13

540 73 5
                                    

Langit biru cerah dengan sedikit awan dan sinar matahari yang tidak menyengat begitu menggoda Yoongi untuk pergi ke luar, jadi ia memutuskan untuk pergi jalan kaki ke supermarket meskipun simpanannya masih ada. Sebentar lagi jadwalnya belanja bulanan, jadi pergi lebih awal tidak ada salahnya.

Ia sudah siap untuk pergi memakai celana bahan, atasan kaos longgar panjang berwarna abu dan benie hitam. Sambil membawa kantong belanja dia berjalan ke depan pintu. Baru saja ia mengambil sendal dari rak sepatu ketika ia mendengar suara tik pelan dari luar. Yoongi menghentikan gerakannya untuk mendengarkan secara seksama, berharap kalau suara kecil itu bukan sesuatu yang akan merusak rencananya. Ketika suara tik yang tadinya hanya sekali dan samar-samar sekarang menjadi ribuan dan turun dengan cepat secara bersamaan, menampar-nampar atap rumah, jendela dan kebunnya ia tahu dengan pasti rencana tidak akan terlaksana.

Ah, turun hujan. Deras.

Rencananya menikmati langit biru nan cerah gagal. Cuaca belakangan ini memang sering menipu, sebentar cerah sebentar kemudian hujan. Yoongi lantas duduk diam di undakan di depan pintu. Sambil menopang dagu ia melamun ke arah hujan deras yang bisa ia lihat lewat jendela samping pintu rumah. Hawa dingin masuk lewat celah pintu dengan cepat dan lelaki itu bisa merasakan belaian angin yang membawa titik-titik hujan ke kaki telanjangnya, membuat bulu kuduknya sedikit berdiri. Ia harus kembali ke dalam, mungkin untuk tidur sambil ditemani alunan suara hujan. Tapi karena Yoongi sudah terlanjur nyaman ia memutuskan untuk diam di sana sampai beberapa saat lagi, hanya menatap hujan sampai bosan atau sampai udaranya terlalu dingin dan membuatnya menyerah kemudian masuk mencari kehangatan.

Benaknya mulai melamunkan ingatan dan khayalan-khayalan remeh yang datang silih berganti sampai akhirnya ia melihat ada bayangan hitam kecil muncul dari jauh yang perlahan berjalan semakin mendekat di tengah-tengah guyuran hujan.

Apa itu?

Yoongi memicingkan mata, berharap dengan begitu ia bisa melihat dengan lebih jelas dan mempunyai petunjuk soal si bayangan hitam, badannya bergerak ke depan tanpa sadar. Sosok itu begerak ke arah rumahnya dan berhenti. Ia bisa mendapat gambaran kalau bayangan itu adalah manusia tapi apa yang membuatnya dia berhenti? Aku kira dia ingin mencari tempat berteduh dari hujan, Pikir Yoongi. Bayangan hitam itu berhenti sekitar satu menit sebelum sepertinya memutuskan untuk kembali berjalan, atau tepatnya berlari tepat ke arah pintu rumah Yoongi. Sosok itu membuka pintu gerbangnya dengan santai sambil bersidekap dan sebelum dia sampai di depan pintu rumahnya Yoongi sudah berdiri, menyibak tirai putih untuk melihat lebih jelas, meskipun dia bisa menduga siapa yang datang.

Yoongi langsung membuka pintu sebelum sosok itu mengetuk maupun memencet bel.

"Hyung?"

Jungkook dengan pakaian basah kuyup dan rambut basah yang lepek memberi ekspresi sedikit terkejut. Air menetes dari ujung-ujung rambut, dagu, hidung dan bulu matanya. Pada wajah Jungkook yang basah, titik-titik air mengalir menuruni pipi menuju lehernya kemudian tulang selangka dan menghilang di balik kaosnya. Tanpa sadar Yoongi memperhatikan itu. Air menggenang di bawah kaki Jungkook. Yoongi mendesah tidak mengerti dan mengusap wajah Jungkook dengan ujung lengan baju.

"Sebenarnya ada apa denganmu dan hujan? Manusia membuat teknologi bernama payung bukan untuk sia-sia saja kau tahu."

Seperti anak kecil, Jungkook tidak protes ketika Yoongi mengelap wajahnya dengan kain baju. Sejujurnya ia cukup menikmati hal itu.

"Kapan kau akan menyuruhku masuk? Tidak peka kalau aku kedinginan di luar sini?"

"Anak sialan. Buka bajumu dan taruh di sana, aku tidak mau ruang tamuku jadi basah."

Memang tidak mungkin mulut Jungkook akan berhenti membuatnya kesal.

"Tidak ada pelukan selamat datang?" Jungkook merentangkan tangannya siap memeluk Yoongi dan pria itu langsung mendorongnya.

"Jangan macam-macam. Mandi lalu ganti baju. Aku akan siapkan teh manis hangat."

Pria besar itu hanya tertawa sebagai respon dan Yoongi mendecak sambil membawa baju Jungkook yang basah untuk dicuci dan dikeringkan. Seseorang harus memuji kebajikannya mengurus bocah tidak tahu umur itu. Setelah selesai Yoongi duduk di sofa dan membawa buku sambil meminum teh hangat, pada saat itulah Jungkook keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk. Dia ikut duduk di sebelah Yoongi.

"Kalau aku menghilang, apa yang akan hyung lakukan?" Jungkook memulai percakapan dengan pertanyaan tidak biasa.

"Kalau itu keinginanmu aku tidak akan melarang."

Yoongi menjawab dengan acuh tak acuh, jarinya membalik halaman buku sambil menyeruput teh hangat. Dia pikir Jungkook akan mengatainya jahat atau tidak berperasaan dengan nada merajuk seperti biasa, tapi ternyata pria itu hanya diam saja dan hal tersebut membuat konsentrasi Yoongi pada bukunya sedikit terganggu. Sepertinya pertanyaan Jungkook yang barusan agak serius, Yoongi jadi merasa sedikit tidak enak karena menjawab langsung begitu saja tanpa berpikir. Matanya melirik Jungkook diam-diam dan mendapati kalau pria itu sedang menatap teh hangatnya. Yoongi bisa tahu kalau pria itu sedang memikirkan hal lain.

Ada kalanya Jungkook bertanya dan berkata sesuatu yang berkaitan dengan perpisahan dengan nada sendu atau tatapan sedih pada Yoongi. Awalnya ia kira itu adalah tanda-tanda Jungkook tidak akan kembali lagi, tapi sampai saat ini Jungkook masih tetap datang kepadanya jadi Yoongi merasa kalau hal itu bukan sesuatu yang serius.

"Aku harap hyung tidak bersedih kalau aku hilang. Dan aku berharap hyung akan merindukanku, meskipun hanya sesekali aku pasti akan merasa senang."

Sempurna sudah fokusnya pada buku yang ia baca hilang. Yoongi menutup bukunya dan menaruhnya di meja, mengalihkan perhatian pada Jungkook sepenuhnya. Lantai yang dingin membuatnya menarik kedua kaki ke atas sofa dan melipatnya. Wajah Jungkook berpaling pada Yoongi, ada sesuatu dalam diri pria itu yang membuat Yoongi merasa kalau ia harus melakukan sesuatu. Tangan Yoongi mengarah ke kepala Jungkook, telapak tangannya mengusap-usap rambutnya ringan, bermaksud menghiburnya.

"Jangan terlihat kesepian begitu. Aku akan selalu ada di sini jika kau membutuhkanku."

Jungkook menahan pergelangan tangan Yoongi dan membawa telapak tangan itu ke pipinya, ia menggenggam tangan hangat yang menangkup pipinya. Matanya memejam lama sampai-sampai membuat Yoongi berpikir apa Jungkook tertidur.

"Boleh aku menciummu?" Ucap Jungkook.

"Sejak kapan kau meminta izin untuk hal itu?"

Mata yang terpejam kemudian terbuka dengan perlahan-lahan, menampakkan kedua bola mata yang jernih, yang seolah menarik sesuatu dalam diri Yoongi untuk mendekat dan mencium bibir Jungkook yang dingin. Degan begitu Jungkook membawa Yoongi mendekat, memperdalam ciuman mereka. Min Yoongi sepertinya jadi ikut sama gilanya dengan Jungkook. Tak pernah sekalipun dia bermimpi akan naik ke atas tubuh Jungkook dan meraup kedua belah bibirnya dengan gelisah seolah ia takut rasa yang ia kecap sekarang akan segera habis. Ketika wajah Yoongi terangkat, memutus cumbuan mereka, rasa pilu di manik mata Jungkook tak juga hilang.

Mereka saling menatap sembari menarik hutang napas dari ciuman mereka yang panjang.

"Hyung tahu apa yang lebih menyedihkan dari perpisahan?"

"..."

"Dilupakan. Hyung, boleh aku pinta jangan pernah melupakan aku? Kau tidak boleh melupakanku hyung. Tidak boleh."

RUNNING OUT  ∕  kookgaWhere stories live. Discover now