22

661 73 19
                                    

Tak ada yang tahu siapa Jungkook sebenarnya.

Dari mana asalnya, orang tua kandung, kerabat. Tidak ada, termasuk Jungkook sendiri. Tak berarti dia peduli pun tertarik untuk mengetahuinya. Semua itu bukan hal yang penting. Masa lalu dan dirinya, tak ada urusan untuk sampai tahu. Tak pernah sama sekali ia meratapi atau mengasihani jalan hidup serta takdirnya. Tapi yah, Jungkook memang tidak pernah memikirkan masa depan sekalipun. Hidupnya hanya hari ini. Besok dia bisa saja mati dan kemarin hanya menambah angka seberapa lama ia sudah hidup dan berhasil lepas dari maut. Terserah, semua sama.

Yang ia tahu pasti adalah, dia terlahir untuk menjadi mesin pembunuh dan namanya.

Jungkook, Jeon Jungkook.

Nama yang diberikan ibunya sebelum mati. Tetapi nama itu pun terasa asing, ia tidak pernah menggunakan atau menyebutnya. Jeon Jungkook adalah nama yang seperti bukan untuknya. Hanya sekedar tempelan canggung yang bisa dia lepas dan tak mengikat. Jungkook lebih suka mengenalkan menggunakan nama San, nama aliasnya dalam organisasi.

Dinding abu-abu, meja besi dingin menyengat yang kusam, ranjang tingkat dengan kasur yang tak lagi empuk, pintu di ujung lorong panjang, suara rintih bersamaan ceceran darah adalah salah satu ingatan paling awal Jungkook. Dia dan puluhan anak di sana saling berkelahi hidup dan mati untuk menjadi yang terkuat dan terbaik agar bisa keluar dari fasilitas bawah tanah. Ada apa di luar sana mungkin adalah pertanyaan Jungkook yang paling awal. Dan seperti yang seharusnya, Jungkook berhasil melewati pintu dari satu dinding yang menghalanginya dari dunia luar.

Dunianya yang sempit akhirnya meluas. Di hari Jungkook keluar, di hari itu pula ia mengetahui tujuan hidupnya.

Seseorang bernama Choi adalah pemilik fasilitas bawah tanah yang Jungkook tinggali dari sepanjang yang bisa ia ketahui. Semua orang memanggilnya "Ayah" dan setiap anak-anak yang keluar dari bawah akan diangkat menjadi anak. Semua pertarungan serta pelatihan itu adalah cara untuk menyiapkan pembunuh bayaran baru dalam organisasi Choi.

Sambil duduk di meja panjang kayu tanpa rasa dingin yang familiar dan makanan hangat mengepul dengan bau menggugah selera, Jungkook menatap lurus kepada mata tajam berkilat seorang paruh baya bersetelan perlente. Bibirnya menyungging senyum pendek ramah. Seseorang yang harus ia panggil "Ayah".

Untuk bisa keluar dari fasilitas bawah tanah, Jungkook harus membunuh lawan bertarungnya di ujian akhir yang diadakan setiap 1 tahun sekali. Anak lain yang beberapa tahun lebih tua darinya. Yang terpaksa bertarung karena itu tahun terakhirnya. Tapi Jungkook bahkan tak memikirkannya lagi ketika ia memakan makanan itu dengan lahap.

Mungkin sejak saat itu dia sudah menjadi monster. Ataukah ia monster itu sendiri, kalau memang iya Jungkook takkan ragu untuk percaya. Tangan kecil yang tadinya merengut nyawa, dingin tanpa bergeming, kini gemetar sembari menyendok makanan lezat yang tak pernah ia cicipi sebelumnya. Genangan air mata di pelupuk bukan karena rasa bersalah, tapi karena kebebasannya. Ah, bahkan jika dia harus membunuh lebih banyak untuk ini, Jungkook takkan berpikir dua kali.

Ia hampir tak mendengarkan ketika Choi berkata bahwa Jungkook sangat berbakat dan terlahir untuk ini. Jungkook adalah anak termuda yang berhasil keluar dalam beberapa tahun belakang dan ia akan terikat kontrak seumur hidup di bawah Choi sebagai pembunuh bayaran sebagai ganti kebebasannya. Dengan bekal dari fasilitas, Jungkook tidak akan terkalahkan. Dia adalah yang terpilih dan terkuat.

Jungkook bebas berbuat apapun. Hanya tiga aturan yang Choi berikan; Jangan menolak perintah, jangan membunuh sesam keluarga, jangan menjalin hubungan.

Di bawah Choi, Jungkook adalah anjing suruhan paling patuh dan paling ia banggakan. Jungkook akan dan sudah melakukan segalanya untuk Choi. Memeras, menghancurkan hidup seseorang, menculik, membunuh, memperkosa, merengut seseorang dari keluarganya. Semua. Ini adalah alasannya hidup. Meski harus tenggelam dalam kehampaan dan kesendirian. Dunia hitam ini adalah dunianya. Tempatnya. Awal dan segala sesuatu yang membentuk dirinya.

Sampai pada akhirnya ia bertemu dengan Yoongi.

Seseorang yang menyebut namanya seperti dialah pemberi nama itu. Yang setiap namanya keluar dari mulutnya bagai Jungkook tersucikan dari segala kotor jelaga. Membuat nama "San" adalah kejahatan dan label dari seluruh dosanya.

Dan sentuhan Yoongi membuat Jungkook jadi kembali teringat sinar matahari pertama yang ia lihat dan rasakan. Jungkook bertanya-tanya bagaimana ia bisa melupakan kehangatan yang baik, lembut, dan tanpa menyakiti di tangan serta wajahnya? Seberapa lama ia meyakini bahwa apa yang ia lakukan adalah benar dan wajar?

Pertemuan dengan Yoongi adalah titik penyadarannya di mana ia mulai membenci tugasnya, membeci setiap patah kata Choi dan sebutan "Ayah" yang menjijikkan. Persetan. Ia ingin berhenti. Tapi tak pernah ada yang benar-benar dapat pergi dari dunia hitamnya. Dan Jungkook sangat tahu bahwa hanya dengan berada di sisinya ia telah ikut menyeret Yoongi pada dunianya.

Pertemuan itu adalah takdir yang mengasihi sekaligus kejam. Karena seharusnya mereka tidak boleh bertemu. Seharusnya ia tetap seperti dulu karena segalanya akan menjadi lebih mudah. Jatuh cinta adalah dosa bagi para pendosa. Jungkook seharusnya jangan datang lagi dan lagi. Karena mata dan hidung Ayah akan mencapai ke mana pun anaknya pergi bukan? Seperti yang selalu Choi tegaskan.

Jungkook adalah manusia paling bodoh karena tidak menghiraukan peringatan pertama Ayah soal Yoongi. Seharusnya Jungkook bahkan jangan mengucapkan perpisahan. Biarkan saja ia lenyap dari kehidupan Yoongi.

Dalam doa, Jungkook memasrah.

Tuhan yang baik, yang pengasih, aku akan berdoa selayaknya penganut yang taat. Aku harap doaku sampai dan Kau dengar dari milyaran atau triliunan doa dari penyembah taatmu.

Silakan Engkau hukum aku dalam siksa tiada banding atas dosa yang takkan pernah bisa terhapus dari jiwa dan masa laluku. Tapi aku mohon, jangan pernah.. jangan sampai Min Yoongi yang menanggung meski hanya sedikit. Jangan rengut dia dari dunia di mana aku ada. Ambil saja mataku agar aku tak lagi bisa melihatnya, cabut tanganku agar aku tak lagi bisa menyentuhnya, atau ganti dengan nyawaku. Cerabut dari akar ragaku karena semua sama saja. Aku tidak berharga.

Asal jangan ambil Yoongi karena keegoisan dan kebodohanku yang berharap bisa bersamanya. Aamin.

Tetapi jika itu terjadi, jika Yoongi benar-benar sampai di tangan Choi, Jungkook akan mengambil bendera perang dan melawan Ayahnya. Seperti takdir seorang anak lelaki.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RUNNING OUT  ∕  kookgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang