🧤17🔥

703 127 20
                                    

*Dabi POV*

"Oi, muka tangan"

Ck, sialan memang!

Baru aku tinggal sehari dia sudah berulah!

"Kau apakan [y/n]?"

"Urusai"

"Kau apakan gadisku?"

"Gadismu? Hah! Bahkan kau tahu dia sudah bukan 'gadis'! Karena kau"

"Ck, teme!"

"Tenang, tenang okay? Selesaikan dengan kepala dingin! Baku hantam ayo!"

"Damare Jin!"

Ck, meskinyang dikatakannya benar tapi aku tidak terima [y/n] disentuh orang lain.

"Jangan sentuh [y/n], jika kau menyentuhnya lagi kupastikan aku akan membunuhmu"

"Haha, lucu kau padahal kita sudah menikmatinya bersama bertiga...apa kau lupa?"

"Teme!"

"Dabi, ponselmu berbunyi"

Ck, sialan! Kali ini dia selamat!

Aku keluar dari markas bodohnya itu.

Telpon dari [y/n], untung sudah aku ngungsikan dia sebelum terjadi hak yang lebih lagi.

"Doushita?"

"To...ya...obat..."

"Aku akan ke sana! Bertahanlah sebentar! Jangan tutup telponnya!"

Dia kumat lagi!

Obat yang kubelikan tempo hari sudah habis.

Karena aku...hanya bisa beki sedikit.

Resep obatnya selalu kubawa ke mana pun aku pergi.

Jaga-jaga di saat begini.

Aku ke apotek dan memberikanresep obat yang sudah kutulis ulang agar tidak dicurigai kalau resep lama.

Aku langsung lari begitu sudah membayar dan menerima obatnya.

Kenapa [y/n] sering kumat sekarang?

Dulu tidak sesering ini!

"Tou...ya..."

Suaranya sangat berat, bernafas saja susah.

"Aku hampir sampai!"

"Kuru...shi...Tou...ya"

"Shikari [y/n]!"

Sampai! Tinggal naik ke lantai tempatnya berada!

Aku terlalu panik sampai hampir terjatuh dari tangga.

Pintunya kubuka, sengaja tidak kukunci agar cepat.

Aku langsung ke kamarnya tanpa permisi.

"[Y/n]!", apa dia jatuh dari kasur? "[Y/n], aku di sini hei"

"Tou...ya"

"Iya ini aku, aku bawa obatnya, a-aku bajtu kau minum"

Untung obatnya dalam bentuk puyer.

Bisa langsung diminum setelah dia mengatur nafasnya dengan benar agar tidak tersedak saat minum.

"Kenapa bisa kumat lagi?"

"Gomen..."

Aku ingin membawanya ke Ujiko-sensei tapi rasanya...

Entah kenapa aku ragu.

Kalaupun aku mebawanya ke rumah sakit lain...

Aku masih ragu.

Aku tidak tahu apa yang membuatku ragu padahal dia sudah sering kumat begini.

Apa karena...dulu pernah gagal?

"Kau kedinginan"

Tubuhnya dingin bagaimana bisa?

Aku menggenggam tangannya.

Karena quirkku api tubuhku selalu hangat.

"Dou? Atatakai ka?"

Dia hanya tersenyum lemah ke arahku.

Aku benci orang lemah, aku akan langsung membuat mereka jadi abu.

Itu tidak berlaku pada [y/n].

Aku ingin melindunginya yang selemah tikus kecil.

Tidak, dibanding denganku...dia jauh lebih kuat.

Aku membaringkannya lagi di kasur setelah kurasa keadaannya membaik.

Aku tidak habis pikir.

Bagaimana penyakit lama yang sudah tidak permah kumat malah kumat lagi?

Hidup sekeras apa yang kau jalani sampai kumat?

"Hei, jangan acak rambutku [y/n]"

Seharusnya aku yang menghiburmu bukan sebaliknya.

Kulitmu jadi pucat begini.

Pipimu jadi kurus dan tirus, susah dicubit.

"Aku akan kumpulkan uang untuk membawamu ke rumah sakit"

"Ujiko-sensei?"

"Tidak...sebaiknya aku tidak membawamu padanya"

Aku takut dia akan berbuat macam-macam.

Apalagi si kepala kemtang itu pasti akan menghasutnya.

Menghasutnya untuk mau memiliki salah satu quirknya.

Itu tandanya [y/n]...akan dijadikan boneka untuk dia kendalikan.

"Doushite?"

"Aku tidak mempercayainya..."

Tidak ada yang bisa kupercayai kecuali kau [y/n].

"[Y/n]...kau mau bertahan untukku?"

"Eh?"

"Aku akan selesaikan semua urusanku di liga penjahat itu, lalu kita...kau mau hidup berdua saja denganku?"

"Touya aku..."

"Aku tidak akan kembali ke keluargaku, aku tidak bisa membiarkanmu sendirian di dunia ini"

Aku tidak mau kehilanganmu lagi.

"Arigatou, Touya...tapi aku...tidak mau merepotkanmu"

"Kau tidak merepotkan bodoh"

"Tapi kenyataannya memang begitu"

Aku mencium bibir ranum merah mudanya -yang kini pucat- yang selalu membuatku tergoda.

Dan menariknya dalam pelukanku.

"Sekalipun itu benar aku tidak akan meninggalkanmu sendirian [y/n], karena--"

"Daisuki"

Sangking terkejutnya dia bilang begitu aku hampir melemparnya.

"Kau apa?"

"Yappari hazukashi--"

"Katakan lagi"

Dia tidak pernah bilang hal itu padaku.

Aku yang mengatakannya berulang kali sepat hamlir menyerah untuk tetap menyukainya.

"Kau pasti sudah tahu..."

"Tidak, aku tidak tahu jika kau tidak beritahu"

"Usotsuki..."

"Hah, jadi..."

Hei, tatap aku dan katakan sekali lagi [y/n].

"Sejak kecil aku...suka denganmu Touya"

UntouchableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang