14 - Jungkook P.O.V

521 74 6
                                    

Aku dan orang ini tidak saling mengenal.

Seberapa sering pun kami bertemu, kami sama-sama tahu nihil soal latar belakang belakang masing-masing. Tidak ada satupun yang bertanya dan tidak ada yang bicara. Punggung yang aku lihat ini praktis milik orang asing.

Kau tahu, rasanya sangat menyenangkan ketika seseorang tidak mengetahui siapa aku sebenarnya. Lagipula tak ada hal baik yang akan terjadi jika dia mengetahuinya.

Dan dia tidak perlu tahu siapa aku untuk menerimaku. Dia tidak pernah memberiku pertanyaan, hanya tangan yang membawaku masuk, mengajakku singgah, memberi jeda dari duniaku yang hitam dan hitam.

Lantas, meskipun ini masih di dunia yang sama, di tanah yang persis dengan yang selalu kupijak, kau menunjukkan padaku kalau ada begitu banyak warna di dunia ini yang tidak kuketahui. Momen ketika aku mengambil tanganmu adalah saat di mana mataku terbuka lebar lebih dari sebelumnya.

Adiksi terhadap rasa yang kau biarkan aku cicip, membuatku serakah untuk terus merasakannya. Tanganmu begitu hangat dan nyaman menjadikanku selalu datang padamu. Aku ingin terus berada di sini, di sisi ini. Di sebuah tempat di mana semua berjalan begitu lambat.

Karena itulah Min Yoongi, aku memanfaatkanmu.

Datangku adalah pelarian dari dosa-dosa yang telah dan akan kuperbuat. Setiap ketukanku di pintu rumahmu adalah cara untuk membasuh noda pekat dari kedua tanganku. Aku berusaha mengais kedamaian darimu meskipun apa yang kuciptakan selama ini adalah teror dan horor.

Dari semua orang, akulah yang paling tahu kalau aku tidak pantas menerima semua ini. Min Yoongi, itu membuatku putus asa. Aku marah pada diriku yang menjadi pecandu, marah pada diriku yang sengaja menenggelamkan diri terus-menerus dalam kehangatan yang kau berikan.

Dan aku marah kepadamu karena semua ini ulahmu. Kenapa kau membawaku masuk? Kenapa juga kau memberi tahu cara lain untuk merasakan dunia ini? Dan kenapa aku tidak bisa berhenti datang padamu?

Bencilah aku karena telah memanfaatkan kebaikanmu, mintalah imbalan padaku. Katakan kalau kau tidak memberiku kebaikan secara cuma-cuma. Tunjukkan padaku kalau kau sama seperti yang lain, yang akan menuntutku untuk membalas budi kepadamu.

Dan kalau kau memintaku mati, maka matilah yang akan kuberikan. Aku berjanji tidak akan mempertanyakannya, karena kau sudah memberi tahu kalau dunia ini ternyata bukan tempat yang begitu buruk untuk ditinggali.

Tapi kenapa kau tidak pernah melakukannya?

Aku jadi berang. Dan aku melampiaskan semua gusar yang ada dalam diriku kepadamu. Aku akan membuatmu membenciku supaya aku bisa membenci diriku lebih lagi. Memaksamu menyeretku ke luar dan membanting pintu di depan wajahku, kemudian membuatmu berkata kalau kau tidak akan membiarkanku masuk lagi.

Dengan begitu aku akan merasa pantas. Karena aku tidak bisa menghentikan diriku untuk terus datang, maka dari itu aku yang akan membuatmu berhenti berbuat baik.

Hanya saja Min Yoongi tidak pernah melakukannya.

Bahkan ketika aku memaksa mencium bibirnya, mendorong dan naik ke atas tubuhnya, berusaha menanggalkan bajunya. Bermaksud membuatnya jijik denganku. Kau masih terus menerimaku.

Semakin aku membuatnya menjauh semakin aku membenci diriku. Tapi di saat yang sama aku juga jadi lebih menginginkannya lagi. Menanggapi perbuatanku, Min Yoongi hanya mendorongku dan menunjukkan wajah jengkelnya atau protes betapa aku tidak punya batasan fisik, tapi dia tidak menyuruhku pergi. Kau masih menyambutku dengan kedua tangan yang lebar. Terus menyelamatkanku.

Dan di setiap saat aku menghabiskan waktu bersamanya, aku bisa merasakan ada yang tumbuh, semakin besar dan kian membesar, sesuatu yang baru, yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Yang hanya datang ketika aku menatap kedua bola matanya. Begitu menghipnotis hingga mampu menjerat napasku, menimbulkan rasa sesak di jantung yang menjalar menuju kerongkonganku. Mencekat.

Tapi tak satupun dari itu yang menyakitiku. Apa ini rasa bungah yang kurasakan? Dan ketika aku bersamamu mengapa aku terus merindukanmu. Min Yoongi, kenapa kau tidak pernah terasa cukup untukku, menjadikanku selalu ingin meminta lebih padamu. Semua jadi terasa tak tertahankan.

Maka aku akan mengakuinya saat ini, aku jatuh cinta padamu Min Yoongi. Dan di setiap pengakuan itu dari malam pertama aku membisikkannya diam-diam sebelum tertidur, terasa seperti aku telah berdosa padamu.

Dan selayaknya dosa, mereka selalu membuatmu ingin melakukannya lagi, lebih dan lebih dari sebelumnya. Maafkan aku karena tidak bisa menamatkannya.

Lalu apa yang tumbuh bersama dengan perasaanku padamu menumbuhkan sesuatu yang baru juga untukku, yaitu rasa takut.

Aku takut tidak bisa melihatmu lagi, takut tidak bisa mendengar suaramu, takut kalau kau akan menghilang dari dunia ini. Semakin aku terlibat dalam hidupmu semakin aku melibatkanmu lebih dalam ke kehidupanku, membahayakanmu.

Min Yoongi, jatuh cinta bukan pilihan yang tersedia untukku.

Karena itu aku akan menghilang sebelum semuanya terjadi. Aku akan pergi, aku tidak akan datang lagi. Tapi biarkan aku menikmati waktu yang sedikit ini bersamamu. Aku bahkan akan bersimpuh pada tuhan yang tidak kupercayai untuk memberiku waktu lebih. Sebentar saja. Hanya sebentar lagi.

Saat di mana aku tak bisa memelukmu memang menakutkan, tapi tidak ada yang lebih menakutkan dari hidup di dunia tanpa dirimu di dalamnya.

Min Yoongi.

Min Yoongi,

Aku mencintaimu.

"Jungkook?"

Aku mendapati tanganku menggenggam tangannya erat. Di depanku Min Yoongi tampak kebingungan tapi dia tidak memikirkannya lebih jauh. Seperti biasa.

"Kau mau makan? Aku punya sisa pizza semalam kalau kau mau." Tawarnya.

Wajahnya yang tanpa rasa khawatir, mata yang sama dengan pertama kali dia menemukanku. Tiak akan kubiarkan siapapun menyakitimu. Bahkan jika orang itu adalah diriku. Tangannya yang kecil kuayunkan dengan malas dan Yoongi membiarkannya.

Aku menjawab, "Apa saja hyung." Sambil tersenyum.

Apa saja asal jangan hyung hilang dari dunia ini.

RUNNING OUT  ∕  kookgaWhere stories live. Discover now