Part 7

556 82 0
                                    

Meninggalkan pasangannya untuk melihat-lihat, sebuah gantungan kunci menarik perhatiannya, cincin peraknya berkilat diayunkan angin dan bertemu dengan cahaya matahari yang menyilaukan. Ada pohon kecil diukir di sana dengan tiga lengkungan yang membentuk ombak laut. Tidak ada yang spesial, barang cendera mata yang biasa ditemukan di setiap toko pinggir pantai di seluruh dunia. Sesaat, Jaehyun berpikir apa yang akan dilakukan para pedagang ini kalau ia tidak membayar mereka sejumlah penjualan mereka jika pantai terbuka untuk umum seperti biasa. Ia memaksa toko-toko itu tetap buka untuk berjaga-jaga jika ia dan teman-teman serta bawahannya merasa bosan.

Ia mengambil beberapa gantungan kunci, tanpa berkata-kata menaruhnya di dalam tas dengan mengangguk pada sang pedagang. Pemilik toko itu adalah wanita tua, mungkin berusia 50-an. Ada senyum cerah di wajahnya yang keriput ketika Taeyong mengambil sepotong baju, memiliki desain yang sama dengan gantungan kunci itu dan melipatnya rapi agar muat di dalam plastik ketiganya, dua plastik pertama sudah penuh dengan barang-barang untuk Léonie.

"Untuk apa itu?" Jaehyun bertanya penasaran karena Taeyong kembali mengambil dua potong baju serupa. "Kurasa kau tidak suka baju seperti itu."

"Ini untuk orang-orang yang bekerja untukku. Kau tahu, yang bertugas di Ruang Hitam." Taeyong mengeluarkan dompetnya dan tidak peduli dengan jumlah yang ia ambil dari sana lalu menyerahkannya pada sang penjual, dengan cepat mengambil belanjaannya dengan senyuman payah. "Mereka tidak bisa ikut. Siapa yang akan mengambil pekerjaan kotor? Mereka tidak bisa melepaskan para binatang bedebah itu pergi dan memintanya kembali lagi setelah liburan usai. Bukan begitu caranya, 'kan? Aku bisa saja memberi mereka istirahat," Ia berkata lambat-lambat, memasuki toko selanjutnya, lalu keluar dari sana setelah menyadari bahwa barang yang dijual sama dengan sebelumnya. "Tapi itu artinya aku yang akan mengambil alih dan melakukan pekerjaan mereka."

Jaehyun membuang napas, mengajaknya ke toko lainnya. Mereka memasuki toko yang menjual perhiasan murah. "Kedengarannya menyeramkan." Ia bermaksud menggoda, dan untungnya Taeyong tidak sedang ingin menanggapinya dengan serius. "Aku percaya padamu, Taeyong. Kau bisa mengambil alih tapi kau tahu aturannya, bukan?"

"Aku tahuuuuu, Tuan. Aku 30 tahun, bukan anak kecil berumur 5 tahun."

"Bagus."

Toko itu menjual gelang kaki, gelang dan kalung. Ada cincin juga, dibuat dari perak jenis terendah. Jaehyun mengambil satu buah untuk memeriksa batu di tengahnya. "Kalau aku tidak tahu tentang bebatuan, aku akan tertipu. Ini terlihat asli, ya?" Ia bertanya, menunjukkannya pada Taeyong. Pedagang itu tidak menghiraukan mereka, sibuk membaca majalah edisi lama. "Zamrud?"

"Zamrud."

Cincin itu diletakkan kembali di tempatnya. Tidak ada banyak yang bisa dilihat di dalam sana karena semuanya terlihat mirip. Akhirnya mereka kembali memasuki toko-toko itu, membeli topi dan memakaikannya di kepala masing-masing.

Pita berwarna biru muda yang diikat di bawah dagu Taeyong membuatnya terlihat menggemaskan, namun jika Jaehyun mengatakannya, ia yakin ia tidak akan bisa melihat hari esok. Jadi tidak; ia tidak akan mengatakan sepatah kata pun.

Semuanya masih sibuk dengan kegiatan masing-masing ketika mereka kembali. Belanjaan mereka diletakkan di dalam kamar sebelum akhirnya memutuskan untuk berendam di pantai, baju sudah ditanggalkan dan kulit yang dilindungi tabir surya — kecuali Taeyong. Ia memaksa ingin menggelapkan kulitnya.

"Apa kau pernah pergi berlibur sebelumnya? Maksudku," Jaehyun masuk ke dalam air selama satu detik untuk membasahi rambutnya, kembali ke atas, menggoyangkan kepalanya sebelum menyeka rambut hitamnya, "Sebelum kau bergabung dengan Red Phoenix."

Taeyong memandangi kekasihnya, matanya mengikuti bulir air yang mengaliri wajah Jaehyun dan mendarat di tulang belikatnya. Kelihatan menggiurkan. "Kenapa kau berpikir aku bisa mendapat kemewahan itu? Léonie hampir selalu tidak memperbolehkanku keluar dari rumah." Kenangan itu membuatnya sebal, matanya berputar keras sebelum berenang menjauh dari Jaehyun, matanya terpejam seraya mengapung dan mencoba melupakan kehadiran yang lainnya. Air menyiprati wajahnya ketika Ten mencoba melepaskan diri dari dekapan Johnny dan berenang mendekati kedua Kingpin itu.

[4] What Lies Ahead: Fated (JaeYong)Where stories live. Discover now