12

512 68 1
                                    

"Makan." Kata Yoongi.

"Kandang."

"Dangkal."

"Kalau." Balas Jungkook dengan yakin.

Tapi Yoongi mengernyit, "..Tunggu, memangnya boleh?"

"Tanpa aturan tertulis, tak ada batasan."

"Kalau begitu, laut."

"Itu curang."

"Satu, du—"

"—Utara!" Jungkook meneruskan sebelum Yoongi sempat menghitung sampati tiga.

"Rambutan."

"Tanah."

"Nah..." Yoongi menggigit bibir, matanya menyudut ke kiri sambil berpikir. Di hadapannya Jungkook mulai menghitung sampai tiga dengan wajah sumringah. Wajahnya begitu mengesalkan, membuat Yoongi tidak bisa berpikir dengan baik dan Jungkook sudah menyelesaikan hitungannya sampai tiga.

"Waktu habis! Min-ssi, kau akhirnya kalah." Jungkook tertawa senang sampai terjungkal-jungkal. Respon yang berlebihan tersebut membuat Yoongi semakin kesal dan mendengus tidak suka.

"Tidak ada kalah menang, permainan ini bahkan tidak resmi." Katanya tidak mau mengakui kekalahan.

Tapi apa yang Yoongi katakan memang betul, mereka sedang santai saja ketika Jungkook tiba-tiba menyebutkan satu kata dan memprovokasi Yoongi untuk melanjutkan permainan sambung kata. Biasanya Yoongi yang akan memenangkannya, tapi karena ekspresi Jungkook yang terakhir itu begitu menjengkelkan—dengan bantuan keberuntungan, kalau Yoongi pikir, jadi membuatnya kalah.

"Saatnya mengabulkan permintaan yang menang Min-ssi."

Yoongi mengerutkan alis, "Kita tak pernah bertaruh soal apapun ingat?"

"Ayolah, selama ini aku selalu kalah dan kau bahkan tidak mau membuatku senang? Anggap saja sebagai perayaan pertama kali aku berhasil mengalahkanmu, ya?"

"Tidak."

"Ahh, hyung!"

Yoongi otomatis menutup kedua telinganya dengan jari telunjuk. Melihat itu, Jungkook menarik-narik ujung kaos Yoongi sambil memohon dengan nada merajuk.

"Aku tidak tahu ternyata kau itu orang yang pelit Min-ssi."

"Terserah kau saja, aku tidak akan mendengarkanmu."

"Pelit."

"Aku mau mengerjakan materi kuliah minggu depan. Jangan ganggu aku."

Ditinggal Yoongi, pria besar itu membawa tubuhnya ke atas sofa dengan wajah cemberut. Dia bahkan menghempaskan tubuhnya dengan keras secara sengaja untuk menunjukkan kalau ia sedang merajuk, seperti anak kecil. Tapi Yoongi bahkan tidak memberinya lirikan dan mulai fokus mencari data materi di laptopnya. Jungkook benar-benar diabaikan sama sekali. Matanya memicing ke arah Yoongi, menatap dengan aura permusuhan. Ia kemudian mengambil remot televisi dan menyalakannya. Wah, hyung yang satu ini jahat sekali, apa susahnya mengabulkan permintaan Jungkook? Satu kali saja.

Tapi baiklah, Jungkook akan membuat Yoongi mengabulkan permintaanya.

Pada awalnya Yoongi tidak sadar karena ia sedang sangat berkonsentrasi menyusun materi perkuliahannya, tapi ketika ia sedang meregangkan tubuh, ia merasa kalau suara televisinya terdengar sangat kencang, Jungkook bahkan membuatnya semakin buruk dengan tertawa sangat keras. Setiap adegan lucu di layar muncul, Jungkook menghentak-hentakkan kakinya sambil memukul sofa. Yoongi sampai berjengit dibuatnya.

Yoongi memintanya untuk lebih tenang, tapi bocah itu dengan sengaja mengabaikannya. Sempurna sudah konsentrasi Yoongi hilang karena Jungkook. Baiklah, dia menghela napas. Yoongi memangku wajahnya di meja dan menghadap ke arah Jungkook, memutuskan untuk mengalah.

RUNNING OUT  ∕  kookgaWhere stories live. Discover now