19

437 65 7
                                    

"Hei, Min Yoongi. Kau dengar tidak?"

Hoseok berkacak pinggang dari balik meja bar. Di depannya Yoongi menenggelamkan kepalanya di lipatan lengan sedang tangan satunya menjulur, mengelus gelas alkohol bagai kesayangan. Perlahan-lahan dan lembut.

Sebenarnya ada apa dengan orang ini, bersikeras tidak mau pulang meski dia sudah mabuk berat. Barnya sebentar lagi sudah mau tutup dan sekarang hanya ada segelintir orang di dalam.

"Min Yoongi, kau mau menginap di sini? Mau kutinggalkan? Atau berhenti saja jadi dosen dan bekerja di barku. Bosan aku melihat wajahmu setiap hari. Cepat pergi!" Kata Hoseok sambil mendengus.

Sungguh, Hoseok sama sekali tidak melebih-lebihkan. Yoongi benar-benar datang ke barnya setiap hari selama dua minggu penuh. Bayangkan saja. Min Yoongi minum sampai mabuk hingga Hoseok harus menelpon taksi untuk mengantarkan Yoongi kembali.

"Sebentar lagi.." Gumam Yoongi. Dia menaikkan kepala sebentar hanya untuk meneguk isi gelas terakhir lalu kembali menyembunyikan wajah.

Hoseok diam sebentar sebelum menghela napas panjang dan mengalah duduk. Ada apalagi dengan Min Yoongi sekarang? Ia kira semuanya sudah baik-baik saja, tapi Yoongi kembali bertingkah begini. Mabuk untuk melupakan masalahnya. Perasaannya mengatakan kalau hal ini masih disebabkan oleh orang yang sama, laki-laki yang pernah Yoongi ceritakan dulu.

Ternyata kau masih menunggunya Min Yoongi? Pikir Hoseok.

"Kau tidak bosan?" Hoseok menyangga dagunya dengan satu tangan. Karena tidak ada reaksi ia melanjutkan dengan suara yang lebih rendah. "Sebenarnya siapa yang kau tunggu Min Yoongi."

"Siapa bilang aku menunggu seseorang?" Hardik Yoongi. Ternyata Yoongi mendengarnya. Dari intonasinya saja Hoseok bisa membayangkan kalau Yoongi sedang mengerutkan alis dalam-dalam di dalam lengannya.

"Ya, ya, ya. Terserah saja kalau tidak mau mengaku. Tapi aku minta tolong jangan mabuk setiap hari di barku. Setiap hari. Aku sampai malu terus-menerus menelpon taksi untuk menjemputmu."

"Tutup mulut."

Yoongi menengadah sedikit, mengintip dari balik lengan dan memicing memberi peringatan. Membuat orang di depannya mengangkat tangan dengan ekspresi kesal, gatal ingin menonjok Yoongi karena sikapnya yang menyebalkan. Namun ia urung, sebagai gantinya ia hanya mendumel sambil meneriaki pengunjung untuk segera pulang.

"Lalu bagaimana nasib kucingmu. Dasar kau majikan jahat yang membuat peliharaannya menunggu sampai larut malam. Benar-benar tidak punya hati."

Yoongi terdiam sebentar sebelum berbicara dengan suara rendah. "Berisik. Sebelum ke sini aku sudah memberinya makan."

Kini di dalam bar hanya ada Hoseok dan Yoongi. Yang satu merapikan meja dan yang satu masih meringkuk menyembunyikan wajah merah karena mabuk di dalam kedua lengannya. Satu menit lagi waktunya Hoseok menutup bar dan Yoongi masih di atas kursi seolah membatu di sana. Ah, kalau dia bisa menyeret orang itu keluar sekarang juga sudah dari tadi Hoseok melakukannya. Tapi ia akan menolerirnya karena lihatlah, punggung itu terlihat rapuh seperti kucing di dalam kardus yang kehujanan dan menunggu seseorang untuk memungutnya.

Yang mana perumpamaan itu tak akan ia ucapkan keras-keras. Hoseok masih menyayangi nyawanya. Ia bermaksud menunggu sampai lima menit sebelum membangunkan Yoongi ketika terdengar suara pintu bar dibuka. Masih berkutat merapikan meja bar, Hoseok berkatan tanpa menoleh.

"Maaf, bar ini sudah mau tutup. Kembali saja besok."

Tapi orang itu tidak mengindahkan Hoseok. Ia malah bisa mendengar suara langkah kaki yang masuk ke dalam. Hoseok mendecak, kesal. Lalu menoleh.

"Hey, kau dengar tidak?"

Yang masuk adalah seorang pria. Ia memakai sweater hitam bertudung yang hanya sedikit lebih longgar dari tubuhnya, jadi ia bisa menebak ada tubuh tegap, sesak, dan tinggi di baliknya. Tudungnya ia naikkan, menutup seluruh wajah dan hanya menampilkan sisinya dengan samar. Hoseok melirik tajam ke arah si pria dan berjalan mendekat untuk bersiap menyeretnya keluar ketika pria itu berhenti di samping sosok Yoongi dan terdiam. Matanya terfokus hanya pada Yoongi.

Hoseok yang melihat pemandangan itu merasa aneh dan memiringkan kepalanya sedikit, berpikir, lalu matanya membesar sebelum surut pada pemahaman. Ia sampai pada sebuah kesimpulan dengan cepat.

Apa pria itu adalah orang yang Yoongi tunggu? Dan benar saja. Pria tersebut memanggil Yoongi.

"Hyung." Ucapnya.

Entah Yoongi terlalu mabuk atau sengaja mengabaikan, dia sama sekali tidak bereaksi. Si pria asing menunggu dengan sabar hampir patuh. Tapi Yoongi masih tidak bergerak. Pria itu juga tidak berniat untuk menyentuh atau berkontak fisik dengan Yoongi. Terus diam di tempatnya. Hoseok mendesah lantas mendekat. Kalau terus begitu, mau sampai kapan mereka ada di sini? Ia tidak akan bisa menutup barnya dan beristirahat. Kakinya bergerak untuk menendang kursi Yoongi dengan kekuatan yang cukup untuk membuatnya tubuhnya terguncang.

Kepala yang tertunduk dalam itu akhirnya terbangun, memicing penuh permusuhan pada Hoseok tapi tidak mengatakan apa pun.

Apa?

"Jemputanmu telah tiba." Ucap Hoseok.

Alis Yoongi naik tapi ia masih memicing ke arah Hoseok.

Jemputan?

Nada suara Hoseok tidak seperti biasanya. Baru saja Yoongi mau membuka mulut untuk bertanya, suara dari belakang bahu membuat jantungnya berhenti seketika.

"Hyung."

Mata Yoongi terbuka, ia hampir-hampir sadar sepenuhnya dari rasa mabuk. Tapi badannya kaku. Dia ingin berbalik untuk memastikan sebelum memeluk sosok di belakangnya tapi entah kenapa Yoongi tidak melakukannya. Ada dorongan dari dalam tubuhnya yang tiba-tiba saja ingin menyeruak ke luar.

Hoseok mendesah. "Menunggu apa lagi? Enyah sana. Aku mau menutup barku."

Tangan Yoongi naik. Rasa pahit terkecap di selurung ruang dalam mulutnya. Kelima jarinya menutup mulut. Sambil menahan reaksi tubuhnya, Yoongi berkata.

"Aku.. ingin muntah."

RUNNING OUT  ∕  kookgaTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon