11

501 74 0
                                    

Yoongi menatap wajah tidur Jungkook yang tenang. Suara napasnya yang dalam terdengar samar, beriringan dengan dadanya yang naik turun.

Pada akhirnya pria itu menyerah setelah sebelumnya terus mengganggu Yoongi dan memilih untuk tidur di sofa. Yoongi baru menyadari Jungkook terlelap di belakangnya ketika pekerjaannya selesai dengan wajah menghadap ke arah Yoongi. Berbeda dengan sifatnya sehari-hari, ketika Jungkook tertidur dia hampir-hampir tidak bersuara dan tidak banyak bergerak. Matanya terpejam utuh dan mulutnya tertutup rapat.

Dengan jarak sedekat ini Yoongi mau tidak mau jadi memperhatikan wajah Jungkook. Kulit wajahnya yang putih dan bersih, Hidung yang tinggi dengan lekuk yang bagus, alis tebal, bibir tipis yang kemerahan serta rahangnya yang tegas, akan jadi sebuah kebohongan nyata kalau Yoongi berkata Jungkook tidak tampan. 

Tangannya terjulur pada wajah Jungkook sebelum ia menyadarinya, tergiur untuk menyentuh pipinya. Tapi Yoongi berhenti sejenak dan memutuskan untuk menyusuri lekuk hidung lelaki itu dengan jari telunjuknya, berhati-hati supaya dia tidak menyentuhnya. Lalu jarinya tiba di atas filtrum Jungkook dan sampai pada kedua belah bibir yang merekah. Bayangan akan bibir ini yang selalu menciumnya dengan senonoh membuat Yoongi jadi ingin menyentuhnya,

Bertanya-tanya seperti apa rasanya menapak di sana. Apa sama panas dan lembutnya ketika Jungkook mencium bibir Yoongi? Atau mungkin terasa dingin?

Dari ujung jarinya Yoongi bisa merasakan hembusan napas Jungkook yang sedikit hangat dan menggelitik. Yoongi sadar sekarang dia sedang melakukan sesuatu yang terkesan cabul, tapi rasa penasarannya lebih kuat untuk tidak mengambil tangannya dan berhenti.

Lihatlah, orang ini tertidur begitu nyenyak dan begitu diam seperti boneka.

Ia tidak perlu berdebat lebih lama lagi, ibu jarinya sudah bergerak dengan sendirinya, menyapu pelan bibir Jungkook. Berangkat dari tengahnya yang melekuk lalu turun ke ujung yang semakin menipis. Ke sudut bibir yang sering terangkat dengan nakal atau terkadang penuh tawa atau hanya sekedar sunggingan kecil. Yang kadang menangkap mata Yoongi lalu membiatnya berpaling. Ya, bibir yang itu.

Seketika saja Mata Jungkook terbuka di detik ketika Yoongi sampai ke ujung, tangannya mencengkram pergelangan Yoongi dengan kuat sebelum Yoongi sempat menariknya kembali.

Mata pria itu menyorot dengan kilat warna yang tidak menyenangkan, membuat Yoongi berjengit. Tatapannya begitu asing dan gelap, sesuatu yang tidak Yoongi kenal sama sekali. lantas di detik selanjutnya mata itu surut dan melembut, seperti ada yang menekan tombol off. Yoongi yang tegang seolah bisa merasakan dirinya menghela napas lega. Genggaman Jungkook di tangan Yoongi juga mengendur, tapi pria itu masih tetap mencekalnya.

"Berencana menyerangku ketika tidur?"

Jantung Yoongi hampir loncat dari tulang rusuknya, mati dia. Pertama, karena Jungkook menangkapnya basah-basah menyentuh wajahnya seperti orang mesum. Kedua, karena suaranya yang berat dan sedikit serak. Yoongi berusaha untuk tetap tenang sembari tersenyum paksa, menunjukkan kalau Jungkook salah kaprah dan mencoba menarik tangannya, tapi Jungkook masih belum mau melepaskannya.

"Kalau kau mau aku bisa buka baju sekarang juga Min-ssi." Kata Jungkook sambil menyeringai jahil.

"Mulutmu memang tidak pernah tidak berhasil membuatku kesal."

Mendengar itu Jungkook tertawa, dia membawa tangan Yoongi mendekat dan mencium punggung tangannya, sembari mengelus-elus kelima jari pria mungil itu.

"Lepaskan, aku mau tidur."

Badan Jungkook bergeser, menepuk-nepuk spasi yang dia sisihkan, "Sofa ini masih cukup untuk kita berdua."

Jungkook mengajaknya tidur di sofa bersamanya, tapi Yoongi berdiri dan beranjak ke kamar tidurnya mengabaikan tawaran Jungkook, "Kamar tidur diciptakan untuk berfungsi."

Dia membuka pintu kamarnya dan menoleh sekali ke arah Jungkook yang sekarang duduk di sofa.

"Kalau kau pergi, tolong jangan membanting pintu."

Jungkook menatap Yoongi dengan mengerus, kemungkinan karena sebal Yoongi menolak tawarannya. Sebenarnya Yoongi tidak terlalu mengantuk, terlebih jantungnya masih bergemuruh karena tadi dia ketahuan menyentuh Jungkook. Apa pula yang ia pikirkan kepada orang yang sedang tidur? Bodoh, sekarang rasa malu menghantamnya tanpa ampun. Yoongi sangat menyesalinya.

Belum sempat Yoongi menutup pintu, Jungkook datang dari belakang, memeluknya lantas membanting diri mereka ke atas kasur. Pria itu bahkan menarik selimut dan membungkus mereka berdua.

"Biarkan aku tidur denganmu." Suara Jungkook yang mengantuk terdengar jelas di telinga Yoongi. Ia juga bisa merasakan napas Jungkook di lehernya. Untung saja Yoongi tidak berhadapan dengan Jungkook karena sekarang wajahnya sudah merah padam.

"Ini kamarku. Pergi sekarang juga."

"Selamat tidur." Ucap Jungkook tak mau mendengarkan kata-kata Yoongi dan mengecup leher belakangnya. Tubuh Yoongi sepenuhnya tenggelam di dekapan Jungkook. Percuma melepaskan pelukannya, kaki Jungkook ikut naik ke atas kakinya, mengurung Yoongi dalam rengkuhannya.

"Jungkook hey,"

"..."

"Jungkook?"

Tidak ada jawaban. Yoongi bisa merasakan napas Jungkook yang sekarang melambat. Jangan bilang..

"Jungkook kau belum tidur kan? Jungkook..?"

Yoongi menunggu beberapa saat dan Jungkook sama sekali tidak membalas. Bagus, sekarang dia terjebak seperti ini. Pria mungil itu mendesah, pasrah. Ya sudahlah, lagipula Yoongi tidak terlalu keberatan, punggungnya terasa hangat dan itu membuatnya jadi nyaman. Dan sebelum Yoongi benar-benar terlelap, dia membisikkan sesuatu untuk Jungkook.

"Selamat tidur juga."

RUNNING OUT  ∕  kookgaWhere stories live. Discover now