"Habis ini kan gue harus kerja biar bisa makan nanti sore," kata Rafel mengingat sif kerjanya hari ini.

Saat Rafel tengah sibuk memainkan ponselnya suatu bunyi keras timbul, dia terkesiap dan menoleh ke arah sumber suara. Tampaknya dia menghampiri sebuah batu berukuran sedang yang dibaluti kertas berisikan tulisan dengan darah.

"Pastikan hari anniversary Aegros dirayakan untuk kematian anggotanya," ucap Rafel membaca surat tersebut.

"Tangan siapa yang berani nulis surat sampah ini?!"

Rafel membuang kertas tersebut ke sembarang arah, dia pun memutuskan untuk pergi mencari anggota inti Aegross yang kebetulan mungkin ikut membolos.

"Aduh, gue lupa juga ada jadwal ke rumah sakit, pasti dia nungguin gue!"

Rafel bergegas panik memutar balik tujuannya, dia akan menemani seseorang di sana, tak mungkin dia mengingkari janjinya. Namun, seseorang tahu arah ke mana Rafel akan pergi.

"Dia kok buru-buru banget," gumam Sarani.

Sarani terus mengikuti lajunya perjalanan Rafel, sudah beberapa waktu dia ada di belakang Rafel tetapi lelaki itu sama sekali tidak sadar. Sampai akhirnya mereka berhenti di sebuah rumah sakit yang sangat besar di ibu kota, bertuliskan Rumah Sakit Cinta Kasih Ibu.

"Siapa yang sakit?" Sarani dibuat berpikir keras, dia harus tahu kebenarannya.

Rafel dengan langkah yang sedikit berlari mencari tempat ruangan seseorang yang dia ingin temui.

"Jangan nangis Afel ada di sini," ucap Rafel.

Mata Sarani membulat sempurna, melihat pemandangan yang mampu membuat hatinya bergetar sakit. Rafel tampak mendekap tubuh gadis yang tengah ketakutan.

"Afel, katanya umur aku enggak lama lagi," lirih gadis itu terisak pilu sangat menyedihkan.

Rafel menggelengkan kepalanya, menangkup wajah gadis itu dengan tangannya, mencoba meyakinkan semua akan baik-baik saja.

"Kamu bakal sembuh, kamu harus sehat lagi nanti kita keliling Jakarta, asal kamu mau diobatin sama dokternya, ya?" kata Rafel penuh kelembutan.

Gadis itu menangis semakin kencang di dalam dekapan Rafel, tak peduli sakit yang dia rasa saat mengeluarkan banyak air mata.

"Kalau aku mati gimana, Afel?"

Rafel tersenyum menenangkan gadis itu, sesekali dia mengecup singkat puncak kepalanya.

"Semua makhluk yang diberi nyawa akan merasakan yang namanya kematian, jadi mau kamu atau Afel, kita akan sama-sama mati, cuman kita gak tahu kapan."

LUGU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang