25. Larut Malam

437 34 6
                                    

"Apa yang membuatmu menangis sampai kamu mengatakan tidak punya siapa-siapa? Special apa hal yang membuat air matamu berderai? Janganlah kamu berlarut-larut, Allah pastikan gantinya melebihi yang kamu ingin sekarang."

-LugU-




♡Selamat Datang dan Selamat Membaca♡

















Sosok itu tiba-tiba melintasi pikiran Rafel, dia hinggap begitu saja tanpa diundang. Rafel termenung di depan masjid selesai melaksanakan salat isya.

"Papah, apa papah gak kangen sama Rafel?" gumamnya masih terjaga dalam pandangan kosong.

Kemudian Rafel beranjak dari duduknya, mengembuskan napas berat, dia kembali menatapi bintang-bintang yang bertebaran di langit. Dia melihat salah satu bintang yang memancarkan sinar begitu terang.

"Papah marah, ya? Sampai gak mau lagi temuin Rafel?"

"Hidup sendirian tanpa papah sama mamah sakit loh, apa kalian tega lihat Rafel gini?"

Tenggorokan Rafel terasa tercekat, kini bulir-bulir itu mulai berjatuhan dari pelupuk matanya. Ada rasa di mana dia benar-benar ingin menyerah saja, ditinggalkan kedua orang tuanya, tak ada satu pun yang mengerti dirinya, berada diambang saksi didetik sahabatnya menghela napas.

"Kenapa mereka seneng tinggalin Rafel sendirian? Apa mereka gak rindu sama Rafel, ayo pah, jemput Rafel," lirihnya dengan suara parau.

"Abis solat tuh ngaji bukan nangis," tegur seseorang.

Rafel terkesiap, dengan secepat kilat dia menyela kasar sisa air matanya. Dia membalikan badannya mendapati Rainan.

"Mana surat gue?"

Rafel menyipitkan matanya, "Maaf, gue udah buka suratnya."

Rainan memberikan tatapan tajamnya, kemudian dia berdecih.

"Tutup mulut lo dan jangan pernah ikut campur," tegas Rainan.

"Gak bisa! Lo sahabat gue, gue harus bantu lo Rai, kenapa lo sembunyiin ini?"

Rainan terkekeh, "Lo mau bantu pake apa? Emangnya semua orang bakal peduli sama gue?"

Mendadak suasana sedih mulai menggerogoti Rainan, betapa mirisnya dia saat ini, dia merunduk tatkala Rafel menatapnya penuh iba. Kini memang benar, ada yang peduli, tapi itu hanya sebagian saja bukan? Ke mana orang tuanya yang sama sekali tidak mengetahui ini.

"Kalau pun disuruh gantiin posisi lo sekarang gue rela demi sahabat gue, Rai lo gak tahu gue sesayang itu sama anak-anak Aegros?" tutur Rafel dengan nada yang sedikit bergetar.

"Gue cuman mau cepet mati," balas Rainan seadanya.

Rafel meletakkan kedua tangannya dibahu Rainan, hingga mereka saling beradu tatapan, pedih rasanya ketika mereka menumpahkan sakitnya melalui air mata.

"Iya, lo bakal meninggal Rai, tapi gak dengan cara gini, lo tau gak bakal sesakit apa mereka kalau tau lo tiba-tiba meninggal dengan kebeneran yang lo tutupi saat ini," papar Rafel.

LUGU Where stories live. Discover now