4

603 77 1
                                    

Yoongi berkata pada Jungkook sambil menguyah rotinya, "Kau sudah tahu kalau hari ini aku tidak ada jadwal mengajar, jadi datang sepagi ini kan?"

Pria yang ditanya sedang duduk di sofa dengan santai sambil tertawa melihat tayangan kartun pagi di televisi. Setahu dan seingat Yoongi, dia tidak pernah sekalipun memberitahu Jungkook soal jadwal mengajarnya, jadi dia ingin tahu dari mana Jungkook mengetahuinya.

"Jungkook." Panggil Yoongi lagi. Jungkook bahkan tidak menengok sama sekali.

Bagus, dia sekarang sedang diabaikan.

Dan pada sahutan ketiga lelaki itu baru menengok, meskipun matanya masih fokus, terpaku pada layar televisi dan di bibirnya masih terbekas jejak tawa.

"Ah, apa? maaf hyung kartunnya lucu sekali." Katanya beralasan.

Yoongi menyisir rambut. Sepertinya dia tidak akan berhasil memutus konsentrasi Jungkook dan mengajaknya mengobrol, jadi ia memutuskan untuk ikut duduk di sebelah Jungkook. Ia menyodorkan piring berisi potongan roti cokelat untuk sarapannya, tapi Jungkook terlalu terpusat pada tayangan di depan, jadi Yoongi menyuapinya. Tanpa mengalihkan pandangannya Jungkook membuka mulut dan memakan roti cokelat itu.

"Kau datang sepagi ini karena tahu aku tidak mengajar bukan." Yoongi mengulangi perkataannya lagi. 

"Oh itu, iya iya. Sebentar hyung, sekarang adegannya sedang seru." Pria itu menjawab Yoongi sekenanya dan dengan antusias merapikan duduk, badannya sekarang condong ke depan dan matanya hampir tidak berkedip.

Melihat kelakuan Jungkook yang sangat semangat itu membuat Yoongi bertanya-tanya, memang seseru itu kartun di pagi hari? Sepertinya terakhir kali Yoongi menonton kartun pagi itu adalah hampir sekitar satu dekade lalu, terlebih kartun pagi di televisi dikhususkan untuk anak-anak, jadi saat ini Jungkook yang notabennya adalah orang dewasa matang sedang sangat serius menonton tayangan anak-anak.

Lihatlah, kakinya bahkan sekarang menjinjit antusias.

Yoongi mengusap wajah, merasa percuma untuk menginterogasi Jungkook sekarang, jadi ia hanya bisa menghela nafas dan ikut menonton sambil menghabiskan rotinya.

Niatnya hari ini, yaitu hari liburnya, adalah bersantai tanpa ada yang mengganggu sambil menonton serial televisi kabel yang sudah ia tunggu tamat dari dulu. Seharian menikmati hari libur sendirian.

Sendirian.

Ya, hanya dirinya dan serial televisi.

Tapi sekarang, di sini lah Jungkook berada, menguasai televisinya hanya untuk menonton kartun pagi yang biasa ditonton oleh anak sekolah dasar. Yoongi menopang dagu sambil memaksa diri ikut menonton di sebelah Jungkook. Ya sudahlah, dia bisa menonton seriesnya malam hari atau di hari libur lainnya.

Tapi tanpa sadar dia juga jadi ikut melihatnya tayangan kartun itu dengan serius, terbawa dengan alur ceritanya ringan dan tertawa oleh selipan adegan lucu di dalamnya. Jungkook juga sama tertawa.

Lewat sudut matanya dia memperhatikan gerak-gerik Yoongi. Hatinya terasa penuh. Pria kecilnya itu adalah dunia kecil asingnya yang menyenangkan, bersama Yoongi tidak pernah membosankan. Melihat senyumnya (yang tidak datang dengan sering) saja bisa membuat bayangan-bayangan buruk di otaknya seolah-olah tak pernah ada. Hanya saat ia bersama Yoongi dirinya merasa damai. Seolah dia tidak butuh apapun lagi.

Dan memang benar, dia tidak butuh apapun selain Yoongi. Tidak ada apapun di hidupnya yang sepadan dengan keberadaan orang itu.

"Hei, jangan menatap terlalu lama." Ujar Yoongi saat iklan sedang menjeda tayangan kartun. Meskipun Yoongi tidak melihatnya langsung, tapi siapapun bisa merasa ditatap kalau sampai selama ini.

"Kau benar, jangan menatap terlalu lama."

"Kata seseorang yang masih menatap orang lain tanpa jeda." Yoongi mengalihkan wajah, membalas tatapan Jungkook. Sekarang mata mereka saling bertemu, tapi Jungkook tidak berpaling sama sekali. Malah jadi asyik menikmati momen saling tatap mereka.

"Apa yang menarik dari diriku sehingga sebanding dengan tatapan tanpa henti ini hm?" Yoongi juga tidak berpaling. Malah menjadikannya semacam kompetisi.

"..."

"Apa?"

Jungkook mengedikkan bahu, "hanya.. kau itu kecil sekali. Seseorang bahkan bisa memasukkanmu ke dalam karung dan mengangkatnya tanpa beban. Dan kalau tubuhmu dibuang ke sungai, polisi tidak akan menemukannya sampai tubuhmu habis dimakan ikan." 

"hey! Dari semua hal, kenapa kau malah membayangkan sesuatu yang menyeramkan. Aku tidak akan semudah itu dimasukkan ke dalam karung kau tahu." Yoongi mendengus dan memutar matanya, dia meraih ponsel dari atas meja tidak mau melanjutkan omong kosong ini. Tapi Jungkook tidak tertawa.

Jeda sedikit dan dia bisa mendengar Jungkook bergumam.

"Apa yang kau katakan? Aku tidak dengar, sedang fokus pada ponselku."

"Lupakan. Ah, aku lapar." Balas Jungkook sambil meregangkan tubuhnya.

Yoongi menoleh padanya sebentar dan beralih lagi melanjutkan menggulir di ponselnya. 

"Aku tahu persis cepat atau lambat kau akan berkata begitu, makanya aku membuat roti cokelat lebih banyak. Ambil saja di dapur."

Jungkook menaikkan alisnya sebelah, ujung bibirnya terangkat sedikit. Sebelum benar beranjak Jungkook sempat-sempatnya mencuri kecupan di atas kepala Yoongi, mengacaknya sedikit lalu pergi ke dapur.

Yoongi ingin protes, kenapa pria itu selalu melupakan faktas kalau Yoongi jauh lebih tua darinya. Tapi tentu saja Jungkook tidak akan mendengarkan, jadi dia akan membiarkannya saja seperti yang selalu ia lakukan.

Kemudia dari belakang Yoongi bisa merasakan tangan Jungkook meraih dan memeluknya sambil mengunyah roti cokelat. Dari jarak sedekat ini wangi shampo yang selalu Yoongi pakai tercium jelas oleh Jungkook.

"Hey, menyingkir. Remahnya nanti jatuh ke pundakku."

Jungkook tidak mengubris, masih tetap memeluk Yoongi. Ikut memperhatikan Yoongi menggulir ponselnya. Saling mengomentari soal konten di sosial media yang mereka lihat.

"Ah, kartunnya mulai lagi." Ucap Jungkook.

Yoongi menaruh ponselnya dan mengalihkan pandangan pada televisi.

Rambut Yoongi yang hitam pekat mengkilat, menggoda Jungkook untuk menyisir di sana, dan dia melakukannya. Sekali lagi dia mencium puncak kepala Yoongi, kali ini dengan sedikit lama. sebelum loncat dari belakang sofa dan duduk di samping Yoongi.

Tangan Jungkook menyelip ke belakang leher Yoongi untuk memeluk bahunya, menariknya ke arah Jungkook. Dia juga mengarahkan kepala Yoongi untuk bersandar di bahunya jadi dia bisa menaruh kepala diatasnya.

"Kau selalu bertingkah seenaknya."

"Tapi begini lebih nyaman kan?"

Yoongi tidak membalas. Ah, hati Jungkook rasanya penuh sekali. Dia ingin perasaan nyaman ini berlangsung selamanya.

... Aku tidak akan membiarkan sesuatu yang buruk menimpamu. Karena kalau begitu, aku akan selalu menyalahkan diriku.

RUNNING OUT  ∕  kookgaWhere stories live. Discover now