5

568 74 1
                                    

Luka baru muncul di wajah Jungkook, goresan agak dalam itu berada di dahi atasnya, hampir tertutup oleh poni rambut.

Yoongi tidak akan menyadarinya kalau tidak melihat jejak lebam yang tersembul lewat sela-sela rambut di sekitaran luka itu beserta wajah yang tertunduk dan aura yang dingin.

Ketika tangan Yoongi mengarah pada wajahnya, Jungkook mencoba untuk menahannya tetapi Yoongi tetap bersikeras menyibak rambutnya dan menemukan luka seperti hantaman benda tumpul yang cukup buruk di sana. Bukan sesuatu yang besar seperti pemukul bisbol atau balok kayu, melainkan seperti...

...Asbak kaca?

Pendarahan luka itu sudah berhenti meskipun masih terlihat basah, Yoongi menebak kalau sebelumnya Jungkook membasuh luka itu sampai darahnya tidak lagi mengalir karena rambut Jungkook terlihat lembab dan berantakan. Yoongi mengernyit, merasa agak ngeri membayangkan rasa sakitnya. Ini pertama kalinya Yoongi melihat luka yang cukup parah dan masih baru pada Jungkook. Apa yang sebenarnya terjadi?

Jari Yoongi bergerak untuk menyentuh lebam di sekitar luka itu dan Jungkook langsung memalingkan wajah, menghalau Yoongi untuk melakukannya. Daripada karena rasa takut luka itu akan terasa sakit, Jungkook menjauh darinya semata-mata karena ia tidak ingin dikasihani. Jungkook tidak datang untuk itu.

Yoongi menarik kembali tangannya, berkacak pinggang lantas menarik Jungkook masuk.

"Aku akan mengobati luka itu." Katanya sambil menyuruh Jungkook duduk di sofa selagi dia mengambil kotak obat dan perban.

Di sana mulut Jungkook tetap terkunci, ia tidak berbicara apapun sebelum atau bahkan setelah Yoongi selesai memperban lukanya. Tentu saja Yoongi ingin tahu alasan di balik luka itu, tapi melihat Jungkook sama sekali tidak berniat untuk menceritakannya Yoongi urung.

Kalau memang Jungkook ingin bercerita maka dia akan mendengarkan dan kalau tidak Yoongi akan membiarkannya, ada banyak hal yang tidak seharusnya ia ikut campur, Yoongi mengerti.

Hanya saja kedua mata Jungkook terus terpaku pada mata Yoongi, membuat pria itu merasa tidak nyaman karena Yoongi tidak tahu apa yang harus dia katakan di situasi seperti ini. Yoongi juga tidak dapat menebak apa yang Jungkook pikirkan maupun apa maksud dari tatapan dalam itu.

Pada akhirnya Yoongi memberanikan diri untuk membalas menatapnya, mencari tahu niat Jungkook. Mata mereka saling terpaku dalam beberapa detik yang terasa panjang. Entah pesan apa yang mau disampaikan lewat tatapan dan kedipan-kedipan mata yang bagai melambat.

Ini bukan Jungkook yang biasanya. Meskipun dengan tubuh yang terluka biasanya Jungkook akan berbicara entah apa, mencairkan suasana, membuat Yoongi tidak perlu merasa terlalu khawatir.

"Pada akhirnya aku selalu datang ke tempat ini." Bisik Jungkook perlahan, akhirnya dia membuka mulut.

"..."

"Untuk apa aku mengejar waktu yang sedikit ini... hanya untuk bertemu denganmu?" Lanjutnya, seolah berbicara pada diri sendiri. Kilatan sendu Yoongi tangkap dari manik mata hitam Jungkook, membuatnya ingin mendekap tubuh besar di hadapannya, menepuk-nepuk punggungnya dan berkata semua akan baik-baik saja dan berlalu.

Tapi Yoongi tidak terbiasa melihat Jungkook yang terlihat rapuh begini, dia takut sentuhan itu.. akan merubah apa yang mereka punya saat ini. Melewati batas, maka mereka tidak akan pernah kembali ke tempat mereka berada sekarang.

Yoongi tidak merespon dengan apapun karena ia tahu pertanyaan itu bukan untuknya. 

"Hyung," rasanya Yoongi bisa mendengar suara Jungkook yang sedikit pecah.

"Ya?"

"Boleh aku tinggal sedikit lebih lama?"

Yoongi mengangguk.

Apapun itu, sesuatu yang terjadi sebelum Jungkook datang pasti membuatnya jadi seperti ini. Menjadikannya bersikap tidak aneh. Tapi Jungkook malah mendengus lucu, menertawakan entah apa. Tapi itu tidak menghilangkan kesedihan yang tadi ada di matanya. Sendu itu masih ada, menggelayut samar di sana.

"Tapi bukan aku atau hyung yang bisa menentukannya bukan?"

Jungkook mengalihkan pandangan, berusaha menutupi kerutan dahi dan mata sakit hatinya. Hal tersebut membuat Yoongi meneguk ludah pelan.

Yoongi akan mendengarkan racauan apapun dari Jungkook, dia tidak keberatan dengan tingkahnya yang sangat menggangu atau mengesalkan. Tapi jangan menangis... 

Jungkook, jangan sampai kau menangis, karena kalau begitu aku...

... Aku? Memangnya kenapa denganku?

"Luka itu, pasti sakit sekali ya? Kau bahkan sempat membilasnya dengan air." Ujar Yoongi.

Bukan. Bukan itu yang ingin Yoongi bilang, tapi hal lain. Hanya saja Yoongi sendiri tidak tahu apa, dia tidak bisa menemukan kata-kata selain itu untuk memutus ekspresi Jungkook yang penuh lara.

Jungkook tidak menjawab, tapi tangannya bergerak. Jemarinya meraih pada pipi Yoongi. Meletakkan telapaknya di sana, menyerap sedikit kehangatan.

Dan Yoongi bisa merasakan tangannya yang begitu dingin. Kepala Yoongi bergerak sedikit, agak terkejut dengan perbedaan suhu mereka.

"Boleh aku menciummu?" Suara Jungkook begitu pelan, hingga hampir berbisik atau nyaris seperti seseorang yang sedang menahan tangisan mereka.

Hening. Tidak ada iya atau tidak.

Tapi tatapan Yoongi mengatakan semua. Lantas Jungkook lalu mendekat sampai bibir mereka bertemu, sebelum meraup kedua bibir Yoongi.

Yang Yoongi rasakan dari ciuman itu adalah kesedihan, putus asa dan ketakutan. Pipinya terasa basah. Tetapi bukan karena dia menangis, melainkan Jungkook. Yoongi memisahkan tautan bibir mereka, hanya untuk memastikan kalau dia tidak salah. 

Kepala Jungkook tertunduk, tetapi itu tidak bisa menghalangi Yoongi untuk melihat linangan air mata di sudut matanya. Tenggorokan Yoongi jadi terasa mencekat.

"...Hyung, aku harus kembali." ucap Jungkook sembari mengeja kata-katanya.

Ia mengelus pipi Yoongi beberapa kali dengan jempol, tersenyum kecil sebelum beranjak dan mengambil jas hitamnya lalu membuka pintu kemudian menutupnya perlahan. Meninggalkan Yoongi yang tidak bereaksi sama sekali, benaknya kosong dan hatinya entah kenapa bisa merasakan rasa sakit pria besar itu. 

Yoongi bukannya tidak pernah menyadari bekas luka di seluruh tubuh Jungkook.

Yang terlukiskan pada lengan, punggung, telapak tangannya, kedua pipi, kaki serta kesepuluh jemarinya dan dalam setiap kedatangannya luka itu selalu bertambah satu dua.

Yoongi melihatnya.

...Kembali bukanlah kata yang menyenangkan ketika keluar dari mulut Jungkook.

RUNNING OUT  ∕  kookgaWhere stories live. Discover now