8

524 69 0
                                    

Suatu hari sebelum seperti hari ini..

Hujan sepertinya sedang marah atau apa, tapi rintiknya terus terbawa angin dan menampar kaca jendela rumah Yoongi. Hawa dingin membuatnya malas ke mana-mana jadi dia hanya diam di sofa, menonton serial layanan streaming terkenal sambil mendengarkan suara hujan yang keras.

Sejam kemudian hujan baru menipis. Yoongi meregangkan tubuh dan beranjak dari sofa menuju dapur untuk membuat secangkir teh hangat. Sambil menunggu airnya panas, dia berjalan menuju kaca depan dengan maksud melihat hujan yang reda.

Alangkah terkejutnya ketika ia melihat ada sosok yang berjongkok di dekat pintunya, sedang merokok. Dalam sekilas Yoongi bisa melihat baju dan seluruh tubuhnya yang basah.

Buru-buru dia membuka pintu. Pria di depan pintunya sedikit terkejut, wajahnya terangkat dan mata mereka bertemu. Dari ujung-ujung rambutnya air menetes, dia bahkan tidak berusaha untuk melindungi dirinya sama sekali dari hujan.

"Kau...?"

Pria itu adalah orang pernah Yoongi ajak minum. Dia tidak bisa mengingat namanya, atau mungkin mereka tidak saling mengenalkan diri? Entahlah. Melihat Yoongi yang kebingungan, pria itu pun berdiri dan mengusap titik-titik air di wajah dan jaket kulit hitamnya.

"Jungkook. Namaku Jungkook."

Terima kasih, tapi aku lebih ingin tahu kenapa kau berjongkok di depan rumahku dan kebasahan, benak Yoongi.

"Ah ini? Tak masalah, rokok membuatku hangat." Katanya enteng, membaca apa yang ada pikiran Yoongi dari ekspresinya. Senyum tipis terpampang ringan di wajahnya. Seolah kehujan di depan rumahnya bukan perihal aneh.

Yoongi tidak tahu harus berkata apa, ia terlalu kebingungan harus mulai dari mana ia bertanya. Tapi dia memutuskan untuk membuka pintu lebar, masih dengan alis mengerut.

"Masuk. Di sebelah kiri ada kamar mandi, putar keran ke arah kiri supaya mengeluarkan air hangat. Akan kupinjamkan baju."

Pertanyaan apapun bisa menunggu, yang lebih penting pria berbadan besar itu akan sakit nanti kalau bajunya dibiarkan basah. Jungkook terdiam menatap Yoongi, meneliti raut wajah Yoongi sebelum melepas sepatunya dan melangkah masuk. Tapi tangan Yoongi menahannya.

"Di rumahku tidak boleh ada rokok. Aku benci baunya."

Pria itu menatap mata Yoongi lagi, mengedikkan bahu dan membuang rokok itu sembarangan ke arah halaman.

"Dan tidak ada buang sampah sembarangan."

"Oke."

Setelah dia masuk ke kamar mandi, sambil mendengar suara kucuran air dari dalamnyai Yoongi mendesah berat dan berpikir kalau ia jadi harus membuat dua teh hangat sekarang.

Apa yang pria itu lakukan di rumahnya dan bagaimana dia bisa tahu alamat rumahnya? Kenapa dia hanya diam di luar? Berapa lama dia menunggu?

Semua pertanyaan itu berputar-putar di kepala Yoongi, menunggu jawaban. Setidaknya agar dia bisa memutuskan apakah pria besar itu bermaksud macam-macam atau bagaimana.

Tapi di momen Jungkook keluar kamar mandi dan duduk bersebrangan di meja dapurnya sembari menyisip teh hangat, yang ada di pikiran Yoongi hanya satu.

Ah, dia tipe orang yang menatap langsung ke manik mata tanpa gentar.

Selanjutnya Yoongi memutuskan untuk tidak bertanya dan membiarkan Jungkook datang sewaktu-waktu, dan selama itu pula Yoongi tidak pernah menanyakan siapa dan asal Jungkook. Kalaupun memang Jungkook berniat untuk mencelakainya, dia bisa melalukannya tanpa harus membiarkan dirinya terguyur hujan di depan rumah Yoongi seperti anjing buangan.

Mungkin, karena pertanyaan yang tidak ditanyakan itulah yang membuat mereka jadi seperti sekarang.

RUNNING OUT  ∕  kookgaМесто, где живут истории. Откройте их для себя