2

712 84 3
                                    

"Jungkook."

"Apa."

"Jungkook."

"Hm." Ia berdeham.

"... Jungkook."

Pria yang dipanggil itu menaruh buku yang ada di tangannya sambil mendengus kesal dan menatap Yoongi tidak percaya. Jengkel.

"Ada apa Min-ssi?"

"Sopan santun." Yoongi berkata mengingatkan dari dapur.

Jungkook menaikkan bahu,"tapi aku menambahkan akhiran -ssi."

"Tidak ada bedanya." Tukas Yoongi tak mau kalah.

Jungkook memutar mata. Moodnya membaca buku tuntas hilang. Dia beranjak dari sofa lalu menaruh buku tersebut ke dalam rak dan berjalan ke sisi Yoongi yang sedang memasak, menyelipkan tangan di kedua pinggang Yoongi untuk memeluknya dari belakang dengan malas. Dagunya ia taruh dengan nyaman di bahu kanan pria mungil itu.

"Jungkook jangan macam-macam."

"Apa nya? Aku ke sini kan karena hyung. Moodku membaca buku sudah pergi."

Yoongi berjengit, "kapan aku menyuruhku datang ke mari?"

"Barusan?" katanya, "hyung terus-menerus memanggil namaku. Aku mengerti kalau hyung rindu padaku tapi tidak mau mengatakannya langsung. Aku sangat mengerti." Jungkook mengangguk-anggukkan kepala, seolah memberi pemakluman.

Kata-kata tersebut membuat Yoongi memutar bola matanya. Apa ada di dunia ini yang lebih tidak tahu malu dibanding Jungkook? Bagaimana dia bisa mengatakan hal yang membuat bulu kuduk merinding dengan mudahnya tanpa malu.

"Hanya ingin memastikan kalau kau tidak mengiler di bukuku."

Jungkook mengedip-ngedipkan mata, "aku? mengiler?"

Yoongi mengangguk, "kau mengiler kalau tidur."

"Pembohong. Tidak pernah sekalipun aku meneteskan air liur ketika tidur." Sahut pria besar itu sambil bersungut.

"Terserah saja kalau kau tidak percaya."

"Min Yoongi tukang bohong."

"Apa kau bilang?!"

Jungkook tertawa dan malah mengetatkan pelukannya, dia bahkan mencuri kecupan di leher Yoongi. Kalau saja Yoongi tidak sedang memegang panci panas dan sutil, sudah daritadi menjitak kepala Jungkook.

"Hanya kau di umur sekarang yang akan bereaksi ketika disebut pembohong oleh orang yang lebih muda."

Yoongi hampir-hampir menyiram Jungkook dengan panci berisi nasi goreng. Padahal awalnya dia yang ingin menggangu Jungkook dengan memanggil-manggilnya terus, mencari balas dendam sesekali, tapi sekarang malah dia yang terkena batunya. Jungkook jadi menggelayut di bahunya, tidak mau lepas padahal Yoongi sedang sibuk memasak.

Nasi goreng yang Yoongi buat sangat harum, menaikkan selera makan Jungkook. Perutnya jadi berbunyi. Dia memang belum makan hari ini.

"Lama sekali." Kata Jungkook. Yoongi tidak menggubrisnya.

"Hyung.. aku sudah sangat lapar. Perutku sudah berbunyi." Ucap Jungkook dengan nada manja. Dia semakin mengusel ke bahu Yoongi, menggesekkan rambutnya ke cekungan leher Yoongi, membuatnya kegelian. Yoongi mengedikkan bahu, menyuruh Jungkook menyingkir dan tentu saja Jungkook tidak melakukannya.

Pria besar itu malah terus mengoceh di samping telinga Yoongi, tidak mau diam. Yoongi tidak mau menyahuti bocah besar itu.

"Hei, tanganmu!"

Dia baru bereaksi ketika Jungkook menyelipkan tangan ke dalam kaosnya, mengelus-ngelus perut Yoongi. Tangan nakalnya mulai naik ke atas, tapi Yoongi menahannya dengan tangan yang bebas dan menghempaskannya.

"Kau bisa diam tidak?!"

"Kubilang aku lapar. Jangan mengabaikanku hyung."

"Dan aku sedang menyiapkannya. Berhenti main-main dan duduk manis, bagaimana kalau masakanku malah hangus?"

"Iya manis." Kata Jungkook langsung membalas.

Bulu kuduk Yoongi berdiri, gombalan Jungkook membuatnya ingin meringis. Pria itu hanya tersenyum tanpa malu.

"Mau kulempar panci panas ini ke mukamu hah?"

Jungkook terkekeh, puas melihat respon Yoongi seperti yang dia inginkan. Kemudian dia melepaskan pelukannya dari Yoongi dan mengambil dua piring dan dua gelas dari rak di atas kepala Yoongi lalu menyusunnya di atas meja makan. Jungkook duduk dengan tangan bergelantung di punggung kursi dan yang satunya menompang dagu, memperhatikan gerak-gerik Yoongi.

"Hyung, cepatlah."

"Bisa sabar tidak? Sebentar lagi juga selesai."

Tidak ada habisnya memang meladeni kelakuan Jungkook karena anak itu memang selalu sengaja ingin membuatnya jengkel. Umur berapa memangnya dia itu? Yoongi menggeleng-gelengkan kepala. Setelah nasi gorengnya selesai, Yoongi mematikan kompor, dia menaruh nasi goreng ke piring mereka berdua yang sudah disiapkan oleh Jungkook dan bersiap menyantapnya.

Setelah nasi goreng itu sempurna berada di piringnya, Jungkook langsung menyendok besar dan memakannya.

"Rasanya tidak enak." Katanya di suapan pertama dengan mulut penuh sambil mengunyah. Ia baru mau menyuap lagi ketika piring Jungkook ditarik oleh Yoongi.

"Kalau tidak enak, jangan dimakan." Ucap pria dingin itu, matanya menatap datar Jungkook yang berusaha menarik kembali piringnya.

"Tapi aku tidak bilang tak akan memakannya lagi."

jari Yoongi masih menahan piring itu agar diam di tempat. Mengabaikan Jungkook yang menarik-nariknya.

"Katamu tadi tidak enak, biar kubuang saja."

Ia memundurkan kursi dan bersiap mengangkat piring Jungkook. Tapi Jungkook mengambil pergelangan tangan Yoongi sigap.

"Ampun, ampun. Aku hanya bercanda, ya tuhan Min Yoongi-ssi nasi goreng ini enak sekali, aku sampai meneteskan air mata. Jangan dibuang, maaf aku telah melakukan dosa besar. Ya, ya?" Jungkook memberi tatapan memelas. Melihat itu Yoongi kembali duduk, melepaskan piring bocah besar itu sambil mengangkat sebelah alis sebab tingkah Jungkook yang berlebihan.

Di depannya Jungkook tersenyum lega. Dia kembali mendapatkan sepiring nasi gorengnya.

"Aku selalu bertanya-tanya, kenapa akhiran -ssi dari mulutnya jadi terdengar menyebalkan."

Jungkook tertawa renyah sebelum kembali menyendok makanannya dan menjulurkan ujung lidahnya. Jungkook adalah seorang bocah yang terjebak di tubuh orang dewasa, Yoongi jadi yakin sekarang.

Tunggu, kalau dipikir-pikir, jika Yoongi terus meladeni Jungkook, bukannya dia jadi sama kekanakannya?

RUNNING OUT  ∕  kookgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang