🧤9🔥

1.1K 207 6
                                    

*Reader POV*

Tugas kemarin dan laporan yang diberikan Jin memuaskan.

Sekarang aku harus menyusup lagi ke akademi itu.

Masih kurang.

Tapi dia bilang ada satu anak yang mengenaliku.

"Jadi..."

"Seki desu! Aku cuma mau review sekolah dan kegiatan di sini! Jangan hiraukan aku!"

Kelas 1-A, kelas pahlawan yang anak-anaknya memikiki quirk yang bagus.

"Adanya dia bukan berarti kelas libur"

Wali kelasnya Eraser Head alias Aizawa Shouta, quirk: penghapusan quirk, efek samping: matanya akan kering jika terus mengaktifkan quirk.

He, kelas yang hebat.

Aku hanya pura-pura jadi bloger yang memang ada orangnya.

Kebetulan juga orang itu sedang tidak di Jepang.

Kebetulan juga bloger ini quirkless.

Kebetulan yang sangat mengunfungkan, aku dengar dia mau mereview sekolah ini.

Aku akan ambil informasi dari anak-anak ini.

Ah, tugas Toga-chan waktu itu aku suruh menemui bloger ini.

Aku tidak menyuruhnya untuk membunuhnya kok.

Tapi siapa yang tahu apa yang akan dilakukannya.

Sistem pembelajaran seperti di sekolahku dulu.

Hanya saja, di sinj ada kelas untuk menjadi seorang pro hero secara praktek.

Dari situ aku bisa analisa quirk mereka.

Dari setiap murid ini aku tidak mau dikenali satu anak.

"[Y/n]-san?"

Anak ini yang sangat aku kenali dari kecil.

Ah, salahku dia bisa mengenaliku.

Untung tidak ada anak lain ketika istirahat.

"[Y/n]-san deshou?"

"Ahaha, kau salah orang Shochan"

"Luka bakar di tanganmu dan pangilan itu mana mungkin aku luoa"

Aku benci anak jenius ini.

Aku meletakkan jari telunjukku di depan mulutnya. "Himitsu desu yo, Shochan"

Aku duku sering ke rumahnya, bermain dengan Touya anak tertua di keluarga Todoroki.

"Ke mana saja? Natsuo dan Fuyumi mencarimu selama ini"

"Natchan dan Fuyuchan ne...genki ka? Ibumu gimana?"

Anak ini kelihatan shock sekali melihatku.

Kalau aku ketahuan Tomura pasti dia akan marah.

"[Y/n]-san...ayo pulang, kau boleh tinggal dengan kami sejak..."

Ah, orangbtuaku meninggal dan keluarga Todoroki mau merawatku dulu.

Tapi aku sendiri menolak, ayahnya apalagi.

Endeavor, pro hero yang sangat err...menakutkan untukku.

"Gomen ne Shochan", aku mengelus surai putih-merahnya itu. "Aku sudah bisa hidup sendiri sekarang, waktu berlalu sekarang aku orang dewasa. Kau sudah besar ya"

"Kalau begitu...[y/n]-san mau...makan malam dengan kami? Ayah tidak ada kok"

"Ehm, lain kali ya"

UntouchableWhere stories live. Discover now