3

662 76 5
                                    

Ketika Jungkook datang dengan wajah lebam, sudut mulut yang sobek dan buku-buku jari lecet, dia akan menjadi dua hal;

Agresif dan impulsif.

Pada jam 01.30 malam, pria besar itu datang memencet bel pintu rumahnya. Dia bisa dengan leluasa masuk karena pagar depan selalu tidak dikunci ketika Yoongi di rumah.

Sedangkan Yoongi baru saja selesai mandi, rambutnya masih menitikkan air, uap panas tipis naik dari sekitar tubuhnya. Dia baru saja menyelesaikan thesisnya dan seharian ini dia tidak sempat mandi, jadi Yoongi memutuskan untuk mandi setelah dia selesai.

Ia baru sempat memakai kaos over size dan celana dalam ketika bel rumahnya dipencet tanpa berhenti. Tanpa memakai celana tambahan ia berjalan ke depan pintu, niatnya ingin mengusir orang di depan rumahnya dengan penampilan itu agar tersampaikan secara nonverbal kalau malam sudah terlalu larut untuk berkunjung.

Terlebih orang itu memencet bel dengan sangat berisik, menyebalkan sekali. Siapa pun yang ada di sana, dia sudah kelewat batas. Yoongi tidak tuli jadi seharusnya sekali dua kali sudah cukup.

Dia sudah bersiap untuk misuh-misuh kepada tamu itu, tapi ketika pintu dibuka Yoongi justru mendapati sosok Jungkook di baliknya. Alisnya langsung berkerut. Mau apa dia datang semalam ini?

Jungkook memang sering sekali datang malam-malam, tapi tidak pernah semalam ini.

Ia menilai sekilas penampilan Jungkook dan langsung merasa dalam bahaya.

... oh tidak.

Jungkook mengangkat kepalanya perlahan, matanya menatap mata Yoongi sedikit lama. Sepertinya Yoongi tidak berniat untuk protes atau apapun jadi Jungkook langsung masuk ke dalam, mendorong dada Yoongi yang menghalangi pintu sebelum membanting pintu di belakangnya.

Belum juga Yoongi sempat berkata apa-apa, pria besar itu mendekap Yoongi dengan tarikan yang cukup keras, sampai ketika badan mereka bersentuhan menimbulkan suara gedebuk pelan.

"Pakaian yang bagus Min-ssi. Ah, rambutmu basah." Katanya ketika merasakan dingin di dadanya.

"Aku baru selesai mandi. Dan hentikan kebiasaan membanting pintu rumahku. Ru. mah. ku. Mengerti?"

Jungkook hanya terkekeh seolah apa yang dikatakan Yoongi itu lucu dan berjalan dengan Yoongi yang masih ada di dekapannya, membawanya ke ruang tengah.

Bayangkan saja bagaimana tubuh besar Jungkook meraup badan Yoongi dan dengan kekuatan pria itu Yoongi hanya bisa pasrah, patah-patah terseret mundur mengikuti langkah Jungkook. Kalau saja ia tidak sedang memeluknya erat sudah pasti Yoongi akan jatuh terjengkang karena kakinya sempat tersandung undakan di belakang pintu tadi.

"Jungkook!"

Apa-apaan sikapnya ini. Dada Yoongi bergemuruh saking kesalnya, tapi malam ini, dia akan mengikuti alur yang Jungkook mau sampai ia bisa menemukan celah untuk memarahinya. Yoongi tidak bisa terbiasa dengan Jungkook yang seperti ini.

Pria itu memang tak pernah mendengarkan perkataannya, tapi ketika dia datang dengan mood begini ia akan selalu menjadi seribu kali lebih pemaksa.

Setelah mereka sampai ke ruang tengah, Jungkook melepaskan sedikit pelukan mereka untuk menunduk menatap wajah Yoongi. Karena tinggi badan mereka yang berbeda, cukup untuk membuat Yoongi agak menengadah.

Jungkook memicingkan mata melihat tatapan Yoongi yang menyimpan protes lalu menempelkan dahi mereka. Yoongi merasakan gelitik samar dari rambut mereka yang bergesekan.

"Cium boleh?"

"Tidak. Kau bau."

Raut wajah pria besar itu pura-pura kecewa.

RUNNING OUT  ∕  kookgaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt